Dark
Light

Lima Alasan Pendiri Startup Mundur Setelah Perusahaan Diakuisisi

1 min read
August 9, 2016
Salah satu alasan CEO pendiri startup yang memutuskan keluar adalah untuk memulai produk baru, memulai petualangan baru / Pixabay

Dunia perusahaan rintisan adalah dunia yang dinamis dan cepat berubah. Ada banyak drama juga yang terjadi di sini, investasi, strategi exit IPO atau akuisisi, hingga siapa yang akan menjadi unicorn. Pun demikian, salah satu kasus yang menarik ada dalam drama akusisi yang tak jarang membuat para CEO pendiri memutuskan untuk mundur dari perusahaan yang dibangunnya.

Memang ada beragam alasan CEO pendiri startup mundur dari jabatannya ketika proses akuisisi terjadi. Ini juga akan kembali pada filosofi yang dipegang teguh oleh masih-masing individu. Tapi bila harus dirangkum, lima alasan yang diungkap oleh CEO dan Co-Founder EchoSign Jason M. Lemkin di Quora menurut saya sudah bisa mewakili jawaban dari pertanyaan kenapa ada CEO yang keluar setelah proses akuisisi.

Sulit bekerja untuk orang lain

Alasan pertama dan paling umum adalah tidak bisa bekerja untuk orang lain. Pendiri yang menjabat sebagai CEO umumnya tidak keberatan bekerja dengan orang lain, bahkan tidak perlu menjadi “bos” pun bukan masalah besar bagi mereka. Tapi, ketika proses akusisi terjadi dan mereka diberitahu apa yang harus dilakukan dan tidak, terutama ketika itu tidak jelas “benar” adalah hal yang sulit diterima mereka. Satu-satunya jawaban adalah, melakukan beberapa hal dan keluar.

Alasan ekonomi

Tidak jarang ketika proses akusisi terjadi, perusahaan pembeli melakukan hal yang salah secara ekonomi. Contohnya, tidak ada intensif ekonomi yang layak sebagai alasan untuk tetap tinggal di perusahaan. Pendiri juga akan membenci perusahaan meski memutuskan untuk tetap tinggal bila terjadi ketidakseimbangan carrot-stick.

Sulit bekerja di bawah aturan ‘rumah’ orang lain, meski bukan tidak mungkin

Seorang pendiri sudah terbiasa menjalankan usahanya dengan melakukan inovasi atau cara-cara unik lain dan tidak standar. Dan itu terbukti bekerja. Ketika akusisi terjadi, mereka harus menjalankan itu melalui persetujuan komite-komite. Harus menggunakan tim penjualan mereka untuk ekspansi masa depan, yang juga menjual 4 produk lainnya? Itu bisa jadi sulit, meski bukan tidak mungkin.

Ingin membangun produk lain

Katakanlah produk yang diakusisi adalah produk yang sempurna. Pun demikian, seorang entrepreneur sering memiliki keinginan untuk membangun produk lainnya lagi dan memulai petualangan baru. Contoh nyatanya sudah cukup banyak, Jason M. Lemkin dengan EchoSign yang diakusisi Adobe dan untuk pasar Indonesia ketika Path milik Dave Morin diakusisi oleh Daum Kakao.

Istirahat

Terakhir adalah alasan paling sederhana, namun sering dilewatkan oleh pihak yang mengakusisi, yaitu sekedar perlu istirahat. Bukan hal yang mudah membangun sebuah perusahaan dari bawah, dari nol. Terlebih jika perusahaan bisa bertahan hingga lima tahun atau lebih. Saat itu, semua orang bisa lelah dan tak jarang jabatan yang mewah atau program retensi pun tidak bisa mengobati ini. Pihak yang mengakuisisi harus paham dan mengubah 50% waktu CEO menjadi konsultan dan “non-eksekutif chairpeople” dari startup mereka. Banyak pihak yang mengakuisisi melakukan ini dengan baik, tetapi tidak sedikit juga yang tidak.

Pun demikian, bila proses akuisisi berjalan dengan baik, kebanyakan CEO juga akan tinggal selama 2-3 tahun. Mungkin lebih dari itu menurut Jason. Bahkan bila memang para CEO pendiri ini masih bisa melakukan sesuatu yang luar biasa setelah akuisisi, itu bisa menjadi tujuan lain dan bisa membuat mereka bertahan lebih lama.

Previous Story

DOKU Resmikan Kemitraan Strategis dengan PayEase, Dukung Transaksi Indonesia dan Tiongkok

Next Story

Apa yang Baru dari Modem MiFi Andromax M3Y dan M3Z? Temukan Jawabannya di Artikel Ini

Latest from Blog

Don't Miss

Indigo Impact Report 2021

Laporan DSInnovate: Dampak Program Inkubator dan Akselerator untuk Ekosistem Startup Indonesia

Menurut data terbaru yang dirangkum laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi
Jefrey Joe berbagi pengalamannya dalam membantu founder mencari dan mengeksekusi model bisnis

Mengupas Serba-Serbi Model Bisnis pada Startup

Startup tak melulu bicara soal merealisasikan ide menjadi sebuah produk.