Pelajar atau mahasiswa tentu akan sering mendapat tugas untuk menyusun sebuah karya ilmiah, baik itu makalah, skripsi, atau tesis. Masalahnya terkadang mereka mengalami kesulitan untuk mencari buku sebagai bahan penulisan di perpustakaan. Inilah yang menjadi latar belakang hadirnya layanan libSPOT yang berbasis di Jambi dan didirikan oleh Muhammad Rahman dan Muhammad Jamil.
Saat ini layanan libSPOT memang belum resmi diluncurkan dan rencananya bakal selesai dikembangkan tahun depan. Walaupun situsnya sudah dapat diakses namun banyak fitur yang masih belum berjalan. Dalam situsnya mungkin dapat menggambarkan sedikit tentang fitur yang akan tersedia, seperti Database Perpustakaan, Menurut Wilayah, Buku Terbaru, Sebarkan Buku, Buat Perpustakaan, Mudah Ditemukan, dan Jutaan Buku Terindeks.
Platform ini bertujuan untuk mengindeks buku sebanyak-banyaknya di setiap perpustakaan lokal, seperti Perpustakaan Daerah, Kampus dan Sekolah, agar mudah ditemukan. Layanan ini juga dapat menjadi alternatif tempat untuk memasarkan buku bagi penulis, penerbit, dan toko buku lokal.
Yang menarik, jika layanan ini sudah beroperasi secara penuh, Anda dapat menjadikan platform ini sebagai layanan berbagi dan meminjamkan buku Anda bagi yang lebih membutuhkan.
“Kami ingin mengajak para pengguna turut berkontribusi men-submit buku-buku koleksinya agar buku tersebut bisa ditemukan oleh orang lain. Misalnya Anda ingin membaca buku ‘A’, tetapi Anda tidak tahu jika ternyata teman di dekat rumah Anda memilki buku tersebut. Dengan mereka mensubmit buku maka buku bisa dengan mudah ditemukan oleh teman sendiri,” kata Founder libSPOT Muhammad Rahman kepada DailySocial.
Masih belum banyak memang yang dapat digali dari layanan ini, karena libSPOT ini bisa dibilang masih sangat baru, didirikan pada tanggal 20 November 2014, dan masih dalam masa bootstrapping. Beberapa info lain yang dapat kami peroleh dari blog-nya yaitu, saat ini pihak libSPOT masih dalam fase validasi pasar.
Dalam tahapan validasi pasar pertama, pihak libSPOT mengklaim telah melibatkan 100 partisipan mahasiswa dari 5 kampus ternama di Indonesia. Berikunya di fase validasi kedua pihak yang terlibat adalah penulis dan pada validasi ketiga pihak yang terlibat adalah penerbit dan toko buku lokal yang terletak di kota Jambi.
Tidak banyak startup yang menyasar pengembangan platform indeks buku perpustakaan. Layanan Moco, misalnya, menempuh metode yang berbeda dengan mendigitalisasi buku-buku koleksi UGM Press. Sebagai sarana alternatif penjualan buku libSpot harus siap untuk bersaing dengan kompetitor lain, seperti NulisBuku, yang sudah terlebih dahulu hadir di Indonesia.
Ketika disinggung mengenai target dan rencana untuk tahun 2015, Rahman menjelaskan, “Target di tahun 2015 libSPOT sudah selesai di-develop dan bisa digunakan oleh siapa saja. Selain itu kami menargetkan akan menyelesaikan indexing buku di setiap perpustakaan di provinsi Jambi, sehingga di tahun 2016 bisa berekspansi ke provinsi lain.”