Pada pertengahan Desember 2012, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengumumkan pembukaan seleksi penggunaan pita frekuensi radio 2,1 GHz karena masih ada dua blok yang masih kosong di frekuensi tersebut. Pada awalnya, penyelenggara telekomunikasi yang berminat untuk mengikuti seleksi ini ada 5 yaitu PT XL Axiata, PT Telkomsel, PT Indosat, PT Axis Telecom Indonesia dan PT HCPT. Setelah melalui berbagai proses seleksi, tanggal 25 Februari kemarin Kemkominfo mengumumkan dua pemenang tender yang berhak memperoleh tambahan blok 3G.
Pemenangnya adalah Telkomsel dan XL Axiata yang masing-masing mendapatkan tambahan satu blok 3G sebesar 5 MHz dari dua blok yang tersisa di frekuensi 2,1 GHz. Dengan diisinya dua blok terakhir dari 12 yang tersedia, berarti sudah tidak ada lagi yang kosong di 2,1 GHz. Operator Hutchison Tri menempati blok 1 dan 6, Axis di blok 2 dan 3, Telkomsel di blok 4 dan 5, Indosat di blok 7 dan 8, serta XL di blok 9 dan 10.
Diperolehnya tambahan blok 3G ini laksana suntikan darah baru bagi kedua operator. Karena upaya untuk mendapatkannya yang tak bisa dibilang mudah. Belum lagi, harga yang harus dibayar dari sewa spektrum frekuensi yang cukup mahal (harga satu blok sebesar Rp 544 miliar). Tetapi pengorbanan yang besar itu sebanding dengan manfaat yang bakal diperoleh.
Operator menjadi lebih leluasa dalam mengelola jaringan untuk meningkatkan kapasitas layanan data. Kerisauan yang dirasakan pelanggan, seperti yang dituliskan Amir agar operator lebih mengoptimalkan jaringan 3G juga akan teratasi. Idealnya, akses internet 3G yang cepat dan stabil bisa terpenuhi. Di sisi lain, kesadaran penggunaan jaringan 3G di Indonesia yang masih rendah juga menjadi tantangan bagi operator. Sehingga pelaku telekomunikasi, baik operator maupun vendor perlu untuk terus meningkatkan edukasi mengenai kelebihan pemanfaatan jaringan 3G dibanding generasi sebelumnya, 2G.