Bisa dibilang salah satu perangkat gaming yang paling dinanti di tahun 2022, Steam Deck resmi mulai dikirimkan ke konsumen minggu lalu. Gabe Newell bahkan berkesempatan untuk langsung mengirimkan beberapa sendiri, dan secara keseluruhan, itu benar-benar menunjukkan betapa bersemangatnya komunitas gaming terhadap Steam Deck.
Namun pertanyaan besarnya tetap: Sebagus apa hype itu diterjemahkan menjadi pengalaman penggunaan? Apakah Steam Deck benar-benar begitu bagus dan layak didapatkan meski waktu tunggunya luar biasa lama? Berhubung deretan review-nya sudah ada sekarang, kita akhirnya bisa mengukur bagaimana perasaan para kritikus mengenai gaming PC genggam pertama Valve.
Spoiler: Steam Deck bagus, tapi ia juga punya beberapa kekurangan.
Kompilasi Review Steam Deck
Kontrol dan ergonomi yang bagus
Satu area di mana Steam Deck mendapat banyak pujian adalah kontrol. Terkecuali tombol grip yang dapat diprogram yang terletak di sisi belakang, hampir semuanya terasa baik, terutama sepasang stik analognya. Saat berbicara tentang satu aspek yang spesifik ini, Ars Technica mendeskripsikannya sebagai komponen yang benar-benar kokoh, dan kualitasnya pun “setara dengan Xbox Elite Gamepad dalam hal travel, ketegangan, dan sensitivitas.”
Memang masih jauh dari kata sempurna, dan GamesRadar bilang bahwa “perlu sedikit waktu untuk membiasakan diri dengan tata letak kontrolnya jika Anda sudah merasa nyaman dengan controller Xbox atau DualSense milik PS5, akan tetapi jempol-jempol Anda secara cepat menyesuaikan dengan posisi stik analog dan tombol yang lebih tinggi dan lebih luas.”
Sementara itu, tombol grip-nya terkesan agak mengecewakan. IGN mengatakan, “Penempatannya sulit untuk saya pegang dengan tangan saya yang berukuran lebih besar dari biasanya, dan untuk menekannya, saya harus memosisikan jari-jari saya hingga menyerupai cakar yang terasa tidak nyaman. Selain letaknya, sensasinya pun buruk: responnya lembut dan sensasi kliknya lemah. Bahkan jika penempatannya disempurnakan pun, sensasi taktilnya terasa tidak mengenakkan.” Untungnya, keempat tombol ini sepenuhnya bersifat opsional.
Dengan panjang 298 mm, lebar 117 mm, dan tebal 49 mm, Steam Deck adalah perangkat yang bongsor. Ia lebih panjang dan lebih tebal daripada Nintendo Switch, namun yang mengejutkan, banyak yang merasa ia cukup nyaman untuk digenggam. Namun tetap saja, fakta bahwa ia 68% lebih berat daripada Switch membuatnya kurang cocok untuk sesi gaming yang panjang.
Dalam ulasannya, PC Gamer mengatakan, “Memegang Steam Deck cukup tinggi demi membahagiakan leher saya, lengan saya mulai terasa kesemutan setelah menghabiskan 20 menit di Resident Evil 2 Remake, dan pasti perlu istirahat sebelum satu jam berlalu. Memainkan Steam Deck dalam waktu yang lama memerlukan pemosisian yang lebih penuh pertimbangan daripada dengan Switch, yang tidak pernah membuat lengan saya capai. Meletakkan Steam Deck di atas bantal pun dengan cepat jadi cara bermain yang saya sukai.”
Layar biasa, audio luar biasa
Steam Deck mempunyai layar LCD 7 inci dengan resolusi 1280 x 800. Sebagian besar ulasannya mengkritik layarnya yang sedikit mengecewakan, terutama berkaitan dengan reproduksi warna. Ars Technica yakin bahwa layar Steam Deck “tidak selevel konfigurasi default Switch dalam hal reproduksi warna”, dan menyimpulkan bahwa kemungkinan besar ini adalah satu area di mana Valve harus berkompromi demi menjaga harga jualnya tetap terjangkau.
Dalam ulasannya, Rock Paper Shotgun bilang bahwa layar Steam Deck lemah soal vibrancy, sebab “hanya mencakup 63,7% dari rentang warna sRGB, kurang lebih sama seperti yang biasa Anda jumpai di laptop gaming kelas entry-level.” Beruntung layarnya cukup terang dan kontras untuk membuat perangkat layak digunakan di bawah sinar matahari langsung.
Di saat layarnya terasa biasa-biasa saja, audionya justru terkesan luar biasa. Tom’s Hardware mengatakan bahwa speaker Steam Deck secara mengejutkan dapat bekerja lebih baik daripada kebanyakan laptop, dan “dialog dalam game terdengar jelas dan musik terdengar cukup baik.” GameSpot juga terkejut bahwa speaker Steam Deck “bisa menjadi luar biasa keras tanpa kehilangan banyak detail.”
Ini jelas menunjukkan betapa pandainya Valve dalam menerapkan inovasi audio di berbagai perangkat. Sebagai konteks, virtual reality headset bikinan Valve, Index, juga banyak dipuji karena kinerja audionya yang sangat baik.
Performa terbaik di kelasnya
Di harga $399 untuk model dasarnya dengan penyimpanan 64 GB, Steam Deck cuma $100 lebih mahal ketimbang Nintendo Switch. Padahal, Steam Deck jauh lebih unggul dari segi performa. Berkat penggunaan custom chip bikinan AMD dengan grafis RDNA 2, Steam Deck mampu menjalankan beberapa game AAA terbaru dengan cukup baik. Game seperti Dying Light 2 dan Elden Ring dapat berjalan dengan baik di Steam Deck sampai batas tertentu.
Namun untuk mendapatkan performa seperti itu, tentu ada kompromi yang harus dibayar, khususnya di sektor baterai. Dalam pengujiannya, Ars Technica menunjukkan bahwa ketika memainkan Dying Light 2 pada tingkat kecerahan layar 40 persen dan pengaturan grafik antara low dan medium, game-nya “berjalan di kisaran 35 – 50 fps”, tetapi “baterainya hanya bertahan selama 105 menit saja.” Secara resmi, Valve mengklaim baterai Steam Deck bisa bertahan selama 2 – 8 jam penggunaan, dan ini sedikit kelewat percaya diri jika dibandingkan dengan temuan para reviewer.
Kalau mau membela Valve, mereka sebenarnya menyarankan agar pemain membatasi frame rate di 30 fps untuk mendapatkan kinerja yang stabil dan daya tahan baterai yang masuk akal. Dalam game seperti God of War, PC Gamer menunjukkan bahwa Steam Deck bisa kehabisan baterai hanya dalam waktu 83 menit selagi menjalankannya “di rata-rata 51 fps dan tingkat kecerahan 50%”, namun “dengan mengunci di 30 fps, waktu tersebut melonjak ke sekitar 200 menit.” Tes lain dari PC Gamer menunjukkan bahwa Steam Deck dapat menjalankan GTA 5 “pada 60 fps dengan pengaturan grafis high dan menghabiskan baterainya dalam dua jam.” Namun saat frame rate-nya dikunci di 30 fps, “estimasi daya tahan baterainya naik hampir dua kali lipat menjadi 214 menit.”
Jadi, jika Anda berencana untuk bermain Steam Deck dalam sesi yang panjang, Anda harus mempertimbangkan saran Valve.
Pandangan bagus lain dari PC Gamer adalah, “Steam Deck sangat cocok untuk game indie yang cukup menuntut macam Death’s Door dan Hades yang tidak dapat berjalan pada 60 fps di Switch (sebenarnya game apapun yang tidak mampu Switch jalankan dengan baik, yang daftarnya panjang).” Hades adalah salah satu game paling controller-friendly yang tersedia di Steam, dan Steam Deck sangat unggul dalam jenis game seperti ini.
Di samping menawarkan performa yang baik, Steam Deck juga menjanjikan termal yang bagus. The Verge bilang bahwa Steam Deck tidak pernah throttling, dan pegangan serta kontrolnya juga tidak pernah menjadi panas. Namun kompromi yang harus dimaklumi oleh pengguna adalah suara kipasnya. Menurut IGN, kipas pendingin Steam Deck sering kali “berjalan pada pengaturan tertingginya”, dan tingkat kebisingannya berada di kisaran 49 desibel, yang bahkan lebih keras daripada milik PS5. “Tidak kelewat keras sampai-sampai Anda tidak dapat mendengar suara lain, tetapi mustahil mengabaikan suara bernada tingginya,” tambah IGN.
Kompatibilitas buruk dan software yang butuh polesan ekstra
Steam Deck menjalankan SteamOS berbasis Linux, yang berarti ia mengandalkan sebuah compatibility layer bernama Proton untuk menjalankan game di katalog Steam yang mayoritas dikembangkan untuk Windows. Itu juga berarti tidak semua game akan berjalan dengan baik di Steam Deck; beberapa bisa dimainkan dengan sedikit masalah minor, beberapa mungkin malah tidak berjalan sama sekali, seperti Cyberpunk 2077 dengan patch besar terbarunya.
Secara umum, Steam Deck akan mengalami masalah ketika mencoba menjalankan game yang memiliki solusi anti-cheat, seperti PUBG, Apex Legends, Fortnite, atau Destiny 2. Untuk sekarang, game-game populer ini sama sekali tidak bisa dimainkan di Steam Deck, dan hal yang sama tentu juga berlaku untuk semua game VR. Jalan terbaiknya adalah memainkan game yang telah disertifikasi sebagai “Deck Verified” oleh Valve, dan untungnya, SteamOS di Steam Deck punya filter untuk menampilkan hanya game-game itu saja.
Solusi sederhana untuk problem kompatibilitas ini adalah menginstal Windows di Steam Deck, yang Valve buat agar sangat mudah untuk dilakukan. Namun sayangnya, driver-driver yang penting masih belum tersedia. Dalam ulasannya, Ars Technica mengatakan, “Meski saya punya opsi untuk dual-boot Windows 10 dan Linux selama periode pengulasan, rasanya tidak adil untuk melakukannya tanpa dukungan penuh di tingkat OS untuk hal-hal seperti CPU, GPU, dan pemutaran audio.”
Seperti kebanyakan perangkat baru, Steam Deck pun penuh dengan bug. The Verge bahkan menyebut software-nya “belum rampung”, dan menggunakannya di titik ini terasa seperti perangkat ‘early access‘. Trusted Reviews juga mencatat hal serupa, dengan bug yang mengganggu seperti “on-screen keyboard yang gagal meng-input kata ke search bar dan file penyimpanan cloud yang gagal disinkronkan dengan PC desktop saya,” namun untungnya Valve terus menunjukkan bahwa mereka sangat cekatan perihal dukungan perangkat lunak, dan Steam Deck hampir tiap hari menerima patch.
Kesimpulan
Singkat cerita, Valve cukup sukses dalam menciptakan kategori perangkat gaming baru. Dengan harga jualnya yang terjangkau, sulit untuk merekomendasikan perangkat lain yang serupa namun lebih mahal ketimbang Steam Deck. Dibandingkan Nintendo Switch, Steam Deck mampu menjalankan hampir semua game yang tersedia di kedua platform dengan lebih baik.
Mengenai untuk siapa perangkat ini, GameSpot mengatakan bahwa ini adalah perangkat “yang dibuat khusus untuk orang-orang tertentu yang sudah memiliki koleksi game di Steam dan hanya menginginkan cara paling nyaman dan optimal untuk melanjutkan game-game itu selagi jauh dari perangkat desktop.”
Ini bukan pengganti gaming PC desktop, dan ia juga kurang tepat untuk menggantikan Nintendo Switch karena kurang portabel. Menurut PC Gamer, Steam Deck punya tempat di tengah-tengahnya: “Ini adalah Switch Pro yang tidak akan pernah Nintendo buat, dan sekarang ada beberapa game yang tidak terbayang bakal saya mainkan di sistem lain mana pun.”
Jadi, haruskah Anda membelinya? PCGamesN bilang, “Paling tidak, tidak ada salahnya ikut mengantre mengingat Valve bakal disibukkan dengan pesanan demi pesanan selama setengah tahun ini. Anda dapat selalu meninjau ulang seberapa jauh Steam Deck telah berubah sebelum Anda membayar, dan saya akui bahkan dengan kekurangan-kekurangannya saat ini, harganya mungkin terlalu terjangkau untuk dilewatkan.”