Minggu kemarin di beberapa media muncul berita tentang investasi dari Frontier Consulting Group (FCG) ke MediaWave, saham sebesar 30% kini dimiliki FCG sedangkan sisa 70% masih dimiliki oleh founder dari MediaWave yaitu Yose Rizal dan Erik Palupi.
DailySocial memang belum pernah menuliskan secara khusus tentang MediaWave, namun Rama sempat membahas tren layanan seperti yang diberikan oleh MediaWave dalam kaitannya dengan tren social media analytics. Beberapa layanan yang serupa dengan MediaWave antara lain Trendiest dan Katapedia.
MediaWave merupakan platform monitoring dan analisa media sosial yang bisa digunakan oleh para pemilik brand untuk memonitor percakapan konsumen di media sosial, mereka memberikan layanan yang bisa menangkap percakapan dalam bahasa Indonesia dan hasil penggalian yang lebih dalam, termasuk untuk sentimen, data geografis, gender, influencer atau keberadaan kompetitor dan hal berkaitan dengan kata kunci tertentu.
Saya sendiri mencoba menghubungi Yose Rizal untuk mengetahui kabar lebih jauh tentang investasi oleh FCG. Yose menjelaskan bahwa proses investasi ini dilakukan sekitar bulan Mei dan diselesaikan di bulan Juli. Dengan kepemilikian 30% saham oleh FCG, maka Chairman di MediaWave ditempati oleh Handi Irawan, CEO FCG, Yose Rizal menjadi CEO dan Erik Palupi sebagai COO.
Sebelum proses investasi yang ditandai dengan peralihan kepemilikan 30% saham oleh FCG, MediaWave sempat diincar oleh beberapa pihak dari dalam dan luar negeri, namun MediaWave lebih memilih FCG karena memiliki visi yang sama dalam mengembangkan platform mereka, melalui berbagai aktivitas baik riset dan pengembangan, edukasi dan sosialisasi pada pasar, disamping penjualan layanan platform ke pasar. Dengan kata lain investasi tidak semata-mata investasi kapital.
Yose juga menjelaskan bahwa FCG bisa menjadi partner strategic untuk pengembangan MediaWave ke tahap selanjutnya. Dalam rencana jangka pendek, setelah investasi ini, MediaWave akan terus melakukan penyempurnaan platfrom mereka, terutama pada sisi fungsi dan user interface, salah satu hal yang saya pikir bisa jadi fokus utama. Yose menyebutkan bahwa sekitar bulan Agustus akan dirilis versi baru dari MediaWave yang lebih diharapkan akan lebih baik, setidaknya dari dua sisi di atas.
Sedangkan rencana jangka panjang, mereka akan mengembangkan MediaWave ke pasar luar negeri, dengan tahap awal di wilayah Asia Tenggara sebagai sasaran utama, selain itu MediaWave juga akan memanfaatkan platfrom ini untuk pengembangan ke platform-platfrom strategis lainnya.
MediaWave diluncurkan secara resmi pada awal Juli, namun Yose menjelaskan bahwa sejak bulan Maret mereka telah memiliki beberapa perusahaan yang menggunakan layanannya, antara lain BNI 46, Bank Syariah Mandiri, Hutchison Telecomunication, Rohto, Garuda Food, dll. Mereka juga sudah melakukan kerja sama dengan berbagai agensi periklanan dalam menyediakan data bagi klien mereka, beberapa agensi iklan tersebut antara lain Publicis Groupe, WPP, Magnivate, Semut Api Colony, Narrada, dll.
Saya termasuk yang membaca hasil dari kerja sama MediaWave dengan Mark Plus Insight di majalah Marketeers, seperti yang kita tahu Frontier juga memiliki majalah di bidang pemasaran, majalah Marketing, ketika diajukan tentang hal ini, Yose menjelaskan bahwa, “Pada prinsipnya kami tetap terbuka untuk melakukan berbagai kerjasama pengukuran di social media dengan pihak manapun. Tujuan dari kami adalah semakin membiasakan para pelaku industri pemasaran dan brand untuk semakin menyadari pentingnya pengukuran dalam berbagai aktivitas mereka di social media.”
Seperti yang dijelaskan di awal tulisan, selain pemain internasional seperti Radian 6, mereka juga memiliki pesaing lokal seperti Katapedia dan Trendiest, perihal persaingan ini, Yose mengatakan bahwa, “Kami optimis dapat terus berkembang dalam tingkat persaingan di social media measurement.”
Yose juga berharap bahwa pengukuran untuk media sosial lokal bisa dilakukan oleh platform lokal dan tidak dikuasai oleh pemain dari luar negeri. MediaWave senang untuk dapat bersaing sekaligus melakukan sosialisasi pengukuran media sosial untuk para pemain lokal, salah satu alasannya adalah monitoring dan pengukuran percakapan konsumen Indonesia lebih sesuai jika menggunakan platfrom lokal yang didesain khusus untuk pasar lokal.