“Passion saya adalah konten. Saya sebelumnya di Yahoo, lalu Viki, dan sekarang The Jakarta Post. Semuanya adalah bisnis konten. Saya yakin seberapa canggihnya platform, channel distribusi, tanpa konten akan susah [untuk membangun bisnisnya].”
Ini kutipan dari apa yang Budi Putra katakan ketika diminta komentarnya tentang pengangkatan beliau menjadi ‘Head Honcho’ di spin-off divisi online media The Jakarta Post yang diberi nama JakPost Digital.
Membaca ulang komentar Budi di atas, saya jadi teringat akan wawancara dia dengan DailySocial dua tahun silam ketika Ia berkunjung ke London untuk mengikuti acara Nokia World.
Pada bincang-bincang santai tersebut, saya bertanya apa pendapatnya tentang perkembangan startup di Indonesia, yang pada waktu itu mulai ramai bermunculan.
Budi Putra mengatakan bahwa Indonesia tidak kurang orang pintar, dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya untuk mendirikan sebuah startup, idenya bagus-bagus. Masalahnya bukanlah bagaimana memulai startup itu, tapi bagaimana mempertahankannya. Model bisnis apa yang mau dipakai, Exit Strategy-nya apa. Dan ini harus dipikirkan dari awal.
Sebagai tambahan, beliau menyarankan supaya komposisi suatu tim startup tidak hanya berisi ‘hacker’ atau ‘programmer’, tapi juga perlu orang-orang yang mengerti bisnis, marketing atau legal. Budi Putra juga memberikan beberapa contoh model bisnis yang bisa dicoba untuk menarik dana investasi dari Venture Capitalist.
Kemudian satu pertanyaan lagi yang saya lontarkan adalah mengenai blogging. Pertanyaan ini berdasar dari pengamatan saya waktu itu tentang dunia per-blogging-an di Indonesia. Pada satu ketika blogging seperti layaknya jamur di musim hujan, setiap orang ingin jadi blogger, sampai-sampai kita bikin ‘Pesta Blogger’ yang berlangsung selama beberapa tahun (dan sekarang berubah).
Pertanyaan saya kepadanya adalah apakah blogging masih bisa menjadi salah satu bidang yang ditekuni.
Ia pada dasarnya menjawab begini, blogging adalah salah satu bagian dari media. Media itu bisa berubah, ke depan entah apa lagi namanya. Platform atau layanan pada akhirnya bisa ‘mentok’, dalam arti sudah tidak bisa bikin celah lagi.
Tapi yang selalu konstan di dalam semua ini adalah ‘konten‘. Media bisa berubah (saya jadi teringat perkembangan Twitter, Facebook, Instagram, dll dalam waktu 2 tahun ke belakang), tapi konten tetap masih sama.
Orang yang menguasai konten pasti punya peluang yang besar.
Di akhir perbincangan Ia menekankan bahwa masa depan media sosial adalah di konten. Dengan adanya konten akan tercipta perbincangan. Tanpa perbincangan media sosial tidak akan jalan. Ketika penggunaan media sosial bertambah, otomatis penggunaan infrastruktur juga naik. Kembali ke soal smartphone (sebelumnya kami juga bicara soal smartphone), buat apa orang bikin smartphone canggih-canggih kalau hanya buat nelpon dan SMS saja, tandasnya.
Untuk mengikuti perbincangan selengkapnya, silahkan menyaksikan video di bawah ini:
About Startup and Blogging [Indonesian] from Daily Social on Vimeo.
konten adalah raja 😀