Dark
Light

LivingSocial Siapkan Layanan di Luar Daily Deals, Bantu Merchant Kembangkan Bisnisnya

1 min read
June 25, 2012

LivingSocial adalah satu di antara layanan daily deals terbesar di dunia. Berpusat di Washington DC, LivingSocial memiliki berbagai jaringan, termasuk di Indonesia saat mengakuisisi Grup Ensogo yang membawahi DealKeren. Meskipun memang fokus utama bisnisnya adalah daily deals, bukan berarti LivingSocial tidak melihat peluang bisnis di lini yang lain.

Saat membantu merchant untuk menyiapkan solusi daily deals-nya, LivingSocial melihat bahwa banyak merchant yang menggunakan sistem point-of-sales yang rumit untuk men-track aktivitas pembelian dan proses pembayaran yang dilakukan oleh konsumen. Di sini LivingSocial melihat peluang baru untuk mendobrak status quo.

Seperti dikutip dari Washington Post, LivingSocial bakal memperluas lini bisnis untuk membantu merchant, terutama Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam hal yang berhubungan dengan pemasaran digital, loyalitas konsumen, dan operasi point-of-sales. Di akhir tahun lalu, LivingSocial membentuk Divisi Merchant Solution yang dikepalai mantan eksekutif PayPal, Dickson Chu. Menurut Chu, saat ini mereka sedang mengerjakan sejumlah produk dan bakal meluncurkannya dalam beberapa minggu ke depan dengan merchant terpilih.

Dengan memasuki lini bisnis baru, LivingSocial akan membentuk demand baru dan tentu saja kompetitor baru. Jika selama ini di segmen daily deals mereka hanya bersaing dengan Groupon, di lini baru ini mereka akan bersaing dengan berbagai pengembang software sejenis. LivingSocial berniat menguasai layanan dari hulu ke hilir untuk program loyalitas konsumen dan promosi digital macam daily deals.

Proyek yang dilakukan oleh kantor pusat LivingSocial ini memang belum banyak diketahui oleh LivingSocial di negara lain. Saat kami mengkonfirmasi hal ini dengan pihak LivingSocial Indonesia, mereka menyebutkan malah baru mengetahuinya. Menurut sumber kami, kantor lokal akan memilih menunggu hasil pilot project dari kantor pusat. Jika dirasa memang sukses dan bisa direplikasi ke kantor di negara-negara lain, kantor lokal biasanya memiliki waktu 6 bulan untuk mengimplementasikannya.

Beberapa pendapat menganggap bahwa usaha bisnis baru ini merupakan usaha LivingSocial untuk menjauh dari bisnis daily deals yang sekedar menawarkan diskon bagi pelanggan baru. Belum lagi kritik bahwa sejumlah program daily deals yang diikuti oleh usaha kecil bukannya memberikan untung malah disinyalir mendatangkan kerugian. Menjawab kritik ini, CEO LivingSocial Tim O’Shaughnessy menegaskan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan oleh perusahaan, 54% merchant mengatakan memperoleh keuntungan, sedangkan 31% mencapai break even. Artinya usaha yang merugi “hanya” 15%.

Yang jelas, menurut O’Shaughnessy, hal-hal baru yang dilakukan oleh perusahaan di masa datang adalah di mana diskon bukan lagi menjadi pendorong utama.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Indonesia’s Telecommunications Regulatory Body Wants RIM to Move Manufacturing from Malaysia to Indonesia

Next Story

Berpikir Seperti VC (Bagian 2)

Latest from Blog

Don't Miss

Pendanaan Awal Olsera

Startup POS Olsera Terima Pendanaan Awal 35,8 Miliar Rupiah dari Kejora-SBI Orbit Fund

Startup pengembang platform point-of-sales (POS) Olsera hari ini (07/1) mengumumkan
Belum ada pemain yang mendominasi pasar Point of Sales, berlomba-lomba memperkuat inisiatif "go digital" bagi UMKM / Deposit Photos

“Point of Sales” Sebagai Pintu Gerbang Digitalisasi UMKM

Siapa yang mendorong laju transformasi digital di Indonesia? COVID-19. Terdengar