Pemasaran digital bisa saja menjadi sangat efektif jika dilakukan dengan cara yang sesuai, dalam artian dapat memikat calon konsumen karena mereka merasa ada value yang ditawarkan sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi. Sehingga diperlukan penyiapan konten yang matang untuk mampu menyampaikan pesan-pesan penting seputar produk atau layanan yang ditawarkan startup. Ada banyak tipe konten pemasaran yang bisa dibuat oleh startup, namun dengan mempelajari tren dan efektivitasnya tampaknya bisa memberikan hasil yang lebih optimal.
Artikel ini akan membahas beberapa aspek penting yang perlu dipahami startup ketika mengembangkan konten untuk pemasaran.
Memahami tren yang tengah ada
Pengamatan tentang tren digital yang ada saat ini menjadi awal yang harus dilakukan oleh pemasar. Dengan mengetahui apa yang tengah disukai oleh warganet dalam mengonsumsi informasi (iklan), maka akan turut meningkatkan efektivitas kampanye digital yang dilakukan. Pada sebuah sesi diskusi, CMO DailySocial, Rahmat D Harlyadie memaparkan beberapa hal menarik merujuk pada pengamatan yang dilakukan sepanjang tahun 2017.
Pertama adalah membangun pengguna loyal dan menumbuhkan jaringannya tengah menjadi konsentrasi banyak bisnis besar. Rahmat mencontohkan tentang bagaimana Grab dan PayTren melakukan konsep sharing audience, dalam hal ini Grab memanfaatkan jaringan pengguna loyal dari PayTren untuk distribusi keagenan.
Kemudian terkait dengan konten pemasaran, Rahmat menilai bahwa tulisan bersifat soft-selling yang memberikan pendekatan personal ke audience lebih tepat untuk saat ini. Terlebih konten tersebut mampu menyuguhkan tulisan atau visual yang memiliki unsur emosional untuk membangun komunitas pengguna. Untuk itu perlu melakukan riset sederhana terkait dengan demografi dan kebutuhan pengguna.
Konten pemasaran bagi brand startup
Melihat kondisi saat ini, menurut Co-Founder dan CEO Indonesia GetCRAFT Anthony Reza Prasetya, banyak alasan mengapa orang merasa tidak nyaman dengan kehadiran iklan yang terlalu mencolok pada suatu konten. Pengiklan pun sejatinya memahami respons negatif tersebut, namun sering kali cara konvensional tetap dilakukan karena merasa tidak punya pilihan. Sebenarnya model konten pemasaran yang lebih relevan dapat dibuat, misalnya dengan menyematkan iklan dalam tulisan yang memberikan manfaat secara umum. Cara ini bisa dilakukan untuk membantu brand melakukan edukasi sekaligus melancarkan engagement dengan target audience yang tepat.
Pendekatan konten pemasaran sifatnya juga lebih everlasting, karena ketika tulisan tersebut memiliki nilai bagi pembaca –ketika sudah tidak diiklankan–tetap mampu menarik perhatian audience lebih lama.
Menyusun konten pemasaran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusun konten pemasaran digital.
(1) Lakukan perencanaan yang jelas
Menurut hasil survei yang pernah dilakukan Content Marketing Institute, dari 94% pebisnis yang melakukan pemasaran berbasis konten untuk B2B hanya 32% yang memiliki perencanaan strategi konten terstruktur. Seperti kebanyakan hal pada umumnya, strategi dan perencanaan adalah aspek yang sangat diperlukan agar alur pengerjaannya menjadi jelas dan terukur.
Untuk melakukan perencanaan ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
- Pahami tentang apa yang akan disampaikan melalui konten.
- Pahami tentang siapa yang akan disasar dengan konten tersebut.
- Pahami tentang apa saja yang ingin dicapai melalui pemasaran tersebut.
(2) Memahami karakteristik pelanggan
Pemahaman menyeluruh tentang pelanggan sebagai target utama menjadi komponen yang harus diperhatikan secara khusus dalam pemasaran konten. Proses ini dilakukan sebelum memikirkan karakteristik konten yang dihasilkan. Perlu ada riset sederhana untuk mengetahui karakteristik tersebut, terbagi dalam dua aktivitas berikut:
- Riset primer; melakukan wawancara, kuesioner, atau survei untuk mengetahui minat pelanggan.
- Riset sekunder; mendapatkan data dari saluran lain, misalnya website, media sosial.
(3) Pelajari permasalahan secara mendalam
Dari hasil riset pada tahapan berikutnya, pelajari apa yang menjadi permasalahan pengguna. Hal ini dilakukan untuk memastikan konten memiliki alur yang menjawab. Ada beberapa hal yang dilakukan di sini, yaitu:
- Petakan permasalahan merujuk pada data riset.
- Buat prioritas untuk menemukan permasalahan umum yang diangkat dalam konten.
(4) Menyesuaikan SEO dan media sosial
Website dan media sosial menjadi medium digital yang paling efektif untuk konten pemasaran, namun supaya visibilitas konten lebih baik –mengingat sudah sangat banyak konten yang ada di internet—perlu melakukan pendekatan SEO dan media sosial. Pendekatan SEO dilakukan untuk memastikan konten yang dibuat memiliki ranking yang bagus saat dicari di media sosial berdasarkan kata kunci tertentu, sesuai dengan permasalahan yang dicari pengguna. Sedangkan pendekatan media sosial dilakukan untuk memastikan konten disandingkan dengan isu atau kondisi yang relevan dengan saat ini.
(5) Pendekatan konten “customer journey”
Konsumen digital kebanyakan tidak mencari atau mengonsumsi informasi dalam saluran tunggal. Satu orang dapat mengakses banyak platform dengan karakteristik yang berbeda. Tidak semua orang selalu membaca blog setiap hari, pun tidak semua menyaksikan video YouTube setiap hari. Ini adalah sebuah perjalanan digital konsumen, yang perlu diperhatikan, bagaimana pemasar dapat menghasilkan konten yang relevan di berbagai kanal, sehingga pada saat konsumen hadir di kanal tertentu, mereka akan mendapati informasi yang tepat, baik secara substansi materi ataupun waktu.
(6) Jangan memaksakan konten promosi
Seperti yang sudah ditekankan di awal, saat ini model-model iklan yang menonjolkan penjualan (hard-selling) mendapatkan stigma negatif di kalangan konsumen digital. Pemasaran harus lebih kreatif dalam menghasilkan suatu konten pemasaran.
(7) Uji format konten yang kembangkan
Menurut Digital Marketer, konten pemasaran secara jenis dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Top of the Funnel (TOFU) untuk awareness, Middle of the Funnel (MOFU) untuk evaluation, dan Bottom of the Funnel (BOFU) untuk conversion. Pemasar perlu melakukan uji coba dan pengembangan jenis konten berdasarkan karakteristik di setiap tahapan.
(8) Lakukan pengukuran dan analisis
Analisis dan pengukuran perlu dilakukan untuk setiap jenis konten yang dipublikasikan, agar memberikan pembelajaran baik ke depannya. Banyak cara untuk mengukur, misalnya didasarkan pada analisis kunjungan situs atau capaian di media sosial.