Dark
Light

Startup Studio dari Liv.it Bantu Tumbuh Kembang Startup di Masa Awal Kemunculan

2 mins read
April 20, 2015

Startup studi dari Livit / shutterstock

Meskipun masih dalam masa pertumbuhan, tetapi jika dibandingkan beberapa tahun ke belakang, ekosistem industri startup Indonesia saat ini sudah jauh lebih matang. Kematangan ini pun ditunjukkan dengan semakin banyaknya program yang dapat membantu pertumbuhan startup di masa-masa awal kemunculannya seperti program akselerator dan inkubator. Kini ada satu program baru yang sedikit berbeda dari yang sudah ada di Indonesia, yakni Startup Studio dari tech startup ecosystem Liv.it.

Startup Studio resmi diperkenalkan ke publik pada minggu lalu oleh tech startup ecosystem Liv.it yang berbasis di Bali dan Bandung, Indonesia. Keputusan untuk meluncurkan Startup Studio ini diambil setelah melihat pertumbuhan dan kesuksesan startup yang telah dibentuk oleh Liv.it sejak 2010, seperti Mailbird, Vilondo, Labster and Smartlaunch.

Managing Director Liv.it Kristina Viderø mengatakan, “Setelah pertumbuhan dan keberhasilan startup-startup yang kami miliki, kami memutuskan untuk bekerja lebih stategis lagi dengan tech startup ecosystem Liv.it sebagai Startup Studio. Minggu lalu kami meluncurkan Startup Studio. Startup Studio ini berperan dalam mendirikan dan membantu startup kita tumbuh dengan dukungan dari semua sumber daya yang kami punya.”

Pada dasarnya, apa yang dilakuan oleh Liv.it sendiri selama bertahun-tahun adalah bermitra dengan para pendiri startup dengan ide-ide yang dimiliki mereka atau yang berasal dari pihak Liv.it sendiri. Dalam kerja sama yang terjalin dengan pendiri startup, Liv.it berusaha untuk menemukan entrepreneur lain yang dapat bertindak sebagai CTO, CPO (Chief Product Officer), atau bahkan CEO yang merepresentasikan saham Liv.it di perusahaan tersebut. Selain itu, Liv.it juga menyediakan berbagai infrastuktur lain yang dapat mendukung kegiatan startup selama bergabung di Liv.it nanti.

“Di sini (Startup Studio) kami mengundang para pendiri untuk berkolaborasi dalam membangun bisnis teknologi generasi berikutnya, dibandingkan dengan hanya mentoring atau menginvestasikan uang dalam sebuah ide, kita berkontribusi secara full time dengan memberikan co-founder yang punya passion yang sama untuk startup,” tambah Kristina.

Singkatnya, Startup Studio akan menyediakan full time Co-Founder yang akan menjadi bagian dari startup dan sepadan dengan kebutuhan Founder serta startup itu sendiri. Startup Studio juga menyediakan mentor, adviser, dan juga para ahli, baik in-house maupun dari luar, yang dapat memangku jabatan sebagai CEO, CTO, CPO, financial adviser, dan jabatan penting lainnya.

Lebih jauh, Liv.it Startup Studio juga akan membantu membuka akses ke para spesialis (growth hacking, finance, marketing, web development dan graphical design, HR & recruitment, dan lainnya) untuk mempelajari beberapa hal penting yang dibutuhkan startup dalam menumbuhkan bisnisnya. Pihak Liv.it akan menutupi biaya spesialis ini pada tahap bootstrapping.

Kristina menjelaskan, “Co-Founder hanya akan menjadi bagian dari salah satu startup tertentu dan bekerja full time bersama dengan pendiri yang lain. […]. Di sisi lain tim Liv.it juga mendukung semua startups dengan Spesialis, Mentor, Penasihat, dan lainnya. Spesialis dan Mentor ini bekerja pada beberapa startups tergantung pada permintaan dan kebutuhan khusus.”

Perbedaan Program Akselerasi dan Inkubasi dengan Startup Studio

Sejatinya program Startup Studio ini memiliki tujuan yang sama dengan program seperti akselerasi dan inkubasi, yakni membantu pertumbuhan startup di masa-masa awal mereka berdiri. Namun, sesungguhnya ada tiga perbedaan mendasar antara Startup Studio dan dua program percepatan startup tersebut.

Pertama, tim startup studio dapat menjadi bagian dari startup yang mengikuti programnya dan memangku jabatan yang penting. Kedua, Startup Studio tak akan memberikan direct investment kepada startup manapun yang mengikuti programnya. Ketiga, tak ada batasan waktu untuk startup dalam mengikuti program ini.

Kristina mengatakan, “Perbedaan utama adalah, kita menjadi bagian aktif dari startup sampai ada exit. […]. Akselerator dan inkubator biasanya berkomitmen untuk beberapa startups dengan pangsa ekuitas rendah. Liv.it berkomitmen untuk beberapa startups dengan saham yang sama, passion yang sama dan beban kerja yang sama.”

“Mengenai waktu, Liv.it juga membedakan dirinya dari Accelerators dan Inkubator dengan memberi kelonggaran pada startup kami untuk menetap selama yang mereka ingin di coworking dan coliving kami di Bali. Dengan demikian startup dapat menjadi bagian dari jaringan yang lebih besar dari foundersentrepreneurs, investors dan orang-orang yang menarik lainnya,” tambah Kristina.

Target dan Rencana Liv.it Startup Studio

Menurut Kristina, di tahun 2015 ini Liv.it Startup Studio masih akan mencari satu lagi startup yang ingin bergabung dengan mereka. Lebih rinci, Kristina juga mengungkapkan bahwa Liv.it Startup Studio tertarik pada area bisnis startup yang mengembangkan perangkat lunak segmen perusahaan dan konsumen untuk desktop dan mobile (cross-platform seperti Xamarin). Selain itu mereka juga tertarik dengan startup yang fokus pada EdTech (Education Technology), AI (Artificial Intelligence), Virtual Reality dan Augmented Reality, hingga Digital Publishing.

Startup yang mengikuti program Startup Studio juga akan mendapatkan fasilitas yang mendukung aktivitas mereka selama mengikuti program ini melalui Livit Spaces.

Previous Story

Cara Pindah Blog dari Blogspot (Blogger.com) ke WordPress

Next Story

MakanLuar Membangun Loyalitas dan Perkuat Komunitas

Latest from Blog

Don't Miss

DailySocial mewawancarai Rivana Mezaya selaku Director of Business Development Strategy & Special Projects Grab Indonesia / DailySocial

[Video] Fokus Grab Ventures Velocity Mendukung Ekosistem Startup Indonesia

DailySocial bersama Rivana Mezaya, Director of Business Development Strategy &
Indigo Impact Report 2021

Laporan DSInnovate: Dampak Program Inkubator dan Akselerator untuk Ekosistem Startup Indonesia

Menurut data terbaru yang dirangkum laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi