Dark
Light

Kompas Gramedia Segera Keluarkan E-Book Reader Semacam Kindle

1 min read
June 13, 2012

Saya ingat bahwa salah satu startup Indonesia, Papataka, getol menjual e-book dan memiliki e-book reader (selanjutnya saya sebut e-reader) sendiri. Alih-alih mampu bersaing dengan Amazon Kindle yang secara resmi belum hadir di sini, nampaknya Papataka bakal menghadapi persaingan keras dari grup konglomerasi media Kompas Gramedia yang sebentar lagi meluncurkan e-reader-nya sendiri. Langkah ini juga perlu disikapi serius oleh startup lain yang bergerak di bidang digitalisasi konten media.

Seperti dikutip dari The Jakarta Post, Wakil Direktur Kompas Cyber Media Edi Taslim mengatakan bahwa mereka akan bekerja sama dengan satu vendor lokal dan satu vendor asing untuk memproduksi E-reader ini. Selain itu mereka juga sedang menciptakan payment gateway sendiri untuk mengurusi pembelian e-book secara digital. Konten sendiri tentu tidak jadi masalah karena grup Kompas Gramedia adalah termasuk grup media terbesar di negara ini, termasuk untuk percetakan buku, majalah dan suratkabar.

Edi Taslim sendiri menyebutkan bahwa persiapan produk ini (termasuk payment gateway) telah dilakukan selama 1.5 tahun terakhir dan diharapkan bisa diluncurkan per tahun ini. Langkah pembuatan payment gateway sendiri merupakan usaha untuk menekan biaya dan pada akhirnya dapat menekan harga penjualan ke konsumen. Disebutkan bahwa total investasi untuk produk ini mencapai $4.6 juta (atau sekitar Rp 43 miliar).

Tren pasar buku dan majalah di Indonesia memang masih belum bergeser dari media cetak, meskipun beberapa produk digital telah hadir, terutama untuk pasar tablet seperti iPad dan Tablet berbasis Android. Saya yakin bahwa langkah Kompas Gramedia memasuki bisnis ini merupakan sinyalemen bahwa konsumen Indonesia sudah mulai siap (dan terbiasa) untuk mengakses konten secara digital.

Kenapa memilih membuat tablet sendiri ketimbang menggunakan platform tablet yang sudah ada? Sebenarnya ini sejalan dengan kenapa Amazon masih tetap rajin memperbarui jajaran Kindle-nya. Secara hardware, e-reader dirancang sedemikian rupa sehingga tetap nyaman di mata meskipun digunakan untuk membaca dalam jangka waktu lama. Secara software, Kompas Gramedia memiliki closed platform yang mudah dikontrol isinya/aplikasi yang berjalan di atasnya. Bukan hal yang mustahil bila Kompas Gramedia juga mengikuti Amazon untuk membuat e-reader yang berbasis Android.

Tablet e-reader sendiri tentu saja menyumbang pendapatan yang tidak banyak. Yang lebih penting dalam bisnis ini adalah bagaimana pihak Kompas Gramedia bisa memperoleh pendapatan kontinuitas dari pembaca kontennya. Device Amazon Kindle yang paling murah  sendiri dijual secara “rugi” (atau disubsidi), dengan harapan tertutupi dari keuntungan pembelian e-book.

Tahun 2012 menandai agresifitas grup Kompas Gramedia memasuki bisnis konten digital. Sebelumnya mereka telah mengakuisisi 60% kepemilikan di layanan direktori online Urbanesia. Apakah hadirnya platform e-reader dari Kompas Gramedia bakal mematikan pesaing? Secara modal dan pengalaman bisa saja hal ini bakal terjadi. Bagaimana startup mengetahui ceruk mana yang bakal diambil merupakan hal yang penting untuk bertahan di segmen ini.

Previous Story

Nokia Developer Ajak Pengembang Mencari Inspirasi di Ancol

Next Story

[Music Monday] Musiklegal dan Pertarungan Melawan Pembajakan

Latest from Blog

Don't Miss

Potensi dan Tantangan Game Blockchain di Indonesia

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Newzoo dengan Crypto.com, sebanyak 40%

Huawei Umumkan Sederet Perangkat Baru, Beberapa di Antaranya Merupakan Debut di Kategori Anyar

Event MWC 2022 yang tengah digelar di kota Barcelona dibanjiri