Dark
Light

Mendongkrak Peringkat PISA dengan Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan

3 mins read
July 21, 2021
AI untuk Pendidikan
Penerapan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa / Depositphotos.com

Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI) terus dioptimalkan di berbagai bidang untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam melakukan aktivitas tertentu. Tak terkecuali di bidang pendidikan, setumpuk permasalahan masih menjadi PR bersama di Indonesia untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Terlebih saat ini pandemi yang memaksa setiap siswa untuk secara mandiri melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah – dipaksa mengadopsi teknologi pembelajaran untuk mengejar kompetensi yang dicanangkan dalam kurikulum.

Terkait dengan AI di dunia pendidikan, DailySocial berkesempatan untuk melakukan diskusi dengan Co-Founder & CEO CoLearn Abhay Saboo dan Founder & CEO Blox.ai Ashwini Asokan. CoLearn adalah startup edtech di Indonesia yang memfokuskan layanan untuk membantu siswa K-12 mendapatkan konten dan layanan pembelajaran khususnya di bidang matematika dan fisika. Sementara Blox.ai adalah startup berbasis PaaS yang memungkinkan setiap perusahaan untuk mengembangkan kapabilitas AI-nya secara native.

Baik CoLearn maupun Blox.ai adalah portofolio dari Sequoia Capital India.

Diawali dari visi

Mengawali perbincangan, Abhay mengatakan bahwa visinya dengan CoLearn sangat jelas, yakni membantu Indonesia meningkatkan peringkat di PISA. Seperti diketahui Programme for International Student Assessment (PISA) adalah salah satu tolok ukur kualitas pendidikan di suatu negara. Riset ini mengambil sampel siswa-siswi dari berbagai negara untuk mengukur kualitas.

Per survei tahun 2018, Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara. Untuk nilai matematika, berada di peringkat 72 dari 78 negara. Sedangkan nilai sains berada di peringkat 70 dari 78 negara. Cenderung stagnan sejak 15 tahun terakhir.

Lewat inovasinya, CoLearn saat ini memiliki dua produk utama. Pertama fitur “Tanya” yang diberdayakan dengan teknologi AI. Membantu siswa menemukan solusi ketika menemui kesulitan pengerjaan soal matematika atau fisika. Siswa cukup mengambil foto soal yang dikerjakan dari aplikasi, kemudian sistem akan memberikan konten video rekomendasi yang relevan untuk membantu mengerjakan soal tersebut.

Fitur kedua adalah kegiatan pembelajaran eksklusif lewat Live Tutoring, untuk membantu siswa memahami konsep pembelajaran bersama mentor berpengalaman. Di sini Abhay mengaku menerapkan standardisasi yang cukup ketat, khususnya dari sisi tutor dan penyampaian materi, untuk memastikan setiap siswa mendapati keluaran hasil pembelajaran (learning outcomes) paling optimal.

Demikian juga dengan Ashwini, di masa yang mengharuskan banyak orang untuk beralih ke edtech ini menghadirkan kesempatan sekaligus tantangan bagi inovator untuk menghasilkan pendekatan teknologi yang paling relevan. Penerapan AI yang ideal dalam pendidikan pun seharusnya bisa menjadikan teknologi tidak hanya mendigitalkan pendidikan, namun benar-benar memberikan dampak efisiensi dan personalisasi.

Pada akhirnya pendidikan harus selalu dua arah, proses belajar dan mengajar. Ashwini menyebutkan proses pengajaran (training) ini yang harusnya bisa lebih dioptimalkan dengan AI dalam sebuah platform edtech. Karena, cara atau metodologi dalam penyampaian materi akan berkorelasi erat dengan kualitas hasil pembelajaran tersebut. Dan yang paling penting, AI harus bisa menghadirkan pengalaman yang unik bagi setiap siswa, memfasilitasi kebutuhan pembelajaran dan tingkat pemahaman masing-masing.

Permasalahan di Indonesia

Sekilas, layanan CoLearn sebenarnya sama seperti dengan yang disediakan oleh pemain edtech lain. Menurut Abhay, proposisi nilai yang coba dihadirkan startupnya adalah para kualitas materi. Fokus pada pembelajaran di bidang tertentu menjadikan CoLearn dapat memberikan konsentrasi lebih banyak dalam memberikan pengajaran tentang konsep dasar suatu permasalahan – alih-alih hanya membantu setiap siswa menjawab soal.

Ia bercerita, mengambil studi kasus tentang kegiatan bimbel, kultur di Tiongkok atau India program pelajaran tambahan di luar kelas formal tersebut difokuskan untuk menajamkan pemahaman konsep dari mata pelajaran yang didapat di sekolah. Sementara ketika melihat di Indonesia, tidak sedikit orang tua yang membawa anaknya ke bimbel untuk mendapatkan bantuan dalam mengerjakan PR yang didapat dari sekolah atau persiapan ujian. Hal ini yang coba difasilitasi dengan lebih instan lewat AI di fitur Tanya.

Mendefinisikan permasalahan ini dianggap penting bagi CoLearn, karena pada dasarnya setiap startup edtech akan memiliki pendekatan yang serupa – kaitannya dengan model bisnis dan cara-caranya untuk bertahan. Bagi Abhay, ia tidak menginginkan untuk menjadi solusi untuk semua bidang studi, maka memutuskan fokus pada bidang-bidang tertentu saja yang dianggap bisa meningkatkan peringkat PISA Indonesia secara global.

Sebanyak 4 juta siswa sejak 4 bulan beroperasi dianggap menjadi respons yang baik dari pasar, tentang bagaimana konsep pembelajaran yang lebih personal dengan AI dan live tutoring yang lebih mengajarkan konsep bisa diterima di Indonesia.

Peran AI

Ashwini menyampaikan, banyak skenario AI yang dapat diciptakan untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih baik. Terkait kolaborasinya dengan CoLearn ia menceritakan, di fitur Latihan Soal hasil pembelajaran akan dianalisis untuk menyoroti aspek kelemahan siswa dalam materi bahasan tertentu, untuk selanjutnya sistem dapat memberikan rekomendasi pembelajaran yang lebih relevan sesuai apa yang sebenarnya dibutuhkan. Termasuk di fitur Live Tutoring yang disediakan, ketika ada interaksi tanya-jawab, sistem AI dapat diimplementasikan untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan unik setiap peserta didik.

Pembelajaran yang lebih personal pada akhirnya akan menjadi aspek penting dalam pelaksanaan pendidikan berbasis teknologi. Di saat banyak siswa sudah mulai lelah dengan kelas Zoom atau materi video on-demand, cara paling efektif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran adalah dengan mengidentifikasi setiap masalah unik yang dimiliki masing-masing pelajar. Menghasilkan learning journey yang baik dapat menjadi prioritas para pemain edtech untuk bisa benar-benar menyelesaikan isu pendidikan di Indonesia.

Gambar Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

Mechanical Keyboard Epomaker NT68 Dirancang untuk Menggantikan Keyboard Bawaan Laptop

Next Story

10 Game PC yang Bisa Dimainkan Crossplay di Android

Latest from Blog

Don't Miss

Solusi AI Menarik Hadir Dari Pemenang Samsung Innovation Campus

Inovasi teknologi sering kali lahir dari kepekaan terhadap masalah di

Hello Sehat Gelar Diskusi Penerapan AI dan Kolaborasi Lintas Industri

Penerapan kecerdasan buatan (AI) memang terus meluas dengan berbagai kebutuhan