Layanan video beberapa tahun terakhir terus berkembang pesat. Hal ini tidak lepas dari kualitas internet di beberapa negara berkembang terus mengalami peningkatan, termasuk Indonesia. Kini terobosan layanan video sudah menyentuh tahap video streaming, layanan seperti Periscope, Facebook Live, dan lain sebagainya mulai dimanfaatkan sebagian orang untuk berkreasi. Salah satu layanan streaming video yang sedang ramai dibicarakan adalah Bigo Live.
Aplikasi ini dari segi konsep sebenarnya tidak jauh berbeda dengan layanan streaming milik Periscope atau Facebook Live. Bedanya aplikasi ini memungkinkan para pemirsa tayangan streaming untuk memberikan hadiah virtual kepada penyiar atau yang disebut dengan broadcaster seperti pada layanan Cliponyu.
Bigo Live sendiri berasal dari Singapura, di bawah naungan perusahaan Bigo yang juga mempunyai produk lain seperti Bigo Call. Mungkin karena konsepnya yang bisa disebut menggabungkan antara layanan Periscope dan Cliponyu yang memungkinkan setiap orang memiliki siaran streaming-nya sendiri, Bigo Live lantas laris manis di Thailand, Singapura, dan Indonesia. Hal ini bisa dilihat di beranda Facebook maupun timeline Twitter Bigo Live yang mempromosikan layanan mereka dengan berbagai macam bahasa selain bahasa Inggris.
Banyaknya official broadcaster (pengguna yang bekerja sama dengan Bigo Live untuk melakukan siaran) dari masing-masing negara menjadi salah satu tanda Bigo Live mendapat sambutan baik di negara-negara tersebut. Bigo Live pada awalnya didesain untuk mengakomodir para pengguna internet yang memiliki bakat seperti menyanyi, menari, memasak, dan lain sebagainya untuk bisa lebih dikenal melalui tayangan live berkembang begitu pesat di kawasan Asia Tenggara. Dari catatan unduhan di Google Play saja, Bigo Live mendapat unduhan dengan total lebih dari 5 juta.
Sambutan yang luas dari konsumennya di Indonesia membuat Bigo Live antusias untuk membuka kantor operasional di Indonesia. Country BD Manager Bigo Live Kelly Zhang kepada Okezone menyebutkan pihaknya sudah menjajaki pembukaan kantor di sini, termasuk mengontak pihak Kementerian Kominfo. Mereka juga berminat merekrut karyawan lokal dan meletakkan konten di server Indonesia.
Meskipun antusiasme konsumen lokal tinggi, potensi penyalahgunaannya tidak kalah besar. Sama seperti layanan media sosial yang lain, Bigo Live menyimpan potensi besar untuk hal-hal yang berbau seks dan pornografi. Beberapa rekaman siaran Bigo Live yang diunggah di YouTube dan beberapa situs lain tercatat memiliki konten yang menyerempet topik tersebut.
Seharusnya jika ingin bisa lebih berkembang dan aman untuk digunakan segala usia, Bigo Live harus menyematkan fitur kontrol usia atau fitur sejenisnya dan proaktif memberikan teguran untuk broadcaster yang menyiarkan siaran yang tidak pantas. Setidaknya hingga kini pemerintah Indonesia yang terkenal reaktif terhadap konten negatif belum melarang Bigo Live untuk mengudara di Indonesia.