Perusahaan F&B KULO Group merilis aplikasi untuk permudah konsumen mengakses sembilan brand di bawah grup secara lebih mudah dari lokasi terdekat. Aplikasi secara resmi dirilis ke publik pada 17 Maret 2021 mendatang, tersedia di Android dan iOS.
Saat ini KULO memiliki 1500 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia dengan sembilan brand terdiri dari Kopi Kulo, Pochajjang Korean BBQ, Kitamura Shabu-Shabu, Oseng Mie Jontor, Mazeru, Xiji Street Snack, MoTahuAja, Bu Eva Spesial Sambal, dan Xi Bo Ba.
CMO KULO Group Michelle Sulistyo menuturkan, kehadiran aplikasi ini merupakan bentuk penawaran perusahaan agar konsumen dapat mengakses seluruh brand dari lokasi terdekat dengan harga yang lebih terjangkau. Sebelumnya, KULO memanfaatkan kehadiran outlet untuk menerima dine-in, takeway, dan online food delivery bekerja sama dengan platform seperti GrabFood dan GoFood.
“Yang membedakan dari aplikasi dengan order online adalah kami ingin berikan promo eksklusif yang hanya bisa ditemukan di aplikasi, bisa tukar poin dan redeem, dan special privilege mencoba produk baru yang akan kami luncurkan lebih dulu di aplikasi,” terang Michelle, Senin (15/3).
Aplikasi juga dilengkapi dengan berbagai macam fitur seperti pilihan untuk delivery atau pick up dengan menentukan jadwal sesuai pilihan konsumen, akses menu yang lebih lengkap dan beragam, dan fitur refer to friend untuk mendapatkan poin ekstra apabila teman mengunduh dan melakukan pembelian lewat aplikasi.
Ke depannya akan ada lebih banyak fitur yang akan disiapkan perusahaan untuk memanjakan konsumen, salah satunya adalah reservasi online apabila konsumen ingin makan langsung di restoran.
Secara model bisnis, KULO belum memanfaatkan cloud kitchen dalam operasionalnya, sehingga pemesanan dari aplikasi baru memungkinkan untuk satu outlet dari satu brand saja. Kendati demikian, Michelle menegaskan setiap outlet memungkinkan konsumen untuk memilih lebih banyak variasi pilihan entah itu menambah es, gula, saus, dan sebagainya yang tidak ditemukan saat memesan lewat aplikasi food delivery.
Selama pandemi, sambungnya, perusahaan juga turut terdampak dari sisi kunjungan konsumen untuk dine-in. Misalnya, untuk menu santapan yang lebih nikmat dinikmati langsung di lokasi, akhirnya harus take away untuk di makan di rumah. Alhasil, meski tidak dirinci lebih jauh, secara keseluruhan bisnis perusahaan cukup terbantu dengan kinerja dari brand minuman daripada makanan.
“[Saat awal pandemi] sempat turun, tapi sekarang sudah stabil naik. So far hampir semua brand kita ramai [pembeli], tapi untuk yang paling ramai brand minuman daripada makanan,” pungkasnya.