Dalam industri game di PC dan console, keeksklusifitasan title game perlahan-lahan ditinggalkan. Produsen hardware sadar kefleksibilitasan ialah faktor yang penting agar platform mereka diterima dengan mudah oleh konsumen. Namun terjadi hal yang berkebalikan di lini mobile gaming, baik Google dan Apple semakin gencar untuk memasarkan game eksklusif mereka masing-masing.
Apa yang mereka inginkan dengan melakukan hal tersebut? Alasannya sangat sederhana, permainan merupakan salah satu jenis aplikasi terpenting dalam device pintar. Mereka mendominasi sekitar 70% app di digital marketplace dan tahun lalu laba penjualan game mencapai US$ 16 juta. Dan game menyumbang angka penjualan handset dalam jumlah yang sangat besar.
Info menarik: Ubah iPhone Anda Menjadi GameBoy dengan G-pad
Langkah kedua produsen untuk ‘mengamankan’ title-title eksklusif mereka sudah terlihat dari tahun lalu. Contohnya saja dalam sekuel Cut the Rope yang diumumkan developer ZeptoLab bulan Desember 2013. Di sana mereka melakukan perjanjian dengan Apple agar permainan ini dirilis sementara secara eksklusif selama tiga bulan di Apple store, kemudian baru pada bulan Maret Cut the Rope 2 dirilis di Android.
Contoh lain bisa kita lihat pada peluncuran Plants vs Zombies 2, ada jeda satu dua bulan pada peluncurannya di Android setelah game tower defense yang paling dinanti itu mendarat lebih dulu di iOS pada tanggal 15 Agustus 2013. Sebuah sumber mengatakan bahwa Electronic Arts telah membuat kesepakatan agar Apple mendapatkan jeda eksklusif selama kurang lebih dua bulan.
Emily Greer dari Kongregate, salah satu portal web gaming terbesar di dunia berpendapat bahwa hal tersebut merupakan ‘perlombaan senjata’ yang dilakukan kedua perusahaan asal Silicon Valley tersebut untuk menyajikan konten terbaik.
“Saat orang menyukai suatu game, dan permainan tersebut tidak ada di platform lain, mereka akan terdorong untuk beralih ke platform itu. Keterikatan orang pada sebuah permainan bisa mengalahkan apapun,” ungkapnya.
Selama beberapa tahun ke belakang, Apple-lah yang biasanya pertama kali menarik perhatian developer game. Menurut sebagian dari mereka, meracik permainan untuk sistem operasi iOS lebih mudah karena variannya tidak terlalu banyak. Sedangkan ada banyak sekali model handset Android dengan berbagai hardware dan ukuran layar.
Info menarik: PES Manager Akan Segera Tersedia untuk Perangkat iOS dan Android
Namun keberagaman dan ide open-source Android-lah yang kini membuatnya menjadi ‘raja’ industri mobile device. Hampir 80% dari satu miliar smartphone yang didistribusi di seluruh dunia pada tahun 2013 menggunakan platform dari Google ini, sedangkan market share Apple turun ke 15%. Dan hal itu membuat Apple semakin gencar dalam perang game eksklusif.
Kini developer-lah yang paling mendapatkan tekanan. Mereka harus memilih di antara kedua kubu yang saling berkompetisi. Apple sendiri menawarkan pada developer yang setuju berkolaborasi agar permainan mereka diuji oleh tim ‘editor’ profesional dan masuk ke top-chart. Sedangkan menciptakan game di Android kini semakin mudah dengan ekosistem yang subur dan produktif.
Eksklusivitas bukanlah hal baru, ia adalah problematika yang sering menimpa lini gaming console dan PC. Namun pada akhirnya keputusan developer dan permintaan konsumen yang tinggilah yang meruntuhkan keeksklusivitasan suatu title. Developer (khususnya mereka yang tidak dimiliki oleh produsen hardware) hanya ingin karya digitalnya dinikmati oleh konsumen sebanyak mungkin.
Sumber: Wall Street Journal. Gambar header: Mobile Game via Shutterstock.