Memiliki laboratorium bioteknologi pribadi memang bukan hal yang populer ataupun murah, tetapi berkat “kejeniusan” developer yang berasal dari Denmark, kini laboratorium biotek
dapat dimiliki oleh siapa saja cukup dengan menggunakan device pribadi. Labster, sebuah platform yang menyediakan laboratorium “virtual” yang mampu mengatasi segala permasalahan biotek mulai dari penelitian, observasi, eksperimen, hingga rekonstruksi DNA.
Labster merupakan sebuah bentuk simulasi laboratorium next-gen yang bisa dibilang juga merupakan educational game bagi siapa saja yang berminat untuk mempelajari kisi-kisi ilmu alam seperti biologi, kimia, maupun bioteknologi. Pengguna Labster tentu diberi pengalaman secara penuh mengenai penggunaan laboratorium seperti halnya ilmuwan profesional. Labster juga tak hanya sebagai penyedia platform semata saja. Pada kegunaannya, Labster juga bertindak sebagai “kelas” virtual yang berguna bagi banyak lembaga-lembaga pendidikan.
Menurut TechCrunch, Labster belum lama ini baru saja meluncurkan software lab-simulation yang dapat dinikmati secara gratis oleh pengguna dalam tiga bulan pertama, dan setelah itu pengguna dapat berlangganan langsung melalui aplikasi yang tersedia di iPad App Store. Tak hanya itu, Labster juga telah menyiapkan lisensi khusus untuk kalangan akademisi seperti Universitas maupun sekolah-sekolah yang tertarik untuk menggunakannya.
Labster mengklaim bahwa platform simulator laboratorium tersebut telah digunakan oleh banyak lembaga-lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh dunia seperti Standford University, Boston University, dan universitas-universitas lainnya serta Labster juga diklaim telah diuji-cobakan kepada lebih dari 10.000 pelajar semenjak peluncuran awalnya pada 2011 silam.
“Pada dasarnya, Labster adalah video game science yang benar-benar mengajarkan Anda bagaimana melakukan hal-hal seperti merangkai DNA, menjadi seorang Bio-Engineer, dan bahkan mengajari Anda menjadi seorang agen CSI tidak hanya secara teoritis, tetapi juga secara praktis. Sebagai contoh, mungkin saja Anda dapat benar-benar menjadi ahli forensik seperti halnya tim CSI dalam memecahkan kasus kriminal”, jelas Michael Bodekaer selaku co-founder dan CTO Labster.
Dirinya juga menambahkan bahwa Labster dikembangkan sebagai solusi ekonomis bagi pelajar yang mengalami kesulitan untuk meng-akses fasilitas laboratorium yang tentunya memiliki ongkos yang tidak murah. “Para pengguna nantinya akan kami fasilitasi secara tampilan virtual 3D untuk menggunakan mesin NGS (Next Generation Sequencing), Mikroskop Elektron, dan perangkat lainnya yang seharga ratusan ribu dollar. Semua kami hadirkan dengan simulasi secara real seperti penghitungan matematis, pengukuran tingkat keasaman untuk manipulasi DNA, serta berbagai fungsi lainnya. Tak sampai situ, Labster juga menghadirkan asistern virtual yang dapat membantu observasi Anda”, tambah Michael.
Sesuai dengan situs resminya, Labster menyediakan paket-paket yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pengguna seperti, paket One Case yang senilai USD 20, paket Full Package senilai USD 50, paket Corporate senilai USD 100, serta paket custom yang dapat disesuaikan sesuai keinginan. Menariknya, pengguna juga dapat mencoba platform ini secara gratis dengan berbagai case yang disediakan seperti CSI case, Animal Genetics case, Enzyme Kinetics case, Molecular Cloning case, serta case-case lainnya yang dibutuhkan dalam setiap penelitian.
Labster saat ini beroperasi dengan hanya 12 karyawan yang tersebar di dua lokasi yang terpisah yaitu Copenhagen, Denmark dan Bali, Indonesia. Labster memiliki pendanaan yang bersifat hibah dan non-ekuitas senilai USD 1 juta. Menurut berita yang dirilis oleh OresundStartups, Labster saat ini tengah menjalankan upaya dialog dengan beberapa investor terkait dengan kemungkinan pendanaan Seri-A untuk pengembangan lebih lanjut.
[Foto: scientist working at the laboratory by: shutterstock]