19 March 2020

by Ads

Masa Depan Esports Mobile

Apa yang membuat esports mobile berbeda dengan yang lainnya? Apa tantangannya?

Gegap gempita industri video game internasional bisa dibilang berfokus pada dua pasar, yakni PC dan konsol. Di satu sisi, masa depan game konsol dipastikan oleh perusahaan besar dengan masing-masing mesin jagoannya. Sementara itu, para penggemar game PC bisa duduk santai mengikuti perkembangan teknologi dan hardware.

Para pelaku industri di jagat video game ada kalanya butuh perhatian terhadap pasar game di mobile. Pasalnya, pasar smartphone serta angka pengguna di platform ini sangat besar. Bahkan, jika diperhitungkan dengan pasar konsol dan PC game, sudah banyak judul game mobile yang menembus pengguna hingga jutaan orang.

Lantas, bagaimana dengan jagat esports di platform ini? Kompetisi berskala internasional seperti The International Dota 2 memang ditasbihkan sebagai salah satu event terbesar. Belum lagi angka viewership turnamen game-game PC yang masih belum bisa dikalahkan oleh turnamen game mobile.

Tapi, berbeda kasus dengan apa yang bisa kita lihat di Indonesia. Turnamen besar macam Mobile Legends Professional League (MPL) nyatanya bisa tumbuh, meski memboyong sistem franchise league yang tertutup. Perlahan, ekosistem esports yang menaungi pelopor turnamen, manajemen tim, atlet, hingga para penikmatnya bisa bersinergi.

Nah, kira-kira bagiamana proyeksi industri esports mobile dalam negeri maupun internasional ke depannya? Apa saja kegiatan dan aspek-aspek yang tengah berkembang dan perlu diperhatikan untuk melihat masa depan esports game mobile? Berikut ini adalah beberapa poin yang sekiranya perlu diperhatikan oleh para pelaku industri game mobile dan ekosistem esports di dalamnya.

Perbedaan Perangkat Esports

Credits: Mobile Legends via Google Play

Para atlet esports mobile gaming yang berlaga di kursi gaming memang kelihatan kaku ketimbang para atlet esports PC yang duduk tegap di balik layar monitor atau atlet game fighting yang memegang joystick besar mirip mesin arcade. Kesan ini ditinggalkan lantaran perangkat mobile cenderung berfungsi sebagai telefon genggam.

Sekilas, kontrol di platform mobile bisa dibilang lebih mudah ketimbang game PC dan konsol. Para pengguna komputer harus menguasai kemampuan menekan tombol sambil mengontrol mouse sementara pengguna game konsol harus akrab dengan berbagai tombol di dalam genggaman. Game mobile khususnya yang tumbuh di platform Android dan iOS menginisiasi fitur sentuhan dan kontrol yang sangat sederhana di layar. Para pemainnya pun diharuskan memerhatikan layar video game sambil menyentuhnya untuk memberi perintah.

Berbeda dengan pengguna PC atau konsol, para pelaku game di smartphone sangat terfokus dengan layar yang berfungsi juga sebagai input ini. Alhasil, ada banyak alat ekstensi yang dikembangkan. Meski berfungsi sebagai ekstensi untuk memberikan input dan memudahkan pemainnya, para penyelenggara turnamen esports game mobile melarang penggunaan alat-alat ini. Para pemain pun dituntut menguasai permainan dengan tangan dan layarnya sendiri.

Padahal, di PC dan konsol, perangkat kendali permainan menjadi preferensi masing-masing pemain layaknya para pemain sepak bola dengan sepatu mereka masing-masing.

Judul Game Populer yang Menjanjikan

Credits: PUBG Mobile

Meski Mobile Legends belum bisa menggeser ekosistem esports Dota 2 dan LoL di skena internasional, portasi mobile dari game-game populer seperti PlayerUnknown’s Battle Grounds (PUBG) atau Call of Duty masih digemari. Di Indonesia, para atlet game-game tersebut pun sudah dikagumi sekian banyak penggemarnya.

Sebut saja prestasi divisi PUBG M Bigetron RA serta kuatnya dominasi RRQ Athena di skena internasional. Dua tim yang para atlet serta manajemennya diatur di Tanah Air ini bisa menorehkan prestasi yang cukup gemilang di tingkat dunia.

Judul game mobile pun bisa bermimpi bisa menyelenggarakan liga semegah MPL jika game mereka berhasil berkembang. Pasalnya, sistem kompetisi musiman juga mendorong para pemainnya untuk settle dan tetap loyal kepada game yang mereka mainkan. Apalagi, untuk skena esports musim tanding menjadi salah satu pendorong yang cukup optimal ketimbang menggelar turnamen pendek.

Selain PUBG Mobile, Free Fire juga sudah menjadi salah satu game esports mobile yang paling populer di Indonesia ataupun di sejumlah negara di Amerika Selatan.

Peran Pengembang dan Pelaku Industri Game Mobile

Credits: Mobile Legends via Google Play

Salah satu tanggung jawab pengembang game yang paling besar adalah menyediakan gameplay yang kompetitif dan menjunjung tinggi semangat fair play. Sayangnya, hal ini sering dibutakan oleh hasrat memeras para pemain dengan in-app purchase hingga membuka sistem yang lebih menguntungkan kala bermain. Padahal, para penikmat game kompetitif sangat kuat berpuasa untuk tidak membeli kosmetik dan lebih berfokus menaikkan kemampuannya dalam bermain.

Kebanyakan RPG (role-playing game) di mobile punya penyakit kambuhan yang menyasar mikrotransaksi. Perkembangan pemain pun bisa berbeda tergantung dari seberapa banyak mereka menggelontorkan uang. Untuk esports yang menjunjung tinggi kompetisi, tentunya mikrotransaksi sangat bermasalah. Apalagi untuk judul game yang pemainnya butuh mengembangkan karakter lebih dulu.

Salah satu contoh yang amat gamblang adalah Mobile Legends dengan sistem Emblem maupun efek skin di dalamnya. Pemain yang belum punya Emblem maupun skin bisa kekurangan potensi di dalam game sehingga hal ini membuat pertandingan bisa dibilang berat sebelah. Untuk kompetisi resmi yang digawangi oleh Moonton, Custom Lobby menjadi solusi di mana persiapan pemain bisa disetarakan. Tapi, derita ini masih dirasakan oleh pemain kasual yang ingin menjajaki tangga Leaderboard.

Jika ingin menciptakan ekosistem yang sportif, para pengembang dan penerbit game kompetitif di mobile harusnya berani mengedepankan semangat fair play dan lebih kreatif dalam mencari pendapatan. Nantinya, pemain hanya butuh melatih ketajaman insting dan mengolah strategi terbaik untuk bisa menguasai permainan.

Perbedaan Teknologi yang Minim di Mobile Game

Sumber: Samsung

Selain mudah, mengakses game di smartphone sangat murah. Jika dibandingkan dengan harga konsol atau merakit PC, batas minimal harga ponsel memang jauh lebih rendah. Ini jadi salah satu aspek yang membuat industri game mobile akan mudah berkembang dan percepatannya enggak bisa dibendung.

Jika dibandingkan, perbedaan tipe smartphone hanya memiliki sedikit efek terhadap game. Bisa dibilang ada dua kualifikasi, yakni flagship yang mampu menjalankan game-game kekinian dengan mudah, dengan “HP kentang” yang dipaksa oleh pemainnya untuk menjalankan game. Alhasil, syarat untuk bisa nyaman memainkan game kompetitif bagi pemain hanyalah meng-upgrade gawai miliknya agar lebih efisien.

Para pengembang smartphone unggulan seperti Samsung tentunya cukup perhatian dengan hal seperti ini. Gawai dari perusahaan besar asal Korea tersebut sering dipakai sebagai gadget resmi di beberapa turnamen mobile berskala internasional. Salah satu alasannya adalah gawai yang dipakai haruslah generik dan tidak memiliki ekstensi lain untuk mempermudah kontrol pemain. Meski disasarkan untuk konsumen luas, flagship Galaxy miliknya bisa menjalankan game kompetitif dan memberi pengalaman yang maksimal buat pemainnya.

Battle Royale, “Pemain Baru” yang Patut Diperhitungkan

Sumber: Garena

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, game battle royale menjadi pasar yang menjanjikan di ranah mobile esports. Judul-judul game seperti PUBG Mobile dan Free Fire pun jadi bukti nyata begitu besarnya pasar ini.

Hadirnya tim-tim esports besar yang terjun ke persaingan esports battle royale mobile memang jadi salah satu acuan. Namun, satu aspek yang begitu mencolok dari pesatnya perkembangan esports battle royale mobile adalah hadirnya publisher-publisher regional (Asia Tenggara) yang menguasai pasar.

Kita ambil contoh Garena Indonesia selaku pemegang lisensi game battle royale Free Fire. Publisher asal Singapura ini mampu mempertahankan Free Fire sebagai salah satu game terlaris di Google Play Store.

Dengan pendekatan kemampuan karakter, Free Fire lebih bertumpu kepada komposisi dan gaya bermain yang cukup signifikan. Hasilnya, game ini pun begitu digemari hingga pemerintah menaruh perhatian. Hadirnya Piala Presiden Esports 2019 yang beberapa waktu lalu mempertandingkan game ini juga menjadi bukti bahwa pemerintah akan mendukung cabang game yang populer dan kompetitif.

Selain dukungan pemerintah, besarnya nama Free Fire pun turut mengundang partnership dengan produsen gawai kelas kakap. Di ajang Piala Presiden Esports 2020, Garena bekerja sama dengan Samsung sebagai smartphone resmi.

Publisher yang juga merilis game MOBA Arena of Valor ini juga merekomendasikan Samsung sebagai gawai terbaik untuk bermain Free Fire. Samsung Galaxy A80 dan Galaxy A71 menjadi yang paling direkomendasikan karena dianggap memiliki spesifikasi yang mumpuni seperti chipset Qualcomm Snapdragon 730G yang dirancang khusus untuk kebutuhan gaming.

Hal ini pun menunjukkan betapa besarnya potensi mobile gaming dan skena esports-nya sehingga merek-merek ternama pun tidak ragu untuk berinvestasi. Tidak menutup kemungkinan jika nantinya raksasa elektronik atau merek ternama lain juga mengikuti jejak Samsung untuk mensponsori turnamen esports sekelas Piala Presiden Esports.


Berbeda dengan pasar PC yang sangat mahal maupun konsol game yang lebih eksklusif, pasar industri esports game sangat terbuka di platform mobile. Jagat esports di platform mobile bisa dibilang sangat cerah jika melihat potensi target pasar yang lebih luas. Tugas besar justru berada di pengembang serta pelaku turnamen esports untuk memberikan ekosistem yang senantiasa kompetitif bagi para pemainnya.

Disclosure: Artikel ini disponsori oleh Samsung.

Sumber Feat Image: Garena