Sebagai salah satu operator seluler tiga besar di Indonesia, XL Axiata (XL)nampaknya tetap berusaha menjadi yang terdepan dalam hal mengembangkan bisnis digitalnya. Sebagai bentuk “reaksi” terhadap layanan Internet Over The Top (OTT) yang semakin menggurita, selain Elevenia yang menyasar pasar e-commerce, XL memberikan sneak peek terhadap dua produk barunya, XL Xmart Village dan Gudang App.
Menurut Senior GM Digital Entertainment XL Revie Sylviana yang kami hubungi melalui email, XL Xmart Village adalah proyek percontohan untuk smart city dan beberapa inisiatif lain untuk membentuk digital lifestyle. Meskipun belum menjabarkan secara lebih jauh tentang bagaimana implementasinya, yang saya bayangkan dari konsep smart city adalah kehadiran perangkat pendukung kota yang bisa diatur dan terhubung secara digital, misalnya untuk pengaturan energi dan utilitas.
Salah satu perusahaan yang memiliki konsep terintegrasi untuk kota yang (lebih) pintar ini adalah IBM dengan Smarter Cities-nya. Cukup menarik menunggu konsep apa yang bisa diimplementasikan oleh XL sebagai perusahaan seluler untuk membantu transformasi kota-kota di Indonesia menjadi lebih efisien dengan konektivitas digital.
Tentang Gudang App, tentu saja konsep ini tidak baru dan sudah terdengar beritanya untuk dihadirkan Desember lalu, meskipun baru bisa dirilis ke publik tahun 2014 ini. XL sendiri pernah mengimplementasi toko aplikasi di awal jayanya platform BlackBerry tapi tidak bertahan lama. Membuka lembaran baru untuk platform populer Android, kompetitor bisnis ini adalah TemanDev dari Telkomsel.
Hanya bisa diakses dari mobile browser oleh pengguna layanan XL (setiap akses bakal mendeteksi nomor XL yang digunakan), dan mungkin berikutnya dalam bentuk aplikasi untuk Android, Gudang App saat ini berisi berbagai aplikasi, permainan, dan konten musik dan video yang, dikonfirmasi oleh Revie, bisa dibeli langsung menggunakan pulsa (carrier billing). Bisa jadi ini adalah reaksi XL terhadap “kegagalannya” menggandeng Google untuk menghadirkan layanan potong pulsa di Google Play Store yang tak kunjung direalisasikan.
Setelah Google Play Store membolehkan pengembang untuk memasukkan aplikasi berbayarnya di pasar Indonesia, satu-satunya halangan untuk monetisasi di platform Android adalah masih terbatasnya kepemilikan kartu kredit yang biasa digunakan untuk transaksi di ranah online. Jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia diperkirakan baru mencapai hingga 16,5 juta per tahun ini. Untuk menjaring lebih banyak pengguna untuk membeli konten, terutama di Indonesia, konsep potong pulsa tak pelak menjadi salah satu faktor keunggulan.
Nokia Store, yang sekarang juga sudah hadir di Android dengan Nokia X, memiliki keunggulan ini dan XL berharap bisa memanfaatkan celah yang sama melalui Gudang App. Selain konten dan aplikasi lokal, Gudang App juga memberikan akses pengunduhan berbagai aplikasi populer, termasuk misalnya WhatsApp dan Line. Toko aplikasi seperti ini sangat berguna bagi ponsel lokal yang mengusung Android tapi tidak membawa Google Mobile Services di dalamnya, termasuk Google Play Store.
Menurut Chief Of Digital Services XL Dian Siswarini, seperti dikutip dari IndoTelko, “Sekarang itu baru ada enam ribu aplikasi, idealnya ada 10 ribu aplikasi baru bisa diluncurkan. Nanti akan dominan aplikasi game karena inilah Killer apps di Gudang Aplikasi.”
Gudang App jelas kalah jauh dengan Google Play Store dalam hal jumlah aplikasi dan konten, tapi toko aplikasi lokal bisa merangkul pengembang lokal dengan iming-iming diversifikasi pasar (dan pendapatan). Kita lihat siapa yang berhasil memberikan eksekusi lebih baik, baik untuk pelanggan maupun partner penyedia konten.
[hat tip: IndoTelko | Ilustrasi foto: Shutterstock]
—
Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.