Layanan e-commerce besutan Rocket Internet, Lazada Indonesia, kini telah memasuki usia empat tahun beroperasi di Indonesia. Di usianya yang keempat ini, ada dua hal yang menjadi prioritas Lazada Indonesia yaitu akselerasi pertumbuhan di luar kota Jakarta dan implementasi teknologi data. Selain itu, Lazada Indonesia juga berjanji akan tetap fokus berinvestasi berkelanjutan pada platform untuk memperluas infrastruktur logistik, meningkatkan produk, hingga menyediakan solusi pembayaran.
Chief Strategy Officer Lazada Group Magnus Ekbom mengklaim bahwa selama empat tahun beroperasi di Indonesia Lazada berhasil mencatatkan pertumbuhan yang pesat, terutama dari sisi bergabungnya UKM, merek lokal, dan merek internasional. Selain itu, Magnus juga melihat adanya perubahan perilaku konsumen untuk online dan berbelanja yang kini mulai masuk ke mobile.
Di awal tahun 2016 ini, Lazada Indonesia mencatat ada 11.000 penjual yang bergabung dengan Lazada Indonesia, 750 karyawan, lebih dari tiga juta produk terdaftar, dan 22 titik hub yang tersebar di kota-kota tempat LEX beroperasi. Selain itu, Lazada group juga mengumumkan Gross Merchandize Value (pendapatan kotor tahunan) yang mencapai 1,3 miliar dollar untuk kawasan Asia Tenggara. Menariknya, kontribusi mobile terhadap GMV tersebut diklaim mencapai 60 persen pada tahun 2015.
Magnus mengatakan, “Ke depannya, Lazada Indonesia akan fokus untuk meningkatkan jenis produk, memperluas infrastruktur logistik, dan memperkenalkan solusi pembayaran yang mendukung terciptanya pengalaman belanja yang mudah bagi kosumen kami.”
Ingin mempercepat pertumbuhan di empat kota yang berada di luar Jakarta
Sebagai negara berkembang, jumlah pengguna Internet di Indonesia saat ini masih belum begitu banyak bila dibandingkan dengan total populasi yang mencapai lebih dari 250 jiwa, yakni lebih dari 80 juta. Namun di akhir tahun 2016 ini Lazada mengestimasi jumlah tersebut akan meningkat dan mencapai lebih dari 100 juta pengguna. Hal ini menambah optimisme co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan Lazada, khusunya di luar kota Jakarta.
Florian mengatakan, “Di akhir tahun ini [2016] kami mengekspektasikan ada lebih dari 100 juta orang online. […] Ini makin menasbihkan Indonesia adalah pasar yang menarik untuk e-commerce. […] Jadi apa prioritas kami untuk Lazada tahun ini? [Tahun ini] Kami ingin mengakselerasi pertumbuhan luar biasa yang sudah ditunjukkan tahun lalu. Prioritas kami adalah untuk tumbuh lebih cepat di kota luar Jakarta.”
Kota-kota yang menjadi prioritas adalah Medan, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya yang dianggap menunjukkan aktivitas pertumbuhan tinggi selain Jakarta. Salah satu upaya yang dilakukan adalah lewat roadshow untuk memperkenalkan Lazada dan mengakuisisi pengguna baru.
Selain itu, Florian juga menemukan bahwa empat kota yang menjadi prioritas tersebut ternyata memiliki perilaku yang berbeda dalam berbelanja. Barang favorit konsumen di Medan adalah jam tangan, di Bandung adalah peralatan rumah tangga, di Yogyakarta adalah action cam, dan di Surabaya barang yang menjadi favorit adalah ponsel pintar.
Pengembangan data science
Perkembangan teknologi yang pesat juga diantisipasi oleh Lazada dengan mengimplementasikan teknologi big data yang sedang naik daun. Tujuannya adalah untuk bisa memahami konsumen lebih baik lagi agar dapat meningkatkan layanan yang diberikan Lazada. Lazada Indonesia sendiri baru memulai ini tahun lalu.
Kini, ada 15 orang yang tergabung dalam tim data science yang dibentuk Lazada. 15 orang tersebut terdiri atas sembilan orang data scientist, empat data engineer, satu orang project manager, dan satu orang Head of Data Science Lazada Group yang dipegang oleh John Berns.
John mengatakan, “Kenapa kami [Lazada Indonesia] melakukan ini? Karena kami ingin memahami konsumen kami lebih baik. Kanapa? Agar bisa melayani konsumen lebih baik lagi.”
“Kami menggunakan data tersebut untuk memberikan rekomendasi produk berdasarkan riwayat pembelian dan penelusuran [konsumen]. […] Membuat Lazada menjadi lebih lebih efisien, […] dan membantu penjual menemukan konsumen baru,” tambah John.
John mengungkap, selama satu tahun tim data science bekerja mereka telah berhasil medekteksi rata-rata seperempat miliar peristiwa yang terjadi dalam satu hari secara real time juga trafik yang bisa meningkat sebesar 10 kali lipat ketika ada peristiwa big sales.
Data menarik lainnya yang diungkap John adalah, ditemukan bahwa konsumen di Indonesia gemar mencari produk untuk kategori Fashion, Mobile/Tablet Devices, Aksesoris [Kacamata, Jam Tangan, hingga perhiasan, Home & Living, dan Health & Beauty. Ditemukan juga bahwa konsumen wanita di Indonesia ternyata lebih cermat berbelanja online, membeli produk 23 persen lebih banyak, tetapi menghabiskan uaang 35 persen lebih sedikit.
John juga mengklaim bahwa data science yang diterapkan Lazada dapat menentukan jenis kelamin pengguna berdasarkan perilaku penelusuran. Ketepatannya diklaim mencapai 83 persen.
Terakhir, ditemukan juga bahwa kawasan Setiabudi, Keramat Jati, dan Grogol adalah beberapa kawasan di Jakarta yang masyarakatnya gemar berbelanja online melalui Lazada. Sedangkan kawasan Johor Baru, Pesanggrahan, juga Pasar Rebo masih belum menunjukkan minat yang tinggi untuk berbelanja online melalui Lazada.