Seiring dengan perkembangan teknologi yang telah menghubungkan puluhan juta penduduk di Indonesia, pemerintah provinsi DKI Jakarta berinisiatif membangun ibukota sebagai smart city terdepan di Indonesia. Contoh langkah yang diambil adalah menggandeng dua layanan global, Google dan Twitter, untuk menciptakan kehidupan kota yang lebih baik.
Sebelumnya Google telah memberikan kontribusinya untuk Pemprov DKI dengan mengintegrasikan data mereka dengan sistem aplikasi mobile Waze. Pengguna Waze akan mendapatkan asupan informasi lalu lintas di sekitar Jakarta secarareal-time sehingga dapat menghindari kemacetan dan potensi untuk memparahnya. Kini Pemprov DKI dikabarkan siap membeli Google Enterprise demi tercapainya cita-cita menjadikan Jakarta sebagai smart city pertama di Indonesia.
“Murah, kita cuma habis Rp 3 miliar, kita beli Google Enterprise. Kita update terus dari Google. Kita beli (Google) Map-nya itu Rp 3 miliar. Selamanya punya kita. Jadi, enggak ada lagi keluar duit, semua aktivitas kelihatan semua,” ujar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama mengutip pemberitaan dari Kompas, Selasa (2/12).
Dalam lingkup pelayanan publik, nantinya akan ada aplikasi mobile buatan pengembang lokal dengan nama “Qlue” sebagai alat pelaporan warga yang terhubung dengan pejabat sipil terkait. Tidak hanya peran serta warga untuk aktif, Ahok mengharapkan para pegawai negeri sipil (PNS) juga bisa mampu mengoperasikan teknologi masa kini. Kualitas infrastruktur juga bakal ditingkatkan dengan menghadirkan jaringan 4G, serta 3.000 kamera CCTV di tiap ruas jalan Jakarta.
Perihal antisipasi dan penanganan bencana, Pemprov DKI berkolaborasi dengan Twitter meluncurkan layanan Peta Jakarta. Sebuah proyek yang membutuhkan partisipasi aktif warga untuk melaporkan tweets terkait banjir yang telah dikurasi sehingga dapat dijadikan rujukan sebuah pembaruan informasi terkini secarareal-time dan cepat, terutama di keadaan darurat. Kolaborasi unik antara organisasi manajemen bencana, universitas, dan Twitter ini merupakan program yang pertama kali di dunia.
Cara kerjanya, pengguna cukup mengaktifkan layanan lokasi di perangkat mereka dan sisipkan sebuah foto dalam sebuah tweet, jangan lupa untuk menyebutkan akun @petajkt serta tagar #banjir.
Menurut data Pike Research, pertumbuhan belanja infrastruktur smart city terbagi menjadi Smart Government, Smart Building, Smart Transport, dan Smart Utilities. Secara total angka investasinya hingga tahun 2020 terus menanjak, dengan porsi terbesar dikuasai oleh segmen Smart Building dan Smart Utilities. Di tahun 2020 diperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan smart city di seluruh dunia mencapai angka $16 miliar.
—
Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga.