Dark
Light

Kulina dan Transformasi Bisnis Kuliner ala Andy Fajar Handika

3 mins read
December 30, 2015

Andy Fajar Handika, CEO dan Founder Kulina / Dok. Pribadi Andy Fajar

Di Yogyakarta, sosok Andy Fajar Handika cukup dikenal sebagai seorang pebisnis di bidang kuliner. Beberapa gerai fisik kuliner, mulai dari restoran dan foodcourt pernah didirikannya dan sampai saat ini beberapa gerai masih beroperasi. Cukup mencengangkan ketika Andy memilih menutup food court di salah satu wilayah ramai di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Andy kepada DailySocial menjelaskan, “Everything goes online dan satu demi satu bisnis brick-and-mortar yang saya miliki akan diakhiri.”

Insanity is doing the same thing over and over again, but expecting different results.

Quote dari Albert Einstein tersebut yang mewakili ambisi Andy untuk terus berbisnis dengan cara yang lebih modern. Internet menjadi bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat, terutama jika berbicara dalam cakupan kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta, Bandung atau Makassar. Bagi Andy, bisnis pun harus menyesuaikan.

Tren positif pertumbuhan layanan pesan makan online

Makandiantar merupakan salah satu pionir layanan pesan makan online di Yogyakarta. Menggandeng mitra (cafe, restoran dan tempat makan lainnya) di bawah naungan PT Fajar Montana Internasional, portal tersebut memenuhi kebutuhan pesan makan masyarakat di Yogyakarta. Layanan ini menjadi inovasi yang coba dibangun Andy (saat ini sebagai Advisor) untuk memasukkan konsep digital ke dalam bisnis kuliner.

Portal pesan makanan ini hadir ketika belum banyak pemain lain (ala Go-Food dari Go-Jek) di Yogyakarta dan hingga saat ini layanan tersebut masih beroperasi. Di kalangan masyarakat, Makandiantar memang menjadi alternatif yang menarik di tengah kemacetan yang melanda berbagai kota besar, termasuk Yogyakarta. Plus layanan tersebut cukup mobile-friendly.

Survei Jakpat tentang layanan pesan antar makanan

Konsep pesan makanan online terlihat berkembang juga di kota-kota besar. Selain Makandiantar, baru-baru ini juga sudah beroperasi Owl-kitchen dengan konsep yang sama di Yogyakarta. Sedikit berbeda, Owl-kitchen “mendeklarasikan diri” sebagai layanan pesan makan online spesialis midnight (tengah malam) dengan jam operasi pemesanan sampai pukul 2 dini hari.

Berbicara tentang industri kuliner secara umum, kontribusinya terhadap GDP (mengacu pada data tahun 2014) mencapai 29,34 persen di Indonesia. Pertumbuhan bisnis tersebut rata-rata adalah 10 persen setahun, atau setara dengan Rp 11,3 triliun.

Mengakomodir catering dan home chef untuk mudah mencapai konsumen

Inovasi tak berhenti sampai ke realisasi layanan kuliner on-demand saja. Andy bersama rekannya yang kebetulan memiliki nama panggilan yang sama, Andy Hidayat, kini tengah mengembangkan sebuah platfom marketplace untuk mempertemukan antara catering dan home chef dengan pelanggan melalui medium aplikasi mobile.

Kulina adalah nama aplikasinya.

Berbeda dengan layanan yang populer saat ini, Kulina tidak menyentuh pasar on-demand. Kulina fokus pada pre-order dan subscription meals, Andy menyebutnya dengan istilah meal plans. Artinya pelanggan memesan makanan paling cepat satu hari sebelumnya untuk beberapa hari sekaligus.

Ilsutrasi proses bisnis Kulina

Menggunakan Kulina, nantinya kitchen partner bisa merencanakan dengan lebih baik makanan apa yang akan dimasak, tanpa harus khawatir dengan risiko bahan baku sisa yang tidak terpakai. Harga makanan tentunya jadi relatif lebih terjangkau bagi pelanggan, karena inventory management yang mendekati zero loss.

Saat ini Kulina sudah dirilis dalam versi beta untuk platform Android dan baru melayani wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Tim pengembang Kulina yang berbasis di Yogyakarta terus mengembangkan fitur yang ada di dalamnya.

Selain Andy Fajar dan Andy Hidayat, Kulina telah memiliki 12 orang di tim teknis dan 8 orang tim operasional untuk menggenjot kehadiran Kulina di berbagai kota di Indonesia dan bahkan pasar internasional. Selain di Yogyakarta, tahun depan kantor Kulina juga akan berdiri di Jakarta, tepatnya di BITS co-working space.

Dengan sistem seperti ini, Kulina akan memberikan keleluasaan bagi penggunanya dalam mendapatkan berbagai jenis makanan yang mungkin tidak ada di restoran dan dimasak oleh kalangan rumahan. Skema marketplace dinilai efektif untuk model pemesanan makanan, baik untuk kebutuhan personal maupun di kantor.

Fokus mengembangkan kerja sama dengan dapur online

Kulina memfokuskan bisnis pada kerja sama dengan dapur online, bukan secara spesifik restoran atau tempat makan sejenisnya. Andy mengatakan bahwa Kulina ingin merespon fenomena yang ada di masyarakat bahwa tidak semua orang yang jago masak punya akses ke modal yang besar untuk membuat restoran atau rumah makan. Kulina ingin memberikan akses pada caterer/home chefs ini agar produk mereka bisa dipesan oleh banyak orang dengan mudah.

“Kami ingin kitchen partner kami fokus pada satu hal saja, yaitu memasak makanan enak, tanpa ribet masalah pembayaran, manajemen order, hingga pengantaran ke foodies,” ungkap Andy dengan mantap.

Terkait proses bergabung, kitchen partner dapat mendaftarkan diri melalui formulir yang terdapat di aplikasi. Selanjutnya Kulina akan melakukan kurasi atas kitchen partner yang telah mendaftar, untuk memastikan hanya yang kredibel saja bisa masuk ke dalam Kulina. Kulina sendiri mengenakan komisi 15% atas nilai transaksi yang terjadi antara kitchen partner dengan pelanggan.

Terkait visi Kulina, Andy mengatakan:

“Ada ratusan, bahkan ribuan jenis makanan yang ada di Indonesia ini, dengan berbagai macam juga selera tiap orang yang berbeda-beda. Visi Kulina adalah agar setiap orang bisa memesan makanan dengan mudah dan terjangkau, sesuai dengan selera ataupun purpose-nya.”

Andy melanjutkan, “Dari ratusan kitchen partner yang telah mendaftar di Kulina saat ini (bahkan sebelum kami launch), tugas kami tentunya adalah memastikan kualitas dan mencocokkan karakter makanan yang ditawarkan kitchen partner tersebut dengan selera pelanggan yang akan memesan.”

Untuk melakukan pencocokan selera pelanggan dengan makanan yang ada, Kulina bertekad menanamkan teknologi Big Data dan Artificial Intelligence ke dalam sistem. Teknologi tersebut akan mengurai setiap variabel setiap makanan lalu mempertemukannya. Tujuannya menjadi sebuah aplikasi yang menyajikan hanya makanan yang disukai dari dapur yang ada di sekitar lingkungan pelanggan dengan harga terjangkau.

Perjalanan ke WebSummit di Dublin bulan lalu

Kulina terpilih sebagai Alpha Startup dan Exhibit di WebSummit di Dublin beberapa bulan lalu. Bagi Andy, tujuan Kulina mengikuti ajang ini tak lain untuk memvalidasi konsep Kulina di global market dan bertemu potential partner untuk meluncur di negara lain.

Pranowo Putro (COO), Andy Hidayat (Co-Founder/Advisor), Murtiono Widi (Lead UI/UX Designer), Andy Fajar Handika (Founder/CEO) / Dok. Pribadi Andy Fajar

“Tentunya ini menjadi pengalaman sangat menarik, di mana kami bisa bertemu beberapa calon partner yang berniat untuk bekerja sama untuk meluncurkan Kulina di beberapa negara lain,” pungkas Andy.

Previous Story

5 Kiat Sukses Founder Perempuan

Alasan mengapa tidak perlu mencari investor / Shutterstock
Next Story

Sejumlah Alasan Mengapa Startup Anda Tidak Perlu Mencari Investor

Latest from Blog

Don't Miss

Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan
Jajaran founder VCGamers / VCGamers

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru