Marketplace properti Lamudi mengumumkan pihak telah memiliki lebih dari setengah juta (500 ribu) listing properti yang terdaftar sejak pendiriannya bulan Oktober tahun lalu. Lamudi kini telah tersedia di 28 negara berkembang di kawasan Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika, termasuk peresmiannya di Indonesia akhir April lalu.
Pertumbuhan ini dianggap sangat pesat karena mereka bisa menggandakan jumlah properti terdaftar dalam waktu tiga bulan saja, karena di bulan April tercatat Lamudi baru memiliki 250 ribu properti. Di Indonesia sendiri Lamudi juga ambisius dengan menargetkan pendaftaran 200 ribu properti dalam enam bulan pertama dan berharap menjadi yang terdepan di segmen ini.
Co-Founder dan Managing Director Lamudi Global Kian Moini dalam rilis persnya mengatakan, “Laju pertumbuhan ini menunjukkan bahwa pasar memberikan respon yang luar biasa terhadap Lamudi. Kami pun melihat pertumbuhan jumlah permintaan yang sangat besar untuk layanan yang kami berikan di tiap negara dan wilayah, terutama di mana tren online listing properti berkualitas tinggi masih terbilang baru.”
Memang dalam beberapa bulan terakhir ekspansi Lamudi tercatat sangat tinggi dengan pembukaan bisnis di tujuh negara baru di bulan Mei, yaitu Sri Lanka, Yordania, Pantai Gading, Mozambik, Madagaskar, Mauritius dan Zimbabwe. Perluasan bisnis ini didukung oleh pendanaan yang dikucurkan oleh Tengelmann Ventures senilai $7 juta (sekitar Rp 82 miliar).
Di antara negara-negara yang menjadi sasaran bisnis Lamudi, cabangnya di Filipina diklaim telah menjadi situs real estate nomor satu dengan traffic pengunjung terbanyak. Saat ini Lamudi Indonesia telah memiliki dua kantor, Jakarta dan Surabaya, dengan kantor di Surabaya menjadi hub untuk menguasai pasar bagian timur Indonesia.
Saat ini memang fokus Lamudi adalah penambahan jumlah properti, terutama bekerja sama dengan pengembang dan agen penjualan. Dalam jangka waktu setahun mendatang, jika client merasa puas dengan hasil yang diperoleh melalui Lamudi, mereka akan memberlakukan konsep berlangganan sebagai sumber monetisasinya. Selain itu Lamudi juga menerapkan skema iklan banner di situsnya.
Untuk mendukung agresivitas bisnisnya, Lamudi menghadirkan aplikasi mobile untuk platfrom Android di awal bulan ini supaya bisa dimanfaatkan oleh konsumen secara lebih luas.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]