Di era digital ini, Anda butuh menjual ide bisnis yang “out of the box” untuk menarik calon konsumen. Tidak sekadar menjual ide lama dengan bungkusan baru saja. Akan tetapi, memiliki ide berani bakal tidak berarti apa-apa jika Anda tidak bisa menjualnya. Apalagi ketika menghadap calon klien yang pemikirannya masih konvensional.
Mengapa demikian? Sebab kebanyakan orang konservatif sangat takut pada ide kreatif. Menurut mereka, gagasan baru itu asing di telinga mereka, sehingga cenderung dianggap berisiko. Meski, risiko itu adalah sesuatu yang tidak dapat terelakkan dalam dunia bisnis.
Apalagi dalam era disruptive ini, bisnis startup tidak bisa dianggap sebagai koin yang memiliki risiko di satu sisi dan keamanan di sisi lainnya. Bisnis itu seperti koin dengan pisau bermata dua. Tidak mengambil risiko itu berisiko dan jika berani mengambil risiko, nah itu berisiko juga.
Artikel ini akan mengulas lebih jauh strategi apa saja yang perlu Anda terapkan saat menjual ide startup yang menarik ke calon klien. Berikut rangkumannya:
1. Buat gambaran yang sangat jelas di pikiran klien
Jika tujuan Anda adalah mendaratkan akun utama dengan hubungan jangka panjang, bagaimana Anda bisa membantu orang lain memvisualisasikan sasaran yang spesifik? Contohnya, daripada menjanjikan peningkatan pertumbuhan atau keuntungan, dapatkan Anda menguraikannya jadi lebih eksplisit?
Dapatkan Anda membuat gambaran yang jelas tentang masa depan yang akan terlihat setahun dari sekarang? Seperti apa perusahaan nantinya? Kemudian, akan ada berapa banyak karyawan dan konsumen? Bagaimana dengan proyeksi penjualan Anda pada lima tahun mendatang?
2. Bangun argumen dengan alasan paling rasional
Kesalahan terbesar yang saya lihat adalah menjual ide tanpa melampirkan bukti tak berwujud dan klaim singkat, atau abstrak. Apabila Anda mengeleminasi berbagai variabel dengan menghilangkan keabstrakan tersebut, Anda dapat menunjukkan kontrol.
Kelilingi ide Anda dengan informasi sebanyak mungkin, termasuk jadwal, biaya yang diantisipasi, calon mitra, dan sebagainya. Membuat hipotesis dalam hal ini diperbolehkan, namun harus spesifik.
3. Validasi dengan membandingkan kondisi setara
Validasikan keabsahan ide Anda dengan studi kasus. Buat bukti dan hubungan paralel dengan ide Anda. Idealnya, validasi ini akan datang dari pengalaman Anda pribadi atau bisnis Anda sendiri.
4. Tentukan risiko dengan perilaku pelanggan
Tunjukkan bagaimana tren yang lebih besar (seperti munculnya era milenium, laju media sosial, atau peningkatan risiko di daerah perkotaan) untuk memperkuat poin Anda. Kemudian, tunjukkan bagaimana ide yang Anda ajukan sesuai dengan tren yang lebih besar ini.
5. Bantu konsumen untuk bisa menjual ide Anda
Seringkali, orang yang Anda hadapi bukanlah decision maker. Mereka perlu mendapatkan keputusan dari orang lain. Bantu mereka dengan memberi alat yang dapat permudah mereka untuk menjualnya. Untuk itu saat menyusun presentasi, pastikan bahwa mereka dapat berdiri tanpa Anda, dengan menyediakan amunisi yang mumpuni.