Belakangan, para gamers di Indonesia sedang dipenuhi euforia terhadap League of Legends. Namun bukan League of Legends yang selama ini kita kenal, melainkan Wild Rift, versi mobile dari MOBA yang rilis di PC pada tahun 2009 lalu tersebut. Wild Rift mungkin lebih berhasil menarik perhatian banyak orang, termasuk sosok besar di skena MOBA untuk mobile seperti Henri Teja “Carraway” ataupun Tuturu. Namun demikian, nasib versi PC dari game tersebut di Indonesia terbilang cukup nahas.
Pada kesempatan sebelumnya saat membahas potensi Wild Rift di Indonesia, saya sudah sempat berbincang dengan Pratama Indraputra atau Yota, soal sepak terjang League of Legends di Indonesia. Jika Anda membacanya, fakta menyedihkan yang harus diterima penggemar game League of Legends di Indonesia adalah kenyataan bahwa League of Legends Indonesia akhirnya mati pada tahun 2019. Gamenya masih ada, tetapi tanpa adanya dukungan publisher, inisiatif esports, ataupun server lokal Indonesia, komunitas League of Legends Indonesia sekarang terbilang jadi mati suri.
Walaupun demikian, komunitas LoL di Indonesia ternyata masih terus hidup, dan bahkan cukup aktif. Lalu apa kabar komunitas LoL di Indonesia kini? Mari saya ajak Anda melihat keadaannya dari tiga perspektif berbeda.
Pertama ada HASAGI, media khusus League of Legends yang dulu disokong oleh Garena Indonesia dengan Edi Kusuma atau Edel sebagai salah satu founder-nya. Kedua ada Aganov Boris, seorang streamer dengan nama panggung “League Indo Korea”, yang hingga kini masih secara konsisten melakukan live-streaming game League of Legends. Terakhir ada Aditya Fadillah atau SEGA, merupakan pemain kompetitif League of Legends yang terakhir kali sempat bermain dengan tim Bigetron Esports untuk turnamen Indonesia Games Championship 2020.
HASAGI, Media Online Seputar LoL yang Kini Hidup Berkat Komunitas
Ketika League of Legends hadir di Indonesia tahun 2013 silam, jagad internet dalam ranah gaming terbilang belum seperti sekarang. Informasi seputar gaming dan esports dalam bahasa Indonesia belum bisa didapatkan semudah seperti sekarang. Media yang spesifik membahas gaming dan esports juga masih segelintir jumlahnya, termasuk Hybrid.co.id yang juga belum ada di masa itu, dan baru melepas status beta pada Februari 2019 lalu.
Maka dari itu, pada tahun 10 Agustus 2016, Yota mengajak Edi Kusuma atau Edel, mencoba menggagas sebuah proyek berupa blog yang spesifik membahas League of Legends dengan nama HASAGI. “Gue coba ngomong sama Edel waktu itu. ‘Ed, lu suka nulis kan? Gimana kalau lu nulis seputar League of Legends bareng gue. Karena gue kepingin bikin proyek ini nih (HASAGI), kepingin bikin komunitas League of Legends makin bagus, makin keren, makin pintar juga karena baca berita terus.’ Akhirnya Edel setuju dan kita nulis bareng, dimulai dari pakai blog simpel saja.” Ucap Yota dalam video perkenalan HASAGI, yang diposting oleh channel YouTube official League of Legends Indonesia pada 9 November 2016 lalu.
Setelah ajakan tersebut, the rest is history. HASAGI berkembang dengan cukup pesat dan menjadi salah satu rujukan bagi komunitas, atau siapapun yang ingin mengetahui perkembangan League of Legends dari perspektif lokal. Bukan hanya sekadar memberitakan esports pada zamannya, HASAGI juga menyajikan cerita-cerita unik dari komunitas. Salah satu contohnya seperti cerita soal sosok pemain LoL Indonesia yang pernah membuat kehebohan karena kelakuan konyol, ataupun cerita nasib mantan pro player League of Legends kini.
Lompat ke tahun 2020, Edel lalu menceritakan bagaimana kondisi HASAGI. “Sampai saat ini, HASAGI masih memiliki beberapa pembaca setia yang hampir setiap hari mengakses website kami. Namun, jumlahnya tentu tidak terlalu besar. Saya merasa, dengan jumlah pemain League of Legends Indonesia yang semakin terkikis, maka kemungkinan besar pembaca HASAGI juga jadi sedikit. Berharap setelah Wild Rift kami bisa mendapat pembaca baru. Satu hal yang pasti, HASAGI akan terus berusaha menghasilkan artikel-artikel berkualitas.” Cerita Edel.
Lebih lanjut Edel juga sedikit menjabarkan soal minat komunitas terhadap konten League of Legends berbahasa Indonesia yang disajikan oleh HASAGI “Pembaca HASAGI sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, ada yang lebih suka baca artikel tentang update game League of Legends dan ada yang juga suka baca tentang turnamen. Tapi, sejauh ini artikel tentang update atau patch baru masih menjadi salah satu yang paling favorit. Kalau dari segi jumlah pembaca, dalam satu bulan HASAGI sih masih bisa dapat sekitar 30 sampai 60 ribu pembaca.”
Untuk saat ini, peran HASAGI di komunitas lebih dari sekadar menyiarkan informasi saja. Seperti saya sebut sebelumnya, komunitas LoL Indonesia jadi mati suri pasca ditinggal Garena Indonesia. Karena itu peran HASAGI kini jadi melebar, bukan sekadar jadi media, melainkan menjadi semacam pengganti Garena Indonesia yang mengasuh komunitas LoL PC di Indonesia.
Maka dari itu HASAGI pun kini menyediakan beberapa wadah media sosial, sebagai sarana komunikasi komunitas LoL Indonesia. “Kami kebetulan juga mengelola beberapa grup media sosial League of Legends Indonesia. Paling besar ada grup Facebook LoL Indonesia, dan League of Newbie, yang membernya ada di angka puluhan ribu. Selain itu kami juga mengelola grup Wild Rift, yang sekarang membernya sudah sekitar 19 ribuan. Lalu kami juga punya server Discord yang jumlah anggotanya ada 3300 orang saat ini.”
Menariknya, usaha yang dilakukan HASAGI menjaga komunitas LoL ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Komunitas LoL Indonesia secara umum ternyata sangat menganggap HASAGI, bahkan berusaha menyokong keberlanjutan HASAGI. “Salah satu hal yang membuat saya senang dengan komunitas League of Legends adalah, ada segelintir orang yang berusaha untuk terus mempertahankan dan menjaga komunitas ini. HASAGI juga menjadi salah satu usaha tersebut, usaha mempertahankan League of Legends agar tetap ada di permukaan. Selain membuat wadah komunikasi di media sosial, kami juga sempat membuat acara nobar World Championship 2019, yang terbilang cukup sukses, dan sangat berkesan.”
Acara nobar World Championship 2019 bisa dibilang menjadi salah satu bentuk kepedulian komunitas terhadap LoL ataupun keberlanjutan hidup komunitas itu sendiri. Edel menceritakan, bahwa acara nobar Worlds 2019 bahkan sebenarnya adalah proyek dadakan, karena baru terpikirkan untuk membuatnya pada H-2 minggu sebelum pertandingan Grand Final. “Bahkan sempat dapat masalah ketika akan mencari venue. Kami enggak punya sponsor apapun, dan bisa dibilang hampir enggak ada siapa-siapa yang bantu kita untuk mengadakan nobar awalnya.” Perjelas Edel.
Edel lalu melanjutkan kembali ceritanya. Edel mengatakan bahwa jelang hari H penyelenggaraan acara nobar, satu per satu orang komunitas yang peduli dengan komunitas LoL Indo mulai muncul. “Saya benar-benar bangga sekali dengan komunitas LoL Indonesia di momen ini. Jelang hari H, ada dari komunitas yang bantu saya untuk bayar DP sewa venue, ada yang sumbang dana untuk kebutuhan acara. Salah satunya ada Xyera, mantan streamer League of Legends, dia menyumbang Rp3 juta ketika itu.”
Tapi ternyata, dukungan komunitas LoL Indonesia terhadap HASAGI dalam acara nobar Worlds 2019 ternyata bukan hanya dari segelintir orang saja. “Acara nobar Worlds 2019 juga menjadi nobar pertama yang berbayar. Tapi berbayar bukan tanpa alasan, melainkan karena uang penjualan tiket kami gunakan untuk membayar venue. Kami berusaha transparan dan menceritakan masalah tersebut ke komunitas. Pada titik ini kami betul-betul tidak menyangka. Ada sekitar 400 orang datang dan semuanya membeli tiket demi mendukung kelancaran acara nobar. Bahkan, ada yang nggak bisa datang, tapi tetap membeli tiket karena dia ingin bisa memberikan support agar nobar berjalan lancar.”
“Kebetulan tiket acara ada dua macam, harga normal Rp50 ribu dan yang kedua harganya Rp120 ribu tapi dapat kaus. Ketika itu gue cetak sekitar 100 kaus dan hampir habis. Sisa tinggal sekitar 20 buah kaus saja.” Edel melanjutkan ceritanya. “Dukungan komunitas ketika itu rasanya seperti tak henti-henti. Ericko Lim yang dahulu sempat menjadi shoutcaster di komunitas LoL Indonesia dengan nama Soapking juga turut menyokong dengan memberikan kaus SK60 (Official Merchandise Soapking) untuk jadi hadiah nobar. Ada juga Henry Louis atau TwoJ, ex-pro player LoL Indonesia, jadi MC dadakan. Ada teman gue juga bantu sponsor action figure LoL untuk hadiah. Ada juga teman gue jual makanan, sengaja jual rugi, supaya para peserta nobar bisa makan. Jadi, nobar Worlds 2019 betul-betul bentuk usaha bahu membahu antara HASAGI dengan komunitas LoL Indo.” Tutup Edel soal cerita mengadakan nobar Worlds 2019.
Edel juga menjelaskan, bahwa memang sudah tidak ada support apapun lagi dari Garena, pasca kejadian tutup server League of Legends di Indonesia. “Kecuali jadi Garena Partner, biasanya diberi skin untuk membuat event. Tetapi di Indonesia cuma ada 2 orang yang menjadi Garena Partner. Dulu Hasagi sempat mengajukan, namun memang gue masih kurang beruntung sampai sekarang… Haha.” Tanpa adanya support, jelas sudah alasan kenapa HASAGI dan komunitas League of Legends Indonesia jadi perlu bahu-membahu, bahkan hanya untuk sebuah acara nobar Worlds 2019 saja.
“Gue merasa, komunitas LoL Indonesia itu yang terbaik sih. Jumlah mereka mungkin sedikit, tapi mereka peduli. Tentunya tidak semua, tapi ada beberapa di antara mereka yang betul-betul peduli dengan LoL Indo, termasuk seperti HASAGI yang saat ini bisa dibilang menjadi semacam pusat komunitasnya.” Edel menceritakan kebanggaannya terhadap komunitas League of Legends Indonesia. “Cerita menarik lagi mungkin adalah ketika gue memutuskan untuk kembali mengembangkan HASAGI. Hanya untuk itu saja, gue bahkan dapat dukungan komunitas! Beberapa player dari komunitas LoL nyumbang ke gue, untuk beli domain… Haha. Jadi kalau sudah begitu, masa iya gue menolak?”
Mengakhiri pembahasan, saya lalu menanyakan bagaimana posisi HASAGI nantinya jelang perilisan Wild Rift secara publik, yang mungkin akan datang dalam waktu dekat. “Kami sih akan tetap menjaga pemain LoL di PC tetap ada. HASAGI terbentuk karena LoL PC dan kami enggak mau game ini ditinggalkan cuma gara-gara Wild Rift. Kita mungkin akan coba membuat turnamen amatir untuk memancing minat orang memainkan LoL di PC. Lalu dari segi media, pastinya kami akan terus menyajikan artikel soal LoL di PC. Akhir kata, semoga nantinya ada lebih banyak support diberikan, terutama dari Riot Games dan Garena Singapura. Kami berharap nantinya LoL PC dan Wild Rift bisa berjalan satu arah sebagai komunitas pecinta League of Legends.” Tutup Edel.
League Indo Korea, Streamer LoL Lokal yang Masih Konsisten Hingga Kini
Sosok kedua yang juga tak kalah penting dalam melihat keadaan komunitas LoL kini adalah Aganov Boris, seorang streamer lokal yang masih konsisten memainkan League of Legends hingga kini. Boris biasa melakukan stream dengan nama League Indo Korea di Facebook, menyiarkan permainannya mengarungi Summoners Rift, melawan pemain-pemain di LoL server Singapura.
Kami lalu berbincang singkat soal kondisi LoL dalam lingkup server Asia Tenggara kini, dari sudut pandang Aganov Boris sebagai pemain dan juga streamer. Ia lalu memperkenalkan diri, sambil menceritakan soal alasannya streaming, dan pengalamannya bermain League of Legends.
“Gue Aganov Boris, gue adalah sosok di balik page League Indo Korea. Gue sudah main LoL sejak tahun 2013, sekitar Season 3, ketika server Indonesia pertama kali dibuka. Kebetulan alasan gue streaming sih karena memang mengisi waktu saja. Mulai streaming dari November tahun lalu dan langsung fokus League of Legends. Alasan kenapa masih streaming LoL sampai sekarang, karena memang sudah cinta aja sih sama LoL… Haha.” Cerita Aganov Boris.
Melanjutkan pembicaraan, Aganov Boris lalu berbagi pandangannya soal keadaan komunitas LoL kini, dari sudut pandangnya sebagai player.
“Gue merasa komunitas LoL di Indonesia keadaannya cukup baik-baik saja. Pemain baru masih muncul, tapi memang jumlah pertumbuhannya tidak besar. Lalu kalau dari segi skill, saya merasa regenerasi pemain high elo (rank tinggi) terbilang minim.”
Terlepas dari itu, satu yang menurut saya cukup menarik dari sisi Boris adalah, konten League of Legends ternyata masih cukup diminati secara umum.
“Kalau jumlah views sih terbilang lumayan, setiap streaming saya dapat sekitar 2k sampai 3k views per stream. Penonton juga ternyata antusias dan interaktif dengan konten stream yang saya sajikan. Kebanyakan mereka merasa terbantu dari sisi game knowledge. Kebetulan tujuan saya streaming memang karena ingin memberi edukasi supaya para pemain bisa climb rank dan berkembang secara pribadi. Jadi saya biasanya memberikan informasi soal Item apa yang harus dibuat, Champion apa yang cocok dipakai, bagaimana cara main Jungle, dan sebagainya. Penonton sendiri terbilang sangat tertarik ketika menonton saya sedang climbing rank.” Aganov menceritakan.
Dalam obrolan sebelumnya, Edel sempat menyebut soal Garena Partner. Aganov Boris terbilang cukup beruntung menjadi salah satu dari dua orang Indonesia yang mendapat sokongan dari Garena karena posisinya sebagai kreator konten. Aganov menceritakan, bahwa dirinya menjadi bagian dari Garena LoL Partnership (GLP) sejak bulan Maret 2020.
“Kebetulan saya mengajukan diri sendiri ke Garena waktu itu. Jujur sih kurang tahu juga Garena mana yang menghubungi, tapi kayaknya Singapura sih. Soalnya semua komunikasi menggunakan bahasa Inggris, dari awal mengajukan diri sampai pemberitahuan bahwa pengajuan saya diterima. Sebagai bagian dari kreator GLP, saya diberikan dukungan berupa Riot Points dan Skin setiap bulan. Biasanya saya gunakan hal tersebut untuk dibagi-bagikan kepada penonton sebagai giveaway ketika stream.”
Lalu hal lain yang mungkin juga jadi pertanyaan adalah soal pendapatan. Pendapatan streamer memang sudah jadi topik yang beberapa kali dibahas oleh tim redaksi Hybrid.co.id. Ellavie Ichlasa Amalia, Senior Writer Hybrid.co.id, sempat membuat pembahasan soal dari mana sumber pendapatan seorang streamer game. Bahkan, Yabes Elia selaku Chief Editor Hybrid.co.id juga sempat mengungkap sosok streamer game PC yang bisa mendapat donasi dari penontonnya sampai 7 juta rupiah dalam satu pekan.
Lalu bagaimana dengan nasib Aganov Boris? Ia bercerita, bahwa menjadi streamer League of Legends itu menghasilkan namun masih belum bisa menjadi tumpuan hidup. “Untuk yang donasi ataupun memberikan Stars (semacam saweran untuk streamer di Facebook) itu ada, tapi enggak banyak.” Ucapnya.
Menutup obrolan, kami kembali membahas soal kelanjutan dirinya sebagai streamer, dan kehadiran Wild Rift. “Menurut saya, masa depan kreator/streamer League of Legends PC justru bakal lebih baik. Mayoritas orang Indonesia sebetulnya bukan tidak suka main League of Legends, melainkan belum pernah mencobanya. Nah, dengan kehadiran Wild Rift, orang secara tidak langsung akan mencoba League of Legends, yang nantinya diharapkan dapat membantu memperluas eksposur LoL PC. Kalau nanti Wild Rift rilis, aku juga berniat streaming campuran, antara LoL dengan Wild Rift.” Jawab Aganov Boris menutup obrolan.
Aditya “SEGA” Fadillah, Pemain League of Legends Kompetitif yang Masih Bertahan
Sebagai narasumber terakhir, saya mewawancara Aditya Fadillah atau lebih dikenal sebagai SEGA. Dia adalah pemain League of Legends kompetitif, yang terakhir kali bermain bersama Bigetron Esports untuk turnamen League of Legends dalam gelaran Indonesia Games Championship 2020.
Lebih lanjut, SEGA lalu memperkenalkan diri dan pengalamannya bermain League of Legends. “Saya Aditya Fadillah atau lebih dikenal SEGA. Saya bermain LoL sejak tahun 2016. Pertama kali kenal gara-gara roadshow pengenalan LoL ke warnet-warnet. Sejak saat itu saya jadi mulai bermain. LoL juga menjadi game MOBA pertama yang saya mainkan.” SEGA menceritakan pertama kali dirinya bermain League of Legends.
Aditya Fadillah atau SEGA memang sudah cukup lama malang melintang di dunia kompetitif League of Legends Indonesia. Lebih lanjut ia lalu menceritakan pengalaman tersebut.
“Kalau ditanya pengalaman di dunia kompetitif League of Legends sih terbilang cukup lumayan. Saya sudah ikut turnamen dari sewaktu masih di bangku sekolah dan jadi juara 1 di pertandingan siswa kelas SMP-SMK. Saya juga mengikuti berbagai turnamen tingkat komunitas pada zamannya seperti Teemo Cup, Jakarta Cup, Kennen Cup, BINGO, turnamen universitas, dan banyak turnamen lain lagi yang saya juga lupa. Saya juga mengikuti beberapa turnamen besar seperti Hyperplay 2018, LOC dari Lenovo, LST SEA Summer dan Spring, IGC, International Esports Champion, dan lainnya.”
Walaupun pada zamannya League of Legends punya banyak turnamen untuk diikuti, saya melihat skena League of Legends sekarang sudah tidak sama seperti dulu. Lalu apa sebenarnya alasan pemain yang sudah mencapai rank Diamond 2 ini masih bersikeras bertahan di dunia kompetitif League of Legends?
“Saya masih bertahan karena cinta sama game ini sih, betul-betul enggak ngebosenin. Selalu ada update dan selalu ada sesuatu yang baru dari game ini. Juga, karena League of Legends adalah game yang membuat saya merasakan dunia kompetitif esports. Selain itu, saya juga masih punya mimpi untuk dapat bermain di World Championship bersama nama-nama besar di dunia kompetitif League of Legends dan membawa nama Indonesia ke sana.”
SEGA lalu juga menceritakan bagaimana keadaan komunitas LoL, dari sudut pandangnya sebagai pemain kompetitif. “Kalau harus jujur, saya merasa League of Legends PC sudah hampir menuju dead game. Esports di kancah lokal sudah hampir tidak ada, turnamen sangat jarang, ditambah lagi ada PSBB yang membuat banyak warnet tutup. Banyak orang, termasuk saya, jadi enggak bisa main, kompetisi liga juga enggak ada. Mungkin harapan bagi komunitas LoL Indonesia tinggal PCS Asia Pasifik, turnamen dari sponsor, dan turnamen dari komunitas saja.” jawab SEGA membahas nasib ekosistem kompetisi LoL Indonesia kini.
Menutup obrolan singkat kami, saya juga menanyakan pandangan Adit terhadap kehadiran Wild Rift. Adit SEGA mengatakan bahwa dia dan rekan satu timnya memang sudah berencana untuk mencoba peruntungan pada game Wild Rift sejak dari satu tahun yang lalu. “Aku enggak yakin LoL PC masih akan hidup di Indonesia bila Wild Rift sudah mulai aktif. Apalagi pasar game SEA dan Indonesia memang cenderung ke arah mobile. Untuk saat ini aku sudah dapat akses CBT Wild Rift. Baru 3 hari main, tapi kebetulan sudah sampai tier Gold sih… Hehe.” Cerita Adit memberikan pandangannya soal masa depan LoL PC dan perjalanannya.
—
Walaupun sudah ditinggal selama satu tahun oleh Garena Indonesia, namun cukup menarik melihat ekosistem League of Legends masih memiliki bagian-bagian yang cukup lengkap. Dari wawancara saya, Anda bisa lihat sendiri bahwa LoL Indonesia masih punya 3 elemen yang cukup penting, yaitu media, streamer, sampai pemain kompetitif.
Namun demikian tanpa ada dukungan apapun dari publisher ataupun developer, LoL PC di Indonesia seakan jadi mati suri. Contoh nyatanya seperti cerita perjuangan Edel untuk membuat nobar Worlds 2019, Aganov Boris yang dengan jujur mengatakan kecilnya pendapatan yang ia dapat sebagai streamer League of Legends, sampai cerita SEGA yang wadah pertandingannya semakin terkikis.
Apakah LoL PC sebagai sebuah ekosistem mandiri punya masa depan? Sepertinya tidak akan ada harapan jika keadaan terus seperti ini sampai bertahun-tahun ke depan. Gamenya masih akan tetap ada, tapi kita mungkin tidak bisa berharap apapun soal esports ataupun dukungan publisher.
Namun tiga narasumber tersebut sepakat, bahwa Wild Rift diharapkan bisa menjadi energi baru bagi kecintaan mereka terhadap League of Legends. Terlepas dari semua itu, saya merasa Garena Indonesia telah melakukan tugasnya dengan baik dalam mengembangkan League of Legends di Indonesia. Tanpa Garena Indonesia, mungkin tidak akan ada orang-orang di atas menjadi narasumber saya. Bahkan mungkin, tidak ada kenangan manis atas keseruan esports, bermain bersama, ataupun berkomunitas di League of Legends Indonesia. Terima kasih League of Legends, mungkin memang sudah saatnya game ini beristirahat dan perjuangannya di Indonesia diteruskan oleh Wild Rift.