Ekonomi kreatif digadang-gadang menjadi penyokong ekonomi Indonesia terbesar pada masa mendatang. Bekraf memprediksi kontribusinya terhadap PDB pada tahun ini bisa tembus lebih dari Rp1000 triliun, lebih tinggi dari tahun 2016 sebesar Rp922 triliun dengan kontribusi 7,44%.
Diyakini tren ini akan terus meningkat tiap tahunnya, lantaran makin bertambahnya jumlah startup, kehadiran coworking space yang memudahkan pengusaha dalam bekerja, serta faktor pendukung lainnya.
Konsep kolaborasi jadi sesuatu yang diunggulkan dalam industri kreatif dan sering dipakai sebagai jargon dalam setiap coworking space. Di Indonesia pun demikian. Ada coworking space yang khusus untuk sektor tertentu saja. Ada juga yang khusus menyasar semua startup, termasuk non teknologi.
Di Australia, terdapat ACMI X, coworking space yang didirikan pemerintah untuk mendukung pelaku ekonomi kreatif terutama bergerak di bidang digital. ACMI merupakan kepanjangan dari Australian Centre for the Moving Image, museum nasional Australia khusus untuk film, video game, budaya dan seni digital. ACMI X berdiri sejak 2016.
DailySocial beserta rekan media lainnya yang diundang Kedutaan Besar Australia untuk mengikuti Digital Indonesia Media Visit, berkesempatan mengunjungi langsung ACMI X dan dipandu Head of ACMI X & Special Events Helen Simondson.
Ruang kerja membaur
Simondson menceritakan lebih detail bagaimana konsep kolaborasi begitu diutamakan dalam coworking space ini. Ruangan seluas 2 ribu meter persegi berisi tim ACMI yang sengaja membaur dengan ruang kerja para tenant dari manapun.
Ruangannya tidak berbilik sama sekali. Antara satu tenant dengan karyawan ACMI atau dengan tenant lainnya bisa berkomunikasi satu sama lain demi menghilangkan gap dan eksklusivitas. Semuanya bisa meminta bantuan, belajar, yang justru bisa menimbulkan potensi bisnis baru.
“Sehingga kalau ada startup yang butuh bantuan bisa langsung mencari ACMI, atau tenant lainnya. Ekosistem seperti inilah yang ingin kami usung dengan memanfaatkan jaringan ACMI yang sudah dibangun dengan berbagai stakeholder,” ucap Simondson, Selasa (27/11).
ACMI X juga rutin mengadakan program akselerator ACMI Xcel yang menyasar startup bergerak di studio kreatif, startup yang memanfaatkan teknologi dan produk dengan jaringan internet dan gambar bergerak, termasuk VR/AR, robot, media digital, AI, IoT, dan lainnya.
Program tersebut menawarkan bootcamp intensif selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 12 minggu program akselerator, dan demo day di hadapan calon konsumen dan investor. Peserta akan mendapat mentor untuk membimbing selama program berlangsung.
“Peserta akan diajarkan keterampilan metodologi dalam strategi pemasaran, design thinking, customer validation, product testing, dan sales. Sehingga mereka bisa merealisasikan ide dari masih berupa konsep hingga masuk ke pasar.”
Simondson menjelaskan, ACMI Xcel sudah memasuki tahun ketiga. Dari setiap angkatan, ACMI memilih beberapa startup yang sesuai dengan kualifikasi. Untuk tahun ini mereka akan mengambil 7 startup, meningkat dari sebelumnya hanya 5 startup. Jumlah startup yang digandeng bakal meningkat seiring waktu.
Di dalam coworking space, ACMI menyediakan fasilitas permanent dan hot desk, ruang meeting, aula, dan dapur. Ada pula perpustakaan khusus film dan musik untuk membantu referensi. Untuk startup yang bergerak di VR/AR, disediakan perangkat untuk tes produk secara gratis sebelum dipasarkan ke publik.
Di kesempatan yang sama, ACMI juga memperkenalkan dua startup yang sedang memasuki proses tahap akhir akselerator, yakni Audioplay dan PluginHuman.
Audioplay bergerak di bidang audio storytelling untuk anak usia 6 sampai 12 tahun. Model bisnis ini lahir karena ada kekhawatiran orang tua terhadap konsumsi smartphone anak yang tinggi.
Sementara PluginHuman menawarkan cara unik menikmati seni digital di museum atau galeri lewat pemanfaatan gelombang otak manusia hanya dengan menggunakan EEG headset. Seni yang timbul merupakan kombinasi dari gelombang otak, jika reaksi otak berubah tampilan seni pun ikut.
Kolaborasi unik antara ACMI dengan para tenant dan startup binaannya bisa menjadi inspirasi yang baik untuk pegiat ekosistem startup di Indonesia.