Sebuah media sosial asal Eropa bernama Plag** kini tengah memantapkan langkahnya untuk melakukan ekspansi ke wilayah Asia Tenggara, termasuk secara spesifik ke Indonesia. Ditargetkan satu juta pengguna dapat terjaring di awal ekspansi ini. Plag** mencoba hadir dengan gaya yang berbeda dengan menghilangkan sistem “following” atau “friend list” yang menjadi konsep umum sebuah platform media sosial. Semua bisa berinteraksi dan terhubung secara langsung dengan semua orang.
“Plag** adalah sebuah eksperimen. Kami mengambil ide dari konsep media sosial dan melucuti semua yang mengganggu aliran informasi. Kami datang untuk menghadirkan kembali perhatian pengguna pada pesan yang tertuang dalam konten, ketimbang pada siapa yang membuat konten,” ujar Marketing & Business Development Manager Plag** Laura K. Inamedinova.
Resmi meluncur pada bulan November 2014 di Eropa, prestasi gemilang Plag** diawali dengan terjaringnya 100.000 pengguna dalam dua bulan pertama aplikasi meluncur. Ditargetkan akhir tahun ini 10 juta pengguna akan terjaring melalui portal Plag** secara global. Saat ini persebaran pengguna Plag** 59 persen dari wilayah Eropa, 26 persen dari wilayah Amerika Serikat, dan sisanya 10 persen di Asia.
Laura menceritakan demografi pengguna Plag** terbagi baik berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tercatat pengguna tertua Plag** berumur 70 tahun dan pengguna termuda berumur 15 tahun, serta didominasi pengguna laki-laki ketimbang perempuan.
“Kami ingin memberikan kepada semua pengguna akses untuk menyebarkan informasi, menerima konten menarik tanpa harus mencari, dan mempertemukan orang yang sependapat dalam suatu hal di tempat yang tak terduga,” ungkap Laura menjelaskan apa yang ingin disajikan Plag** kepada penggunanya.
Rencana perluasan pasar ke wilayah Asia Tenggara
“Kami berencana untuk memperluas penetrasi pengguna di setiap negara di Asia Tenggara dengan sangat natural dan organik,” ungkap Laura.
Upaya tersebut dilakukan dengan serangkaian hal. Di fase awal Plag** berusaha mendekatkan diri dengan influencer serta media lokal untuk memperkenalkan platformnya. Termasuk untuk mendapatkan masukan dari pengguna terhadap aplikasi yang kini sudah ada. Kemudian akan ada upaya untuk menggandeng komunitas mahasiswa di unversitas. Kemitraan ini dinilai akan mendekatkan Plag** pada target audience utama yang ingin disasar di wilayah Asia Tenggara.
Plag** juga berencana untuk memilih ambassador yang akan menjadi tim representatif di setiap negara guna mendampingi adopsi pengguna akan platform-nya.
Kendati peluncuran awal di wilayah Asia Tenggara akan dimulai dari Filipina, Plag** secara tidak langsung juga sudah menyiapkan platfromnya untuk siap digunakan di manapun penggunanya berada. Karena kini Plag** memang sudah disiapkan untuk menjadi sebuah jejaring global.
Upayanya untuk hadir satu per satu di masing-masing negara tujuan tak lain untuk beradaptasi dengan konten lokal. Karena sebagian besar yang membuat pengguna tertarik adalah konten spesifik sesuai dengan kultur yang sedang menjadi tren di negaranya masing-masing. Kendati demikian saluran untuk terhubung dengan informasi global juga tetap akan disuguhkan oleh Plag**.
Harapan Plag** terhadap pangsa pasar di Indonesia
Bagi Plag** terdapat tantangan tersendiri untuk hadir di wilayah Asia, terlebih di negara kultural seperti Indonesia. Masuk ke wilayah Indonesia, hambatan sekaligus peluang berbaur menyambut kehadiran sebuah platform sosial. Plag** kini tengah bersiap untuk hadir di Indonesia. Dengan perkembangan adopsi Internet yang sangat cepat dan diferensiasi budaya yang tinggi, Plag** saat ini sedang dalam proses menjajaki kultur masyarakat yang ada sehingga nantinya dapat dielaborasikan dengan langkah Plag** dalam memperkenalkan layanannya.
“Saya telah 3 tahun bersama tim memasarkan Plag**, di pasar Asia sudah menginjak waktu setengah tahun, dan kami belajar banyak tentang persebaran Plag** yang dibaurkan dengan kultur lokal saat kami memperkenalkan layanan di Jepang. Dari situ kami menemukan kecintaan terhadap budaya lokal. Kesuksesan adopsi di Jepang kami harapkan dapat direplikasi di Indonesia. Kami berharap orang-orang di Indonesia nantinya akan menyambut baik Plag**,” papar Laura menceritakan awal perjalanannya di Asia.
Meskipun di Indonesia kini sudah banyak platform media sosial dengan berbagai karakteristiknya, kontradiksi yang dimiliki Plag** dengan konsep media sosial lainnya, dalam kaitannya dengan layanan dan fitur, membuatnya lebih percaya diri akan diterima masyarakat di Indonesia.
“Aplikasi sosial media lainnya memberikan pekerjaan lebih bagi pengguna barunya untuk menghimpun pertemanan. Namun ketika pengguna bergabung dengan Plag**, secara langsung sudah akan terhubung dengan dunia. Misi kami ialah ingin memperbaiki cara seseorang dalam menanggapi informasi. Saat ini aliran informasi dikendalikan oleh gatekeepers (kekuatan media, pemerintahan, selebriti atau sosok penting lainnya). Dan kami ingin membuat semua orang didengar saat pendapat dan informasi terbaiknya diungkapkan,” pungkas Laura.