Dark
Light

Membangun Startup dengan Tata Kelola Emosional

4 mins read
October 26, 2015

Mengedepankan hubungan emosional untuk menyatukan visi tim dalam startup / Shutterstock

Startup modern saat ini dilakukan dengan dua pendekatan utama, pendekatan rasional dan pendekatan emosional. Pendekatan yang rasional diawali dengan sebuah konsep membangun bisnis untuk memperoleh keuntungan, terutama dari segi finansial. Percaya atau tidak, ini menjadi dasar beberapa orang membangun startup.

Setiap orang membangun startup untuk menjadi sekaya-kayanya menyaingi perusahaan besar seperti Microsoft, Facebook, atau Amazon. Jika itu adalah niat awal Anda, maka lupakanlah membangun startup untuk saat ini. Bekerjalah di perusahaan besar untuk memperoleh semua kebutuhan rasional yang Anda butuhkan setelah sudah cukup baru kembali memikirkan membangun startup sebagai investor dengan sebuah model yang sudah Anda pelajari di tempat Anda bekerja.

Jika Anda masih ingin membangun startup di usia muda, maka artikel ini akan memperkenalkan tata kelola emosional atau istilah kerennya emotional startup management. Tata kelola emosional adalah bagaimana memahami bahwa startup adalah proses layaknya bermain game; penuh tantangan, penuh pencapaian, dan juga memiliki awal dan akhir.

Kenyataannya banyak startup yang belum sampai ke tahap berhasil tetapi sudah gagal, ataupun startup yang yang sudah berdiri lama tetapi hanya bertahan hidup mencari sesuap penghasilan dari bulan ke bulan. Jika salah satunya adalah Startup Anda, mari sedikit berpikir secara tata kelola emosional untuk memperbaikinya. Bagaimana caranya? Cukup ikuti lima pertanyaan berikut dan ubah bagaimana startup Anda berperilaku.

Apakah niat awal Anda membuat atau bergabung startup?

Ketika tujuan membuat startup adalah membuat produk untuk menghasilkan banyak uang, maka lupakanlah membuat startup. Kenyataannya banyak orang yang tidak sengaja membuat produk dengan pemikiran bukan finansial malah menjadi sukses, sebut saja pendiri Google yang mengawali bisnisnya dari penelitian, pemuda yang membuat Flappy Bird, hingga salah satu orang terkaya Mark Zukerberg yang dahulu hanya ingin membuat website alumni bersama rekan satu kosnya. Jadi lupakan membuat startup atau bergabung ke startup jika tujuannya adalah keamanan finansial apalagi perkembangan karir.

Kembalilah ke hati nurani Anda, mengapa Anda ingin bergabung atau membuat startup? Apa yang Anda sukai, apa yang Anda senangi? Pada saat Anda bangun pagi untuk melangkah ke workspace startup Anda dan Anda sangat bersemangat itulah inti emotional attachment dalam startup. Seseorang yang menyukai game, maka akan menaruh seluruh hati dan usahanya ke produk game-nya. Dan itulah yang harus Anda lakukan untuk membuat atau bergabung ke startup?

“Innamal A’malu Bin Niyat”, bukankah amal dunia dan kesuksesannya dimulai dari sekedar niat yang benar.

Bagaimana Anda mengelola dan memperlakukan rekan kerja Anda?

Jika Anda berpikir bahwa rekan kerja junior adalah bawahan Anda yang siap-siap di beri tugas apapun; maka sudah saatnya mengubah paradigma tersebut. Senior dan junior dalam startup ibarat sensei dan senpei dalam karate. Saling membimbing dan memberi masukan, yang senior memiliki sarat pengalaman dan keterampilan, yang junior memiliki semangat dan kepandaian yang lebih baik.

Jika Anda pemimpin startup saatnya satukan semua anggota sebagai bagian startup Anda, bukan hanya bagian dari saham yang dimiliki tetapi juga bagian memberi masukan bagaimana startup Anda berkembang di kemudian hari, bukankah indah jika memiliki startup yang berevolusi menjadi enterprise di kemudian hari dan dapat menjadi wadah kreativitas anak dan cucu?

Untuk sampai ke sana diperlukan banyak pengorbanan dan tentu tidak bisa dilakukan seorang diri. Ubah konsep tugas menjadi amanah, dan konsep memerintah menjadi membimbing. Anda hadir untuk turut bekerja sama dengan mereka bukan untuk memantau sang junior bekerja.

Bagaimana Anda membayangkan kebahagiaan rekan kerja atau rekan startup?

Jika kebahagiaan diukur oleh sebuah angka-angka finansial, maka pola yang terjadi antara rekan-rekan terhadap startup adalah pola pikir transaksional. Transaksional tidak memberikan ‘bounding’ antara startup tersebut dengan rekan di dalamnya. Pada saat masa sulit dan transaksi tidak bisa dilakukan, maka dijamin akan banyak rekan kerja yang mundur dengan berbagai alasan.

Bekerja dengan kaitan finansial adalah sesuatu yang wajar. Namun demikian, perlu dipikirkan mekanisme agar rekan-rekan yang berada di dalam startup terlibat dalam emosi, libatkan mereka tantangan menarik seperti mencari pelanggan, berinteraksi dengan pelanggan, dan juga sama-sama bermimpi untuk masa depan dengan apa yang dihasilkan.

Jika hal tersebut sudah Anda lakukan tetapi beberapa rekan kerja masih bersifat transaksional, mungkin sudah saatnya melakukan revolusi emosional di tubuh startup tersebut. Fokuslah pada revolusi nilai dan idealisme yang diharapkan oleh semua, jika tidak ada idealisme dan semuanya dianggap transaksional, maka apa lagi yang dipertahankan.

Bagaimana Anda memperlakukan pelanggan?

Jika Anda menyukai klien pada saat membayarkan termin dan menjauhinya pada saat dia meminta perubahan, maka tinjau kembali bagaimana lingkungan kerja startup Anda. Pola pikir konvensional akan mendorong klien dan organisasi Anda menjadi lebih transaksional. Perilaku transaksional di dalam organisasi akan mendorong Anda melakukannya juga dengan klien Anda.

Ubah paradigma tersebut, jadikan klien menjadi pelanggan Anda. Pelanggan artinya melakukan aktivitas berulang-ulang bersama startup Anda. Jangan pernah berpikir memberi sesuatu pada pelanggan melebihi yang dia minta adalah sesuatu yang merugikan, itu adalah sedekah! Pada dunia yang rumit ini yakinlah bahwa ada rahasia di balik rahasia. Memberi lebih di satu sisi tetapi tidak memperoleh respon yang lebih, maka akan ada sisi lain yang akan merespon dari sisi yang tidak disangka.

Berapa banyak rekan startup yang membuat aplikasi gratisan dengan ikhlas akhirnya memperoleh peluang di mana-mana. Bukankah ‘rezeki hadir lewat pintu yang terencana dan juga lebih banyak yang tidak disangka-sangka’. Pelanggan yang puas akan kembali, pelanggan yang kecewa akan pergi dengan membawa cerita betapa perhitungannya startup Anda.

Bagaimana Anda menilai kesuksesan Startup Anda?

Jika Anda masih menilai kesuksesan startup dengan banyaknya rekan kerja, terjaminnya cashflow, hingga produk yang berlimpah dan siap dijual di pasaran, maka mari tekankan satu hal. Startup yang sukses adalah layaknya manusia yang sukses, pada saat dia pergi, pada saat dia tiada masih ada yang mengingat jasanya, masih ada yang menjadikannya sebagai figur publik. Jadikan startup Anda seperti itu, buat dia bermanfaat bagi Anda, rekan kerja, keluarga rekan kerja, hingga pelanggan.

Berpikir sederhana secara emosional artinya memahami bahwa kesuksesan startup dikaitkan dengan dua hal yakni tata kelola yang terstruktur agar lebih efisien, dan nilai manfaat yang menjadikan bisnis menjadi efektif. Keduanya melibatkan aspek emosional.

Ambil contoh sederhana prinsip ‘tunaikanlah hak mereka pada saat keringat mereka belum mengering’. Pada saat klien Anda tidak mampu mengikuti gaya emosional tersebut dan rekan kerja mulai berkurang efektivitasnya, maka mulai berpikir bahwa pengorbanan perlu dilakukan. Walaupun akhirnya startup Anda tutup karenanya, setidaknya hal terbaik sudah Anda lakukan untuk mengelola dan menjadikan startup tersebut bermanfaat. Jika Anda sudah bisa melaluinya maka yakinlah bahwa badai tersebut hanya menjadi seleksi alam siapa yang mampu membuat startup tersebut menjadi enterprise dan siapa yang ragu mengubah dunia dengan startup.

Hidup startup Indonesia, hidup dunia kreativitas Indonesia!

Dr. Ridi Fe, adalah seorang peneliti di bidang teknologi pendidikan dan juga rekayasa perangkat lunak, saat ini berperan mengembangkan penelitian dan inkubasi startup berteknologi Microsoft di Microsoft Innovation Center, Yogyakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Aplikasi Android Pilihan 19 – 25 Oktober 2015

Next Story

Bisa Menyelamatkan Pendengaran, Headphone Aegis Didesain oleh Remaja 16 Tahun

Latest from Blog

Don't Miss

Web3 penulis

Kepenulisan dan Penulis dalam Blockchain

Nawala dan portal informasi tertulis kian menjadi sarana distribusi informasi

Mencermati Tempat NFT Di Industri Musik

Tak lama setelah lulus kuliah, saya sudah bekerja di industri