Teknologi, dalam hal ini Internet, telah berhasil memudahkan akses berbagai informasi ke masyarakat luas. Bagi yang bergelut atau hobi di dunia kuliner, informasi resep dan cara memasak kini menjadi semakin mudah di dapat. Peluang tersebut dimanfaatkan Kokiku TV untuk membawa kategori kuliner menajadi lebih populer lagi lewat ranah digital.
Kisah di balik lahirnya Kokiku TV
Kokiku TV sendiri sebenarnya bukan pemain baru di ranah digital yang fokus terhadap masakan. Dia sudah hadir sejak tahun 2013 silam melalui layanan video populer Youtube. Selain itu, Kokiku TV juga sempat berpartisipasi dalam ajang INAICTA 2013.
Nadya Hudyana dan Stanley Marcellius adalah dua orang yang paling berperan dari lahirnya Kokiku TV, startup yang memperagakan cara masak berbagai masakan. Keduanya menginisiasi konsep awal dari Kokiku TV pada pertengahan tahun 2012 dengan ide membuat video masak kemudian dijual ke televisi. Namun dengan pertumbuhan digital yang pesat saat itu, Nadya dan Stanley memutuskan untuk beralih ke YouTube sebagai kanal yang menyalurkan kreasi mereka.
Setelah mendapatkan traksi yang terus meningkat secara signifikan dan klien pertamanya, proyek yang tadinya hanya sampingan ini pun mulai ditekuni oleh Nadya. Sedangkan Stanley, yang kini menjadi suami Nadya, lebih fokus untuk mengurusi bisnisnya sendiri meski masih memberi kontribusi di Kokiku TV. Bagai gayung bersambut, Nadya juga dipertemukan dengan CEO Fimela Grup Bernhard Soebiakto (Ben).
Pertemuan tersebut berujung pada dua hal untuk Kokiku TV, yaitu Ben menjadi angel investor dan Kokiku TV menjadi kontribrutor di Fimela untuk kategori makanan. Selain Ben, Kokiku TV juga mendapat dukungan investasi dari Ismaya Grup. Sayangnya, Nadya enggan mengungkap besarnya jumlah investasi tersebut.
Bisnis dan rencana Kokiku TV ke depan
Peragaan masak dalam video di kanal Youtube adalah salah satu konten utama dari Kokiku TV. Nadya mengklaim bahwa seluruh video tersebut juga sudah dapat dinikmati dalam format HD.
Hal yang menarik adalah juru masak dalam video Kokiku tidak mengutamakan para juru masak selebriti, namun bisa juga para juru masak rumahan yang dianggap memiliki hasrat di bidang kuliner. Saat ini, Nadya sendiri sedang dalam proses untuk mengakuisi lebih banyak kontributor.
Nadya mengatakan, “Dari tahun 2015, kami agak berubah sedikit menjadi multi channel network. Jadi, […] kami sekarang mengakuisisi kanal-kanal food di Indonesia untuk bergabung dengan Kokiku network […] untuk memperbesar komunitasnya.”
“Saya ingin food category ini [lewat Kokiku] menjadi lebih mainstream [di ranah digital]. […] Tahun ini misi kami adalah membuahkan talenta-talenta baru dalam membuat video masak,” tambahnya di sela-sela peluncuran buku Dapur Nostalgia Jumat (18/3) lalu.
Dari sisi monetisasi, ada dua pilar yang saat ini menopang bisnis Kokiku TV, yaitu iklan dan klien perusahaan besar. Menurut Nadya, kebanyakan klien perusahaan yang menjalin rekanan saat ini ada di bawah payung Unilever.
Nadya juga mengungkap bahwa Kokiku TV juga dapat berperan sebagai production house dan bisa menerima pembuatan iklan televisi yang tidak berkaitan dengan makanan. Tapi, ditekankan Nadya, inti bisnis dari Kokiku TV tak akan berubah dan tetap fokus di makanan.
Layanan yang diberikan Kokiku TV sebenarnya juga bukan barang baru di Indonesia. Selain Kokiku TV, ada DapurMasak yang kini menjadi Cookpad dan juga ResepKoki yang memberikan layanan resep makanan. Namun, Nadya tetap optimis dengan persaingan yang ada.
Nadya mengatakan, “Menurut saya, semakin banyak food channel berarti industri semakin bagus. Kalau tidak ada persaingan, berarti kami hampir bangkrut karena industrinya tidak ada. Jadi, saya sih mengharapkan semakin banyak lagi food channel yang bermunculan di [dunia] digital.”
Selain menumbuhkan komunitas, Nadya juga berharap dapat mengunci kesepakatan pendanaan awal di tahun ini dan segera merealisasikan roadmap yang telah disusunnya.