Lenovo tidak pernah mengklaim bahwa era PC telah berakhir. Sebagai salah satu produsen PC terbesar di dunia, mereka juga tidak sudi mengaku bahwa masa-masa keemasan komputer telah usai, mereka hanya perlu meningkatkan permainan. Setelah meluncurkan produk smartphone mereka, kini Lenovo mencoba peruntungan mereka di lini tablet dengan merilis A1000 dan A3000.
Dalam konfrensi pers peluncurannya, Lenovo menyebutkan bahwa dua tablet ini memiliki target pasar yang berbeda: Lenovo A1000 ditujukan untuk pengguna pemula dengan fitur audio yang diracik sedemikian rupa untuk menghasilkan suara berkualitas. Berbeda dengan tablet lain, A1000 memiliki speaker yang mengarah ke pengguna. Kemudian ia juga memiliki fitur telefoni seperti SMS dan telpon.
A3000 adalah model top-end tablet Lenovo, walau kemungkinan besar mereka akan mengenalkan varian yang lebih canggih dalam waktu dekat, dengan hiburan sebagai fungsi utamanya. Tabet ini ditenagai prosesor quad-core sebagai reaktor utamanya. Saya akan mencoba menjelaskan kedua varian ini secara lebih gamblang.
A1000 bisa dibilang sebagai model entry-level, namun berbeda dengan tablet berfungsi dasar ‘serba-bisa’ yang biasa menjadi konsep produsen pada umumnya, Lenovo A1000 menitikberatkan kemampuan suara dan musik. Seperti yang tadi saya jelaskan sedikit di atas, tablet ini memiliki speaker ganda yang mengarah pada user. Tentu mungkin kualitas suaranya belum bisa dibandingkan dengan handset atau tablet Apple, maupun HTC yang didukung teknologi Beats by Dr. Dre. Tapi jika Anda lihat harganya dan bandingkan dengan kompetitor – tentu dengan pertimbangan spesifikasi – A1000 sangat ekonomis.
Untuk memperjelas maksud mereka, Lenovo menambahkan teknologi Dolby ke dalam tablet entry-level mereka ini. Dalam press release yang Lenovo berikan, mereka memberinya sebuah tagline menarik: ‘studio dalam saku’. Lenovo tampaknya menekankan bahwa A1000 ditujukan pada konsumen yang lebih muda, mempersenjatainya dengan prosesor dual-core 1,2 GHz dan penyimpanan 4GB yang bisa Anda ekstensi ke 32 GB via SD card.
Namun yang menarik perhatian saya adalah A3000. Lenovo tampak tidak mau kalah dalam perang tablet berspek monster dan saat pertama kali ia diperlihatkan, A3000 mengingatkan saya pada Google Nexus 7. Dan tablet ini mungkin akan sering saya jadikan acuan sebagai pembanding. Seperti A1000, Lenovo juga membubuhkan suatu tema utama pada A3000: tablet ini ditujukan untuk Anda yang suka ber-gaming.
Selain berjalan di platform Android Jelly Bean 4.2, tablet ini dilengkapi dengan prosesor quad-core 1,2GHz, layar IPS tujuh-inci dengan resolusi 1024×600, dan memori internal 16GB. Lenovo ingin memastikan pengalaman gaming dengan performa tinggi. Yang unik adalah A3000 memiliki kemampuan dual-GSM, seakan menjawab kebutuhan konsumen di Indonesia yang biasanya membawa beberapa device kemanapun mereka pergi. Berbeda dengan Nexus 7 yang mengandalkan aplikasi sejenis Voip untuk fungsi telepon – seperti saudara ‘kecil’-nya – A3000 memiliki kemampuan telefoni mandiri.
Sejujurnya, bagi saya acara peluncuran kedua tablet ini sama seperti saat produsen lain mengenalkan produk mereka. Tapi ada satu hal yang membuat saya terseyum: harga. Untuk varian entry-level, A1000 diberi tag harga sebesar Rp 1,3 juta. Cukup murah untuk tablet tujuh-inci dual-core. Untuk A3000 sendiri, dengan spesifikasi hampir sama seperti Google Nexus 7, ia hanya dibanderol seharga Rp 2,2 juta.
Itulah satu hal yang saya suka dari Lenovo, mereka tidak segan untuk memberikan harga ‘miring’ untuk tiap handheld mereka. Tentu saya belum tahu akan secanggih apa kedua tablet ini bermanuver di kancah perang device tujuh inci, tapi saya cukup optimis terdapat tempat di sana untuk A1000 dan A3000.
Semoga TRL berkesempatan untuk mencoba perangkat ini dan menghadirkan ulasannya pada Anda. Tunggu info lanjutan di Trenologi.