Proses konsolidasi antar perusahaan telekomunikasi di Indonesia tampaknya tidak hanya terjadi di layanan GSM atau CDMA saja. Kini giliran First Media dan Internux yang dikabarkan akan segera melakukan penggabungan usaha di segmen Broadband Wireless Access (BWA) 2,3 GHz. Internux adalah perusahaan yang mengoperasikan Bolt, sementara First Media tadinya juga berencana mengutilisasi segmen BWA sebagai pengganti Sitra WiMax yang tidak sukses.
Sebelumnya industri telekomunikasi Indonesia sempat disibukkan dengan kabar konsolidasi antara XL Axiata dengan Axis yang merupakan konsolidasi pertama antara dua operator GSM di Indonesia. Lalu belum lama ini, Telkomsel menyelesaikan proses konsolidasi mereka dengan Telkom Flexi. Skema tersebut akan memindahkan 4,1 juta pelanggan Telkom Flexi ke layanan Telkomsel.
Berdasarkan berita yang ditayangkan Indotelko kemarin (23/9), Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa konsolidasi turut terjadi di layanan BWA yang ada di frekuensi 2,3 GHz.
“Setahu saya First Media dan Internux juga tengah mengkaji penggabungan usaha,” papar Muhammad Budi Setiawan selaku Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos Informatika Kementerian Kominfo seperti yang dikutip dari Indotelko.
Selain First Media dan Bolt yang masih bertengger di frekuensi 2,3 GHz ada lagi beberapa operator lain seperti Berca Hardaya Perkasa, Telkom, IM2, dan Jasnita. Selaras dengan opini kami sebelumnya, Muhammad Budi Setiawan juga mendukung tren konsolidasi dari para pemain telekomunikasi nasional. Menurutnya Telkom dan IM2 masing-masing sedang menunggu perkembangan untuk kemungkinan konsolidasi selanjutnya.
“Kita memang maunya postur pemain simpel. Nanti sepertinya hanya ada 4 pemain GSM, satu pemain CDMA tersisa yakni Smartfren, dan beberapa di 2,3 GHz,” katanya.
Untuk informasi tambahan, pemain GSM di industri telekomunikasi tanah air menyisakan Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Tri Indonesia. Di jaringan CDMA, StarOne dan Flexi telah lebih dulu menghentikan layanan mereka dan beralih ke GSM. Yang tersisa hanyalah Smartfren dan Bakrie Telecom yang keduanya tidak memiliki saudara di pasar GSM. Beruntung bagi Smartfren yang disinyalir memiliki kesanggupan untuk melakukan upgrade teknologi layanan mereka ke LTE. Sementara pilihan yang paling masuk akal bagi Bakrie Telecom tentu saja konsolidasi dengan Smartfren untuk meningkatkan teknologi mereka ke 4G LTE.
Serangkaian skema ini dijalani merespon berlakunya Peraturan Menteri untuk FWA 800 MHz yang memaksa semua operator CDMA untuk segera beralih ke versi seluler. Kini tinggal menunggu konsolidasi antara Smartfren dan Bakrie Telecom yang kabarnya akan segera mendapatkan izin dalam beberapa hari ke depan.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]