Dark
Light

Kompetisi K-Startup Grand Challenge 2017 Buka Peluang Startup Indonesia Jajal Bisnis di Negeri Gingseng

2 mins read
June 7, 2017
Kompetisi K-Startup Grand Challenge Buka Peluang Startup Indonesia Jajal Bisnis di Negeri Gingseng / K-Startup Grand Challenge

Ekspansi ke luar kota atau luar negeri adalah impian bagi setiap pengusaha, tak terkecuali startup. Ekspansi merupakan pertanda bisnis yang mulai menggurita, menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang berlipat ganda. Hanya saja startup tidak bisa langsung serta merta ekspansi ke sembarang kota/negara, mereka perlu mempelajari struktur masyarakat dan bagaimana keseimbangan antara supply dan demand=nya.

Berbicara mengenai Korea Selatan, negara tersebut terbilang memiliki struktur masyarakat yang sudah well literate karena 95% wilayahnya tersambung Wi-Fi berkecepatan tinggi. Hampir separuh populasi tergolong early adopter, menjadikan masyarakat di sana sangat terbuka dengan segala bentuk teknologi baru.

Peluang inilah yang melatarbelakangi diselenggarakannya K-Startup Grand Challenge 2017 yang didukung pemerintah Korea Selatan. Kompetisi ini kini memasuki batch kedua, setelah pertama kali diselenggarakan di tahun lalu.

“Perusahaan unicorn di generasi berikutnya kemungkinan besar adalah pemenang di pasar Asia. Kami tidak melihat kesempatan ini hanya untuk startup dari negara tertentu saja yang bisa mengambil kesempatan ini. Korea Selatan menawarkan solusi komprehensif untuk mendorong pertumbuhan startup dan semakin terlibat di pasar Asia Timur dan Tenggara yang luas, yang merupakan tempat tinggal bagi dua miliar konsumen potensial,” ucap Shift. Senior Executive Director Juno Kwon.

Kompetisi ini membidik ribuan startup dari 124 negara untuk bergabung dan mengembangkan bisnisnya di Korea Selatan. Nantinya, dari seluruh aplikasi yang masuk akan dipilih 50 startup untuk terbang ke Korea Selatan mengikuti babak final.

Mereka bakal menjalani proses bootcamp. Masing-masing tim (maksimal dua orang) juga akan mendapat hadiah uang tunai sebesar US$833 per kepala.

Proses penyaringan kembali dilakukan untuk memiliki 25 startup yang berhak mengikuti program akselerasi selama tiga bulan, dimulai dari Agustus 2017-November 2017. Mereka yang terpilih akan mendapatkan insentif beserta biaya hidup sebesar US$2.900 per bulan untuk satu tim dan tambahan dana US$27.000 jika mereka berminat untuk mendirikan badan hukum usaha di Korea Selatan.

Proses terakhir yakni Demo Day pada awal Desember 2017, memilih empat tim dengan tambahan insentif mulai dari US$6.000 sampai US$100.000. Tak hanya itu, startup juga berkesempatan mendapat tawaran investasi dari perusahaan modal ventura atau akselerator dan ekstensi masa menetap di Korea selama enam bulan.

Selama berada di Korea, startup akan mendapat fasilitas ruang kantor di Pangyo, one-on-one mentoring, sesi coaching mengenai kultur bisnis di Korea dan Asia, regulasi, pajak, hak paten, dan lainnya.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi startup adalah minimal sudah berdiri selama lima tahun dan memiliki minimum viable product (MVP). Startup juga diharuskan bergerak di teknologi dengan area fokus tertentu, di antaranya AI, perangkat lunak, IoT, komputasi awan, fintech, big data, biotech, gaming, beauty, dan lainnya. Pendaftaran ditutup tanggal 14 Juni 2017.

Startup Indonesia punya peluang yang sama

Sebagai gambaran, tahun lalu total aplikasi yang masuk sebanyak 2.439 startup dari 124 negara. Lewat proses seleksi yang ketat, terpilih 80 startup masuk tahap final. Untuk peserta asal Indonesia, lima startup berhasil terpilih ke tahap final. Dua di antaranya adalah iGrow dan Konsaato.

“Ada empat atau lima startup Indonesia yang dikirim ke Korea Selatan. Namun hanya satu yang berhasil lolos yakni iGrow. Konsaato tidak berhasil lolos, meski startup tersebut memiliki bisnis yang unik, tapi dewan juri lebih menyukai ide bisnis iGrow.”

Terkait peluang startup Indonesia mengikuti kompetisi ini, Juno menjelaskan bahwa semua startup, tak hanya Indonesia, didirikan karena ingin menyelesaikan masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Meski, ada juga bisnis startup yang bisa diaplikasikan ke negara lain.

“Kami sering bertemu startup Indonesia di beberapa kesempatan. Menurut kami, meski pasar Indonesia yang luas ini, banyak talenta bagus yang ingin melebarkan kesempatannya di luar negeri. Untuk itu kami promosikan kompetisi ini di Jakarta dengan harapan lebih banyak partisipan startup Indonesia yang bergabung,” pungkas Juno.

Previous Story

Bustiket Permudah Pembelian Tiket Bus Melalui Teknologi “End-to-End”

Next Story

Bukalapak dan TIKI Hadirkan Layanan Pick-Up untuk Pelapak

Latest from Blog

Don't Miss

Bagaimana Tim Esports Hadapi Fans yang Ofensif

Bagi organisasi esports, fans layaknya pisau bermata dua. Di satu

Apakah yang Sebenarnya Bisa Dilakukan Pemerintah untuk Industri Game Indonesia?

Dalam peluncuran Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI), Menteri Koordinator