28 March 2019

by Wiku Baskoro

Laporan dari Samsung Forum 2019: Device, Connectivity, Intelligence

Ajang Samsung memperlihatkan berbagai teknologi yang dikembangkan dan dipasarkan pada konsumen .

Samsung mengundang media untuk menghadiri acara Samsung Forum 2019 di Singapura, lebih tepatnya di Resort World Sentosa. Acara tahun ini menandai 10 tahun diadakannya Samsung Forum. Berbagai produk diperlihatkan Samsung di acara ini.

Samsung Forum memang bukan ajang rilis produk, meski dalam penjelasannya ada beberapa produk yg dirilis untuk market SEAO (SEA & Oceania) di acara ini. Di sini undangan lebih ditunjukkan tentang perkembangan teknologi yang sudah dan sedang dikerjakan Samsung, khususnya untuk wilayah SEAO. Tidak semua akan saya bahas, highlight akan bertuju pada produk TV - terutama 8K QLED 2019, The Wall serta connected living.

 

Sebuah jargon yang menandai arah strategi

Saya lebih menyukai acara yang dirangkum dalam sebuah jargon atau statement singkat di-slide terakhir saat pembukaan acara. Dan untungnya, itu yang saya dapatkan saat acara Samsung Forum 2019 ini.

Device, connectivity, intelligence. Begitu tulisan di salah satu slide yang dipamerkan oleh Eugene Goh, President Electronics Singapore. Dan itu pula yang saya tangkap dalam keseluruhan presentasi berikutnya, termasuk sesi tanya jawab dengan beberapa perwakilan Samsung sampai dengan pameran atau experience dari produk-produk yang diperlihatkan.

Dari jargon ini saya mendapat gambaran jajaran produk dan teknologi apa yang akan Samsung hadirkan/perlihatkan dan kembangkan pada khalayak umum, setidaknya penikmat teknologi. Ada perangkat yang terdiri dari home appliance mulai dari kulkas, mesin cuci, AC, sampai dengan penyedot debu (sebagian besar diantaranya sudah bisa terkoneksi dengan Bixby via IoT). Ada pula TV dengan teknologi terbaru dari Samsung, soundbar untuk audio, layar multifungsi - The Wall, dan tentu saja yang lebih dulu populer dan jadi salah satu produk pemimpin pasar premium di Indonesia, smartphone Samsung seri S terbaru.

Untuk konektivitas ada Family Hub dan Connected Living yang menghubungkan berbagai perangkat dalam satu ekosistem, dengan Bixby sebagai perekatnya. Untuk Inteligence, penyebutan AI tidak luput dari presentasi Eugene, termasuk Bixby yang perannya menurut saya memiliki porsi yang cukup besar di acara kali ini. Penyebutan AI pun tidak luput, masuk ada produk TV dengan AI sound dan AI up-scaling yang ditopang oleh Quantum Processor, termasuk untuk seri TV 8K (Quantum Processor 8K) maupun yang 4K (Quantum Processor 4K) dengan up-scalling maksimal sesuai dengan jenis TV-nya, 4K atau 8K.

TV 8K dan update di seri 4K untuk 2019

Saya menaruh perhatian pada jajaran TV yang dibahas pada Samsung Forum kali ini, ada ketertarikan tersendiri untuk mulai mengikuti teknologi TV (dan monitor gaming), bahasa lainnya belajari bagaimana Samsung mengembangkan teknologi TV mereka. Beberapa produk mungkin sudah pernah Anda baca informasinya, karena sebagian besar telah diperkenalkan untuk publik pada ajang CES kemarin, namun untuk pasar SEA dan Oceania, baru kali ini.

Salah satu yang menjadi highlight adalah TV 8K serta seri terbaru alias update line up untuk tahun 2019 dari seri TV 4K Samsung. Untuk ajang Samsung Forum di Singapore kali ini menjadi cukup spesial, karena awal media dari regional seperti Indonesia, Vietnam, dan Malaysia serta Singapura bisa melihat televisi QLED 8K dengan ukuran terbesar yaitu 98 inci di ruang pameran.

Jajaran TV 8K (Q900R) yang disediakan Samsung antara lain (yang akan dirilis di Indonesia): QLED 8K ukuran 98 inci lalu ukuran 65 inci, 75 inci, dan 82 inci. Untuk seri 8K akan hadir bulan April kecuali ukuran 98 inci yang akan hadir di bulan Mei 2019.

Sedangkan untuk QLED 4K terbaru alias 2019 adalah Q60/Q65 dengan ukuran 43 inci, 49 inci, 55 inci, 65 inci, 75 inci, dan 82 inci. Q70 dengan ukuran 49 inci, 55 inci, 65 inci dan 75 inci. Lalu Q80 dengan layar 55 inci dan 65 inci, serta terakhir Q90 dengan ukuran 65 dan 82 inci.

Harga untuk TV 8K tahun 2019 antara lain 65 inci - 80.499.000 rupiah, 75 inci - 119 999.000 rupiah, 82 ini - 166 999.000 rupiah dan 98 inci 1.499.999.000 rupiah alias 1.5 M. Preorder TV Samsung QLED 8K dibuka tanggal 25 Maret sampai 4 April 2019 dengan bonus S10+ untuk tipe 8K yang mana saja.

Tahun 2019 ini semua seri QLED juga akan mendapatkan fitur HDR10+ yang membuat terang lebih terang dan gelap lebih gelap karena dipotimasi untuk tiap skena gambar. Sedangkan QLED 8K akan mendukung HDMI 2.1 (8K 60P).

Perbandingan ukuran TV dan tinggi orang

Up-scaling adalah koentji

Pertanyaan dasar yang muncul adalah, dari mana konten 8K bisa didapatkan secara umum? Jumlahnya sudah ada/banyak kah? Nah di sini saya melihat peran teknologi dari QLED 8K Samsung yaitu teknologi up-scalling (atau bahasa rilis yang dituliskan Samsung adalah kalibrasi resolusi gambar yang lebih rendah dan optimasi) ke konten 8K dengan dukungan Quantum Processor 8K. Jadi apapun sumber file-nya (SD, HD, FHD dan UHD/4K) Anda bisa menikmati pengalaman setara 8K dengan TV ini. Memang tidak akan sebanding dengan sumber konten yang benar-benar 8K tetapi pengalamannya bisa memberikan nuansa yang sama dengan 8K. Dari peningkatan resolusi, menajamkan gambar dan menghilangkan artifak kompresi agar lebih nyaman ditonton. Quantum Processor 2019 juga memungkinkan untuk mengidentifikasi area tertentu untuk ditingkatkan pengalamannya agar kualitas kontennya jadi lebih baik. Teknologi yang ada di belakangnya menggunakan AI serta machine learning.

Pada demo yang dilakukan ada beberapa hasil yang bisa dinikmati. Misalnya untuk warna pohon dan taman yang lebih cerah hijaunya, atau ketajaman di area tertentu pada gambar, sampai dengan menghilangkan area gambar yang ‘pecah’ menjadi lebih nyaman dilihat serta HDR mastering. Lebih detail tentang TV ini akan coba saya bahas dan ceritakan di artikel lain sebagai rangkaian dari seri Samsung Forum 2019.

Quantum Processor 8K menjadi pelengkap untuk jajaran TV samsung, memberikan batas yang lebih tinggi setelah up-scalling ke 4K kini bisa dilakukan ke 8K. Gabungan antara database yang diolah oleh Machine Learning menghadirkan teknologi AI atas jajaran TV yang sudah menjadi tombak terdepan Samsung sebagai sebuah brand. Saat tanya jawab, salah satu rekan media menanyakan detail tentang pengembangan teknologi ini, dan ternyata sudah dkembangkan lebih dari 10 tahun untuk pengumpulan database serta testing untuk otomisasi penyesuaian gambar yang ada. TV yang notabene adalah produk konsumen sehari-hari, telah mendapatkan kemajuan teknologi terkini berupa AI. Menjadi pengejewantahan akan jargon yang telah saya jelaskan sebelumnya: Intelligence.

Dari sisi konsumen, up-scalling ini sebenarnya bisa menjadi jawaban sederhana akan kebutuhan kualitas gambar yang lebih baik, meski kita masih berada pada era menuju mainstream 4K, namun persiapan yang dilakukan Samsung telah jauh-jauh hari. Minimal konten 4K bisa dinikmati dengan lebih baik sambil menunggu konten dibanjiri kualitas 4K dan berlanjut ke 8K.

Salah satu hal yang menarik lainnya adalah kemampuan QLED 8K untuk tidak hanya mengoptimasi tayangan offline non 8K menjadi setara 8K, namun dalam penjelasannya Samsung juga menggarisbawahi bahwa Quantum Processor juga bisa menangani konten streaming (dengan catatan tidak akan bisa 100% presisi 4K atau 8K, namun dengan pengalaman yang serupa). Meski demikian, pertanyaan akan berlanjut ke seberapa cepat internet yang dibutuhkan untuk menayangkan konten streaming ini, jawaban pastinya belum bisa didapatkan namun sebagai gambaran UHD/4K bisa di kecepatan stabil 15/20 Mbps, nah bisa diperkirakan berapa koneksi stabil (garis bawah) yang diperlukan.

Tidak hanya gambar, suara pun bisa ditingkatkan kualitasnya dengan QLED terbaru, AI akan menganalisa trek audio dan jenis konten lalu menyesuaikan untuk pengalaman yang lebih baik. Misalnya konten dialog dan olahraga akan dioptimasi secara berbeda.

Gaming juga tidak lepas dari tenologi terbaru yang disematkan di QLED. Game mode memang telah ada di jajaran TV Samsung sebelumnya, namun peningkatan di seri 2019 ini mengalami peningkatan di dynamic black equalizer (area gelap menjadi lebih jelas terlihat) serta dukungan variable refresh rate. Satu yang dijanjikan yang akan menggoda para gamers ruang keluarga (TV) adalah lag time untuk QLED terbaru adalah 13.5 ms. Sedangkan untuk FreeSync dan VRR, Samsung memberikan dukungan untuk FreeSync dan VRR di jajaran QLED TV tahun 2019. Dukungan untuk auto game mode bagi Xbox One Series, PS4 dan Nintendo Switch juga telah ditambahkan.

Lebih detail untuk gaming di QLED TV akan kita bahas di artikel yang akan dipublikasikan di Hybrid.co.id.

Teknologi untuk tampilan layar yang lebih baik telah dibahas, selanjutnya adalah pengenalan integerasi teknologi yang sedang menjadi tren saat ini yaitu AI serta voice assistant.

Bixby dan perangkat di connected living antar produk Samsung

Ketika Bixby pertama kali diperkenalkan, sebagian penikmat teknologi sudah bisa menebak arah dari pengembangan teknologi Samsung ini, yaitu integrasi dengan berbagai perangkat yang dirilis dalam satu nama, Samsung. Entah itu mesin cuci, AC, TV kulkas bahkan ke robot penyedot debu. Hal itu pula yang saya lihat ingin dipamerkan oleh Samsung di Samsung Forum 2019 untuk pasar SEAO.

Kami disuguhkan dengan demo penggunaan kulkas dengan Family Hub, yang terkoneksi dengan TV, AC, speaker serta sensor untuk di jendela/pintu. Semua direkatkan oleh Bixby yang hadir lewat speaker Samsung Home. Mata saya pertama kali tertuju pada spaker-nya, bekerja sama dengan AKG dan telah dilengkapi dengan Bixby yang menjadikannya sebagai smart speaker, tapi tentu saja kita tidak lagi berbincang tentang audio melainkan perngkat yang terkoneksi.

Anda bisa menjalankan perintah lewat speaker ini yang nantinya display akan muncul di TV, atau Anda bisa melakukan preset tertentu sehingga ketika memberi tahu Bixby Anda telah berada di rumah maka suasana lampu, konten yang dimainkan di TV akan disesuaikan dengan kebutuhan Anda.

Untuk urusan perangkat home appliance, Family Hub dalam bentuk layar sudah diintegrasikan pada kulkas lengkap dengan speaker yang juga dari AKG. Ini memugkinkan Anda untuk mendengarkan Spotify saat memasak di dapur atau menonton konten video sambil belajar memasak.

Family Hub dan Bixby memang bukan barang baru, namun tahun 2019 ini Samsung memperkenalkan New Bixby serta generasi terbaru dari Family Hub dengan peningkatan dan fitur baru seperti Family Board yang terbaru serta kemampuan dan layanan Bixby yang telah ditingkatkan. Konektivitas antara perangkat juga jadi highlight, misalnya Anda bisa melihat isi kulkas via televisi atau mengakses Family Hub via smartphone Samsung.

TV When It's Off, Art When It's On

Kalau ada salah satu produk yang menarik meski penggunaannya masih bisa diperdebatkan, setidaknya untuk pasar konsumen umum adalah The Wall dan The Frame. Yang disebutkan terakhir memang ditujukan untuk pasar B2B, setidaknya untuk saat ini, dan yang disebutkan pertama, melihat dari bentuk fisik dan fungsinya juga saya menebak memang ditujukan untuk pasar B2B bukan konsumen umum.

The Wall yang dipamerkan di pintu masuk pameran adalah layar super besar dengan kualitas yang sepintas sangat baik, ketajaman dan warna yang dihadirkan cukup mencuri perhatian. Pinggiran bezel yang tipis juga akan cukup apik untuk diplay saat pameran atau acara party. Apalagi kalau membaca tulisannya perangkat ini modular, jadi bisa diatur ukurannya tanpa mengorbankan kuaitas gambar.

The Frame bisa jadi adalah barang mewah yang ditujukan untuk kalangan tertentu serta lokasi tertentu pula. Seperti iklannya, perangkat ini adalah TV ketika menyala dan diplay karya seni ketika TV tidak digunakan. Intinya Anda bisa menikmati karya visual lewat toko aplikasi karya seni yang bisa digunakan sebagai pajangan di ruang kantor, cafe atau dinding rumah (mewah). Bentuknya seperti frame foto atau lukisan namun sebenarnya ini adalah TV. Samsung mempersiapkan The Wall dan The Frame terbaru dengan adopsi QLED display untuk pertama kali.

Perubahan TV menjadi display art work sebenarnya bisa dilakukan TV QLED 'biasa' Samsung lewat fitur Ambient Mode, namun mendengarkan penjelasan presentasi bahwa kita bisa membeli karya seni serta foto dari semacam toko aplikasi adalah kemewahan tersendiri yang bisa jadi cocok untuk beberapa kalangan. At least, konsumen bisa menikmati kualitas gambar QLED sebagai pajangan dinding dan bisa menggantinya semudah mengganti wallpaper smartphone.

Demokratisasi teknologi pada connected living

Kalau mau jujur, premis tentang perangkat terkoneksi dengan iternet dan ada data yang bisa diakses alias IoT, sebenarnya bukan barang baru. Impian untuk perangkat saling berkomunikasi pada intinya adalah untuk memudahkan si penggunanya, alias manusia. Anda berada di kantor dan butuh melihat isi kulkas Anda di rumah, tinggal melihatnya di smartphone Anda. Anda ingin masuk rumah dan secara otomatsi lampu ruangan, AC menyala termasuk TV Anda langsung menayangkan acara favorit? Anda tinggal melakukan preset dan mengkoneksikan semuanya. Anda ingin mencari sesuatu di internet ketika menonton televisi? Anda tinggal berbicara dengan remote dan si TV pintar akan mencarikan informasi sambli tetap memutar konten. Atau Anda ingin mengakses semuanya hanya dengan suara? Anda tinggal berbicara pada speaker di depan Anda.

Dengan adakan konektivitas antar perangkat, Anda juga bisa melakukan berbagai hal secara bersamaan, misalnya suasana ruang akan teratur secara langsung hanya dengan perintah suara, jadi Anda tidak perlu beranjak dan mengatur satu-satu perangkat dari sofa Anda. Atau masih ada banyak skenario lain yang bisa dilakukan jika perangkat saling terkoneksi. Namun pada prakteknya tidak semudah ini.

Yang pertama adalah akses atas perangkat itu sendiri, biasanya perangkat dengan teknologi terkini akan dihargai cukup mahal. Aritnya ketika ada 5 perangkat canggh maka dana yang dikeluarkan juga akan membengkak, seperti halnya teknologi lain, demokratisasi dan murahkan harga perangkat biasanya berbanding rulus dengan adopsi. Maka ketika perangkat canggih IoT ini semakin terjangkau maka connected living akan bisa semakin berkembang.

Hambatan kedua adalah perintah lewat percakapan yang bagi sebagian orang masih canggung dilakukan, belum lagi speach recognition yang terkadang tidak semulus bayangan. Pengucapan perintah yang sering kali harus diulang.

Menurut saya, Samsung punya peluang besar di sana. Pilihan produk elektronik Samsung yang menyebar dari smartphone sampai robot vacum cleaner adalah modal yang tidak dimiliki oleh banyak brand. Samsung juga berinvestasi ke Bixby untuk mengembangkan secara berkelanjutan asisten suara, mereka juga punya banyak input yang datanya bisa diolah untuk terus memperbaiki asisten pintar ini. Itu kenapa saya selalu tertarik untuk melihat demo dari connected living meski sudah berkali-kali bersentuhan dengan tema serupa, karena ingin melihat sejauh apa keterbukaan akses konsumen umum atas perangkat canggih ini.

Memang, di acara seperti Samsung Forum, demo produk lebih ditujukan pada sejauh mana kemampuan dari pengembangan teknologi, dan lebih pada demo atas pencapaian teknologi. Namun kita berbicara tentang Samsung, yang memiliki sumber daya dari ujung sampai hilir, termasuk divisi R&D, jadi kalau kita berharap akses yang lebih luas (baca: murah) untuk perangkat IoT dan teknologi konektivitas antara perangkat yang canggih pada Samsung, hemat saya itu sangat relevan.

Dukungan pengembangan developer juga menurut saya penting dalam menunjang ekosistem connected dan intteligence. Seperti halnya cerita pengembangan database yang mendukung Quantum Processor 8K, yang mengajak berbagai universitas untuk mengumpulkan data (karena machine learning memang membutuhkan data dan uji data yang sangat banyak), maka pengembangan connected living (AI dan IoT) juga membuatuhkan akses terbuka terhadap pengembang.

Itulah yang saya tanyakan pada perwakilan Samsung (Daren Tay - Regional Head of Digital Appliance Samsung Electronics SEAO dan Simon SIm - Regional Had of TV Samsung Electronics SEAO) saat sesi panel discussion. Apakah Samsung akan membuka akses terhadap pengembang aplikasi/layanan teknologi seperti yang pernah mereka lakukan untuk Tizen? Meski tidak menjawab secara detail, namun saya mendapatkan indikasi bahwa Samsung tidak menutup kemungkinan akan hal ini. Apalagi IoT dan AI memang secara mendasar membutuhkan partisipasi para ahli teknologi termasuk pengembang aplikasi/layanan yang cukup banyak. Terutama agar ekosistem berkembang dan bisa digunakan secara masif oleh konsumen kebanyakan.

Saya melihat sendiri kemana pengembangan teknologi Samsung di acara Samsung Forum 2019, setidaknya untuk beberapa hal seperti TV, connected living (yang di dalamnya sudah ada lebih dari 4 perangkat), termasuk AI dan IoT. Layaknya teknologi TV canggih yang kini semakin terjangkau, saya sedikit berharap ekosistem connected living-nya akan semakin terjangkau sehingga kita bisa melihat konsumen umum mengadopsi teknologi ini.