Dark
Light

Melihat Facebook Marketplace dari Sudut Pandang Tatanan E-Commerce di Indonesia

2 mins read
October 5, 2016
Facebook Marketplace menjadi penyempurna layanan jual-beli Facebook yang ada sebelumnya / Facebook

Kendati baru diluncurkan di beberapa negara, layanan Facebook Marketplace kini tengah ramai diperbincangkan. Ini merupakan tindak lanjut traksi pengguna layanan jual-beli yang sebelumnya telah dirilis menjadi fitur di Facebook Group. Kelahiran Facebook Marketplace ini tentu membuka diskusi menarik seputar bagaimana layanan jual-beli online akan bertransformasi.

Dari pemaparan pengguna yang sudah dapat mengakses Facebook Marketplace, layanan ini mengadopsi pengalaman semudah bersosial dalam Facebook. Pada intinya Facebook memberikan fitur manajemen penjualan yang terstruktur, kendati saat ini proses pembayaran masih belum tercantum. Menyinggung bisnis jual-beli online, potensi pasar di Indonesia begitu relevan untuk ditautkan, terlebih saat berbincang tentang Facebook, maka Indonesia pun dipastikan turut menjadi prioritas.

Proses e-commerce Facebook di Indonesia masih sangat terfragmentasi

Berjualan di Facebook sudah menjadi budaya yang cukup lama dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Prosesnya beragam, melalui model konvensional ataupun menggunakan fitur yang sudah disediakan (di Group). Begitu populernya cara berjualan di Facebook ini, timbul berbagai peluang dan permasalahan. Peluangnya jelas, sebagai wadah gratis untuk menemukan dan berhubungan dengan pelanggan. Namun permasalahannya muncul karena tidak ada batasan dan SOP yang jelas, penyalahgunaan ada di mana-mana.

Cara yang mengganggu, seperti melakukan tagging ke akun seseorang secara masif hingga upaya melakukan penipuan, sudah sangat lumrah ditemui di lini masa jual-beli Facebook. Ini turut menjadi tantangan bagi Facebook sendiri untuk membangun trust penggunanya. Kendati demikian pengguna (seperti di Indonesia) sangat cepat beradaptasi dengan layanan baru Facebook. Artinya salah satu indikator keberhasilan Facebook Marketplace adalah ketika mampu menyusun alur yang jelas dan lebih terpercaya dalam proses jual-beli di Facebook yang saat ini sudah terfragmentasi.

Transformasi yang dilakukan Facebook Marketplace ini mirip dengan apa yang dilakukan Forum Jual Beli (FJB) milik Kaskus. Awalnya semua proses di FJB memiliki skema yang sama saat orang menuliskan obrolan dalam sebuah forum diskusi, sama seperti Facebook dan proses penulisan status. FJB kini memiliki alur yang lebih jelas untuk proses jual-beli, Facebook Marketplace pun visinya terlihat seperti itu.

Tren e-commerce di Indonesia makin spesifik

Salah satu keandalan yang ingin disuguhkan Facebook melalui social-commerce barunya adalah kekuatan data pengguna yang dimiliki. Berbasis komunitas, layanan Facebook Marketplace dijanjikan memudahkan pengguna untuk menjangkau calon konsumen prospektif di lingkungannya. Apakah ini akan men-disrupt tatanan e-commerce dan online marketplace yang ada di Indonesia saat ini? Untuk menjawabnya diperlukan analisis mendalam seputar bagaimana tren perkembangan bisnis tersebut di Indonesia.

Jika diruntut dari waktu ke waktu, hadirnya layanan berbasis e-commerce di Indonesia makin lama makin mengerucut. Saat ini konsumen mengarah kepada sistem yang bersegmen. E-commerce ataupun online marketplace bergerak semakin spesifik, mereka memiliki brand dengan kelebihan yang ditawarkan spesial bagi pelanggannya. Bahkan segementasinya pun terus mengakar.

Simpelnya seperti ini. Saat orang ingin mencari ponsel dengan harga murah maka dia akan mengarah ke layanan X, saat orang ingin mencari ponsel dengan jaminan kualitas akan mengarah ke layanan Y, dan saat orang ingin membeli ponsel dengan merek tertentu akan mengarah ke layanan Z, kendati layanan X, Y, Z menyediakan produk dengan yang sama yakni ponsel. Belum lagi saat berbicara produk dengan kategori berbeda. Namun ada rumusan pasti terkait pola tersebut, arahnya mulai terlihat ke sana.

Hal tersebut dapat menjadi sebuah alasan bahwa hadirnya Facebook Marketplace sebenarnya tak perlu dikhawatirkan. Di tangan konsumen, semua platform atau sistem e-commerce dianggap sama, prosesnya sudah seragam seperti itu. Saat ini yang menjadi pembanding justru pada bagaimana produk dan layanan pendukung lainnya disuguhkan.

Menekankan kembali kebutuhan konsumen akan layanan e-commerce

Kenyamanan pengguna dalam kaitannya dengan penggunaan layanan e-commerce didefinisikan menjadi banyak hal. Mulai kemudahan menemukan barang yang diinginkan, proses pembayaran yang tidak rumit, logistik yang mumpuni hingga pelayanan pengguna yang responsif. Namun kata kuncinya adalah kenyamanan. Visi e-commerce di Indonesia bukan lagi sekedar digital lifestyle yang sedang bertumbuh, melainkan sudah mulai menggantikan cara orang memenuhi kebutuhan keseharian.

Visi tersebut dibuktikan dengan beragamnya jenis layanan jual-beli online yang disegani oleh konsumen. Jika dulu e-commerce banyak difokuskan untuk barang-barang yang tahan lama, saat ini barang cepat saji pun sudah banyak dikemas ke dalam sistem jual-beli online. Banyak faktor yang mendukung, salah satunya kemapanan digital yang mulai dirasakan oleh masyarakat.

Ketika e-commerce menjadi sebuah kebutuhan orang banyak sedangkan sistem semuanya sudah seragam, maka apa yang dicari pelanggan adalah kenyamanan yang ia butuhkan dalam mendapatkan barang yang diinginkan.

Previous Story

Google Resmi Perkenalkan Smartphone Barunya, Pixel dan Pixel XL

Next Story

Survei DailySocial: Mayoritas Responden Optimis Alat Pembayaran Non-Tunai Bisa Menggantikan Tunai di Masa Depan

Latest from Blog

Don't Miss

Blibli rayakan ulang tahun ke-12

Ulang Tahun ke-12, Blibli Hadirkan Program “Blibli Annive12sary”

Dengan persaingan yang semakin ketat, eksistensi sebuah e-commerce di Indonesia
TikTok Shop

TikTok Shop Tingkatkan Fitur dan Fasilitas Menjelang Tahun Ketiganya di Indonesia

TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling digandrungi saat