Dark
Light

Kodi, Platform SaaS untuk Merevolusi Kinerja Koperasi

1 min read
April 8, 2020
Kodi Aplikasi Koperasi Digital
CEO & Founder Kodi, Inra Sumahamijaya (kiri) dan rekan-rekannya / Kodi

Kalau ada yang masih meremehkan atau sekadar tidak familiar saja dengan koperasi, mereka perlu tahu bahwa 12% penduduk dunia tergabung sebagai anggota koperasi dan mempekerjakan 280 juta orang.

Hampir di seluruh dunia, koperasi memainkan peran besar dalam perekonomian negara. Koperasi di Kenya punya andil hingga 43% terhadap PDB, Jepang tercatat 42% penduduknya adalah anggota koperasi, sementara di Singapura 1 dari 2 orang di sana adalah anggota koperasi. Koperasi di Indonesia sendiri ditaksir berjumlah lebih dari 120.000 unit dengan perkiraan kontribusi terhadap PDB sekitar 5%.

Meski angka-angka di Indonesia tidak sebesar di negara lain, koperasi tetaplah organisasi ekonomi penting untuk negara ini. Ada alasan mengapa koperasi selalu digunakan sebagai nama salah satu kementerian. Dan Kodi (Koperasi Digital), sebuah startup yang mulai beroperasi sejak 2018, punya pandangan serupa mengenai pentingnya koperasi.

CEO & Founder Kodi Inra Sumahamijaya menjelaskan, saat ini ada sekitar 37 juta orang terdaftar sebagai anggota koperasi atau sekitar 13% dari total penduduk Indonesia. Namun menurut Inra jumlah besar itu belum diikuti dengan informasi yang cukup mengenai seluk-beluk koperasi terutama soal kesehatan finansial koperasi.

“Koperasi pun memiliki masalah pada transparansi pengelolaan dana, alur penerimaan, dan manajemen anggota karena sulit terjangkaunya akses pada solusi teknologi digital. Kalaupun ada, harganya tidak dapat dijangkau oleh koperasi kecil dan mikro,” ucap Inra kepada DailySocial.

Dengan potensi pasar yang begitu besar dan masalah yang menyertai, Kodi masuk dengan platform software as a service (SaaS). Platform Kodi memungkinkan setiap unit koperasi menggunakan sistem perbankan yang disederhanakan untuk pencatatan transaksi online dan offline koperasi. Platform mereka juga bisa digunakan untuk manajemen keanggotaan koperasi, rapat akhir tahunan, hingga sebagai aplikasi kasir.

“Monetisasi Kodi didapat dari berbagai jalur, salah satunya adalah biaya berlangganan Rp1.000 per anggota koperasi per koperasi per bulan,” imbuh Inra.

Kodi menyasar berbagai jenis koperasi, mulai dari koperasi karyawan hingga koperasi simpan pinjam. Namun sejauh ini Inra mengaku memfokuskan diri ke koperasi karyawan dan koperasi komunitas dulu. Tercatat saat ini mereka sudah mengantongi 30 lebih koperasi sebagai klien yang beberapa di antaranya berasal dari bank nasional, bank swasta, otoritas keuangan, asosiasi dokter, hingga toko ritel.

Sementara dari aspek pendanaan, Kodi masih berada di fase pre-seed dari sejumlah angel investor. Dengan potensi pasar dan teknologi yang tersedia, Inra memperkirakan akan makin banyak platform digitalisasi koperasi yang bermain. Hal itu menurutnya akan membawa dampak positif bagi perekonomian dalam negeri.

“Kodi optimis bahwa vertikal Koperasi akan menjadi lebih segar dan modern untuk mendukung ekonomi Indonesia lebih besar lagi,” pungkas Inra.

Application Information Will Show Up Here
founder startup
Previous Story

Tiga Alasan Kenapa #SemuaBisa Buat Startup

Next Story

Konsep Baru Turnamen Point Blank, PB King of Day & Night

Latest from Blog

Don't Miss

Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan
Jajaran founder VCGamers / VCGamers

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru