Dark
Light

Mampir Indonesia, CEO OpenAI Paparkan Pandangannya Soal Dampak Revolusi AI

2 mins read
June 16, 2023
CEO OpenAI di Indonesia

Hotel Indonesia Kempinski Jakarta kedatangan tamu spesial pada hari Rabu (14/6/2023) kemarin. Tamu yang dimaksud adalah Sam Altman, CEO dari OpenAI, alias sosok paling tepat untuk ditanyai segala hal yang berkaitan dengan ChatGPT.

Indonesia adalah negara ke-21 yang Sam dan timnya sambangi dalam sebulan terakhir ini. Dalam acara tanya-jawab yang berlangsung selama sekitar satu jam, Sam memaparkan berbagai pandangannya mengenai dampak revolusi AI yang sedang kita alami saat ini.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Nadiem Makarim, membuka sesi tanya jawab dengan menanyakan pendapat Sam terkait masa depan dunia pendidikan di era AI. Beliau secara spesifik menekankan bagaimana kehadiran AI macam ChatGPT kemungkinan besar akan mengubah cara guru menilai progres murid-muridnya.

Menurut Sam, ini bukan pertama kalinya terjadi revolusi di dunia pendidikan. Kekhawatiran yang serupa pun juga pernah terjadi, contohnya ketika dunia baru pertama mengenal kalkulator dan mesin pencari. Sama seperti sekarang, sentimen negatif pun juga banyak disuarakan ketika kedua teknologi itu ditemukan.

Solusinya kalau menurut Sam adalah dengan merangkul teknologinya. Ia percaya bahwa dengan dibantu alat-alat yang lebih baik, potensi manusia akan meningkat, demikian pula ekspektasi kita. Teknologi dapat mengotomatiskan sebagian dari yang manusia lakukan, sehingga pada akhirnya manusia bisa memaksimalkan kapasitasnya untuk sesuatu yang baru.

Di mata Sam, melarang penggunaan ChatGPT sekarang kurang lebih sama seperti melarang penggunaan kalkulator di ujian kalkulus. Itulah mengapa diperlukan perubahan dalam cara mengevaluasi murid. Tidak menutup kemungkinan juga bagi para guru untuk mengajari muridnya dengan cara yang berbeda.

Bicara soal solusi yang dapat diambil untuk mengantisipasi penggunaan AI dalam proses pembelajaran, Sam menjelaskan bahwa penggunaan detektor tulisan AI hanyalah solusi jangka pendek. Solusi semacam ini bukannya tidak diperlukan, akan tetapi kita harus selalu paham bahwa kinerjanya tidak mungkin bisa sempurna. Solusi jangka panjangnya, ya mengadaptasikan cara kita mengevaluasi murid itu tadi.

Arah perkembangan AI ke depannya

Insight menarik lain dari Sam datang saat beliau ditanyai mengenai batasan teknologi AI. Menurutnya, large language model (LLM) akan menjadi enabler bagi banyak hal. Namun untuk sekarang, LLM masih belum bisa berkontribusi terhadap pengetahuan ilmiah. AI masih belum bisa menghasilkan ide baru. Apa yang AI hasilkan saat ini pada dasarnya merupakan hasil pembelajarannya dari materi-materi yang sudah ada.

Untuk bisa menciptakan AI yang mampu berpikir dan menciptakan ide baru, Sam menilai dibutuhkan paradigma riset baru. Dari caranya menyampaikan, hal ini mungkin masih cukup jauh di agenda OpenAI.

Agenda yang lebih dekat mungkin adalah mematangkan kemampuan berbahasa ChatGPT. Menurut Sam, GPT-4 saat ini sudah bisa memahami dengan baik sekitar 20 bahasa yang paling populer di dunia, akan tetapi masih pas-pasan untuk 80 bahasa lainnya.

Berkaitan dengan hal ini, Sam mengatakan bahwa OpenAI sangat terbuka terhadap kontribusi setiap negara. Ia mencontohkan bagaimana Indonesia bisa menciptakan dataset bahasa Indonesia yang kemudian dapat dipakai untuk melatih ChatGPT.

Ya, AI seperti ChatGPT akan terus bertambah pintar ke depannya, namun Sam percaya bahwa tidak akan ada satu AI yang luar bisa kapabel yang bisa melakukan segalanya. Yang lebih mungkin adalah beberapa sistem AI yang diarahkan oleh orang-orang yang berbeda, yang semuanya berkontribusi terhadap peradaban manusia sebagai suatu kolektif.

Regulasi AI

Bicara soal regulasi, Sam mengemukakan pentingnya melibatkan semua negara dalam hal ini. Alasannya tidak lain karena setiap negara pasti memiliki aturan yang berbeda — apa yang bisa diterima oleh masyarakat Amerika Serikat, belum tentu bisa diterima oleh masyarakat Indonesia.

Itulah mengapa OpenAI selalu terbuka untuk berkolaborasi dengan regulator di berbagai negara, dan ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka mengadakan tur dunia ini. Menurut Sam, perlu ada sikap global yang disepakati oleh seluruh negara mengenai AI.

Membuat regulasi dalam konteks global seperti ini jelas sulit untuk dilakukan, tapi bukan berarti mustahil. Pada kenyataannya, umat manusia juga sudah pernah berhasil melakukannya beberapa kali, contohnya regulasi terkait bom atom dan senjata biologis.

Menjelang akhir sesi, Sam mengatakan bahwa AI kemungkinan besar bakal jadi revolusi teknologi paling berdampak yang pernah manusia ciptakan. Untuk memandunya, kita perlu menggunakannya. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ChatGPT dirilis ke publik, supaya ada diskusi mengenainya.

Menurut Sam, merangkul teknologi selagi memikirkan bagaimana cara memitigasi risiko-risiko yang diciptakan adalah kunci untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Ia percaya bahwa AI adalah teknologi yang tidak bisa dihentikan, dan yang memang seharusnya tidak dihentikan. Meski begitu, kita perlu membimbing dan mengarahkannya dengan baik, dan inilah yang menjadi salah satu tantangan terbesar manusia saat ini.

Previous Story

Kronologi Protes Pemain Profesional League of Legends Hingga Akhir

Realme Merilis C53 NFC, Unggulkan Fitur Champion 33W SUPERVOOC di Harga Rp2.099.000
Next Story

Realme Merilis C53 NFC, Unggulkan Fitur Champion 33W SUPERVOOC di Harga Rp2.099.000

Latest from Blog

Don't Miss

Lenovo-Hadirkan-3-Laptop-Copilot+-PC-Bertenaga-AI-di-Indonesia,-dengan-Intel,-AMD,-Hingga-Qualcomm

Lenovo Hadirkan 3 Laptop Copilot+ PC Bertenaga AI di Indonesia, dengan Intel, AMD, Hingga Qualcomm

Lenovo telah memperkenalkan jajaran laptop Copilot+ PC terbaru yang ditenagai

Solusi AI Menarik Hadir Dari Pemenang Samsung Innovation Campus

Inovasi teknologi sering kali lahir dari kepekaan terhadap masalah di