Big data adalah aset penting berikutnya di era teknologi. Pesatnya perkembangan perusahaan teknologi di Indonesia, rupanya belum diimbangi oleh pemahaman soal manajemen data, yang terbatas baru dilakukan oleh perusahaan skala besar saja. Masih banyak yang belum tahu bagaimana mengelola data yang benar, seberapa baik kualitas data yang diambil, memilah data yang tepat sesuai kebutuhan bisnis, dan sebagainya.
Client Success Director APAC Lotame Nishanth Raju mengatakan, dibandingkan 10 tahun lalu, belum banyak data yang bisa diperoleh dibandingkan pada saat ini. Melimpahnya data ini disebabkan karena hadirnya beragam perangkat yang bisa ditarik datanya untuk dipelajari, ada smartphone, laptop, smartwatch, smart TV, dan sebagainya.
Dalam wawancara singkat bersama DailySocial di sela-sela acara The ICON 2018 pada pekan lalu (13/11), Nishanth berbagi tips soal manajemen data. Seberapa penting buat perusahaan, bagaimana mengatur prioritas, bentuk kesalahan manajemen data, kondisi terkini di Indonesia, dan lainnya.
Kesalahan umum perlakuan data
Semakin banyak data yang dikumpulkan untuk segera dipelajari, itu semakin bagus. Tapi sayangnya ada kesalahan yang tanpa disadari dilakukan, yakni ada data tidak berkualitas yang tidak sempat tersaring. Alhasil ini akan membuat perusahaan yang hanya sekadar mengumpulkan data dan mengelolanya tanpa tujuan pasti apa yang ingin didapat dari big data tersebut.
Padahal dalam menerjemahkan yang baik dari data mentah itu butuh proses. Ada yang perlu dikategori kembali, perlu dibuang atau tidak. Ketika proses sudah tepat, maka proses menerjemahkan data menjadi sebuah strategi bisnis akan lebih tepat sasaran dengan apa yang menjadi tujuan perusahaan.
Kesalahan umum ini bisa dihindari apabila menggunakan platform manajemen data. Di dalam platform seperti Lotame, big data akan distrukturisasi mana yang penting mana yang tidak. Dari situ bisa didapatkan data berkualitas yang bisa memberi kesimpulan terkait strategi bisnis yang tepat.
Atur strategi sesuai tujuan perusahaan
Nishanth menjelaskan, dalam mengelola big data sebaiknya perusahaan perhatikan terlebih dahulu bagaimana perusahaan membangun hubungan dengan para konsumennya. Apakah konten yang diproduksi lebih banyak diakses lewat perangkat mobile atau lebih cenderung ke desktop.
Apabila lebih ke mobile, sebaiknya langkah awal menentukan strategi bisnis untuk menyasar konsumen yang ada di lingkup tersebut. Sebab apabila terlalu banyak mengambil data dari sumber lain, bisa menjadi distraksi. Banyak perangkat asal terhubung dengan internet bisa diambil sebagai data, tidak hanya smartphone saja, ada smartwatch, smart TV, dan sebagainya.
Langkah berikutnya, mengumpulkan data dari seluruh perangkat yang diakses oleh konsumen. Apabila dari hasil riset ditemukan dari 90% konsumen mengakses layanan dari smartphone dan sisanya dari desktop. Maka perusahaan perlu pelajari lebih dalam soal konsumen yang mengakses dari desktop.
Tujuannya agar perusahaan bisa mendapat gambaran lebih jauh seperti apa konsumen yang mengakses layanannya, sebab tipe konsumen yang mengakses dari smartphone dan desktop itu berbeda. Dengan demikian, perusahaan bisa menentukan strategi yang tepat agar dapat menjangkau seluruh target konsumennya.
Masih minim implementasi
Implementasi soal manajemen data di perusahaan teknologi di Indonesia, menurut Nishanth, masih sangat minim. Bahkan dia menyebut Indonesia masih beberapa tahun tertinggal dibanding negara lainnya terkait soal ini.
Maklum saja, kebanyakan hal ini baru dilakukan perusahaan teknologi yang sudah raksasa atau berstatus unicorn, di mana manajemen data memang penting untuk dilakukan demi akselerasi bisnis. Meski masih minim, di satu sisi jadi ada potensi besar bahwa dalam dua tahun ke depan implementasi akan lebih masif.
Tidak masalah seberapa besar ukuran perusahaan, entah masih berstatus startup atau sudah korporasi, keberadaan data adalah hal terpenting untuk mendukung bisnis karena data itu tidak bisa berbohong. Mungkin yang membedakannya adalah level kebutuhan data saja mau dipakai untuk apa.
Semakin banyak perangkat yang terhubung dengan internet, potensi data yang bisa dipelajari akan semakin banyak.
Saran untuk startup
Nishanth menyarankan untuk startup yang baru berdiri, sebaiknya harus sadar dengan manajemen data sedini mungkin. Langkah pertama yang perlu dibuat adalah membuat visi dan misi perusahaan apa yang ingin diperbuat dengan data yang sudah terkumpul.
Setelah itu, menentukan strategi bisnis apa yang ingin dicapai dan data apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung strategi tersebut. Buat timeline-nya, berapa lama waktu yang untuk menyelesaikan tugas tersebut agar bisa segera dieksekusi ke lapangan.
Startup juga harus rutin melakukan review atas setiap progress yang sudah dilakukan, bagaimana pencapaiannya, apakah sesuai timeline atau tidak. Startup juga membutuhkan tim yang paham dengan data agar bisa menerjemahkannya dengan baik ke tim lainnya agar bisa segera dieksekusi.