Scope bisnis e-commerce di Tanah Air kini makin dibuat mengerucut agar bisa bersaing dengan kompetitor yang memiliki segmen bisnis hampir sama. Dengan visi ingin memajukan UKM lokal, Balimall hadir dengan semangat menjembatani UKM lokal di Bali untuk bisa berjualan online.
Balimall resmi berdiri pada Agustus 2016 di bawah PT Balimall Marketplace. Pendirinya adalah David Limanto (Founder), Lyson Suwongto (Founder), dan Frans Budi Pranata (Co-Founder). Balimall berbentuk situs e-commerce yang memiliki dua lini bisnis, pertama untuk menjual produk-produk khas pulau Bali mulai dari apparel, perhiasan, cinderamata, oleh-oleh, fesyen, dan lainnya. Kedua, untuk menjual voucher sebagai unsur penambah experience konsumen terhadap Bali.
“Berbicara mengenai Bali, apa yang diinginkan konsumen bukan hanya barang-barang dari Bali saja. Tetapi juga mengenai experience yang ingin mereka rasakan. Jadi Balimall ini bisa dikatakan perpaduan antara Groupon dengan Lazada,” ujar Yanuar Kurniawan Putra, Marketing Communication Balimall kepada DailySocial, Senin (3/10).
Menurutnya, tingkat perhatian pengusaha UKM di Bali untuk berjualan ke jalur online belum terlalu tinggi, sementara sumber dana mereka yang masih terbatas. Dari segi potensi, pengusaha UKM Bali yang bisa digandeng oleh Balimall sangat luas. Di Denpasar sendiri jumlahnya bisa mencapai 1.030 UKM, menurut data Dinas Koperasi UKM Bali.
Agar UKM Bali bisa berkompetisi di pasar online, ada beberapa peningkatan kualitas dilakukan oleh Balimall, misalnya quality control dari standar packaging dan stiker untuk menandakan produk yang dibeli berasal dari situs Balimall. Untuk akuisisi merchant, pihaknya akan melakukan kunjungan lokasi kerja agar dapat melihat langsung bagaimana proses kerjanya.
Persyaratan lainnya agar merchant yang dapat bergabung adalah sudah berusia minimal satu tahun dan menyanggupi untuk menyediakan stok barang minimal lima buah per item-nya. Juga minimal memiliki 20 SKU yang berbeda.
Pihaknya akan rutin bekerja sama dengan Dinas Sosial UKM Bali untuk mengadakan berbagai pelatihan demi meningkatkan soft skill dan hard skill pengusaha, tidak hanya pengetahuan terhadap bisnis online tetapi juga nilai-nilai entrepreneurship dan membentuk komunitas UKM Bali.
Saat ini jumlah merchant yang sudah diakuisisi Balimall sekitar 35 UKM. Targetnya pada akhir tahun ini diharapkan ada 1.000 SKU yang bisa dihasilkan.
“Berbagai upaya kami lakukan, ingin membuat merchant dapat menjadikan Balimall sebagai mitra bisnis mereka dalam meningkatkan omzet bisnisnya. Sekaligus melahirkan creativepreneurship dari Bali yang bisa jadi sesuatu untuk Indonesia.”
Untuk lini bisnis experience, Balimall akan menjual voucher dari berbagai event acara. Mulai dari kuliner, pertunjukan, wahana hiburan, cafe, hingga hotel. Mekanisme voucher hotel akan berbeda dengan skema bisnis Online Travel Agent (OTA) yang umum beredar di Indonesia.
Pihak hotel yang sudah bekerja sama dengan Balimall nantinya akan mengeluarkan voucher dengan tanggal dan harga yang sudah mereka tentukan sendiri. “Bentuknya semacam last deal, mekanismenya tersistem online oleh pihak hotel itu sendiri. Bukan dari kami.”
Siap sinergikan bisnis dengan sister company
Salah satu founder Balimall sebelumnya menjadi co-founder dari beberapa layanan e-commerce. Beberapa di antaranya yakni Batikmal, dan Wokuwoku. Dalam jangka panjang, kedua layanan e-commerce tersebut direncanakan dapat melakukan sinergi bisnis dengan Balimall.
Produk-produk yang ada di Balimall, akan dapat terpajang di Batikmal dan Wokuwoku. Begitupun sebaliknya. Dalam jangka panjang akan hadir pula layanan e-commerce khusus daerah lain dengan konsep bisnis yang serupa dengan Balimall, seperti Malang dan Semarang.
“Sinergi bisnis dengan Batikmal dan Wokuwoku merupakan target jangka panjang Balimall. Kemudian, kemungkinan kami juga bisa melakukan sinergi kerja sama dengan anak-anak usaha lainnya dari founder kami. Sebab visi mereka adalah heritage Indonesia harus go online,” pungkas Yanuar.