Pamor warung semakin tergerus karena berbagai faktor, membuat masyarakat di sekitarnya beralih ke ritel modern untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Dampaknya omzet warung lambat laun menurun dan akhirnya gulung tikar. Mengatasi masalah ini, Toko Indonesia (Ko-In) hadir dengan pendekatan yang cukup berbeda.
Ko-In menawarkan solusi digital untuk warung dengan platform e-commerce. Melalui layanan tersebut, warung tidak hanya memiliki toko online yang menangani transaksi, tapi juga bisa membeli stok barang secara online dengan harga terjangkau.
Ko-In memiliki konsep gudang sebagai hub yang memproses pesanan secara online. Warung fisik akan diubah menjadi etalase, karena pemilik warung tidak diharuskan membuat stok barang yang ditempatkan di warung sendiri. Produk ditempatkan di dalam gudang untuk dikelola lebih lanjut oleh tim Ko-In.
Konsumen bisa melakukan pembelian langsung dari aplikasi atau di warung. Ko-In akan mengirimkan barang langsung dari gudang. Dengan model bisnis ini, diharapkan nilai warung di mata masyarakat akan meningkat, bahkan bisa bersaing secara sehat dengan ritel modern.
“Jadi kami ingin meningkatkan value warung. Konsumen bisa membeli barang dari warung terdekat dengan aplikasi, namun barangnya diambil dari gudang kami. Keuntungan buat warung, value dia meningkat, konsumen bisa mendapat produk yang terjamin, sehingga warung bisa bersaing,” terang COO Ko-In Tias Brian, Kamis (6/12).
Dalam menjaring kemitraannya dengan warung, Ko-In bergerak per kecamatan. Per kecamatan akan dibuat satu gudang yang menampung kebutuhan untuk 50 warung, termasuk mengelola pengiriman.
“Kalau diperhatikan di warung jarang ada yang jual susu formula. Tapi dengan aplikasi, konsumen bisa beli susu formula dari warung sebelah rumah. Jadi ada value yang diberikan kepada warung di hadapan para konsumennya.”
Model bisnis Ko-In
Warung yang bergabung ke Ko-In akan disaring ketat untuk memastikan tidak terjadi tumpang tindih. Beberapa pertimbangannya yang menjadi dasar penilaian tim seperti jarak warung, kerapatannya dengan ritel modern, populasi di lingkungan sekitar, dan beberapa lainnya.
Langkah Ko-In mengambil strategi per kecamatan ini untuk memastikan bahwa proses edukasi bisa berjalan dengan baik. Sebab mengubah kebiasaan lama ke kebiasaan baru butuh waktu.
Warung yang ingin bergabung pada tahap awal perlu komitmen investasi sebesar Rp5 juta. Uang ini akan dipakai untuk membeli stok barang di warung sebesar Rp3 juta. Sisanya digunakan untuk deposit apabila warung ingin restock barang maka biaya transaksi akan dipotong langsung dari sana.
Tersedia mitra bank syariah yang siap membantu permodalan warung agar bisa melancarkan kegiatannya, di antaranya Bank BNI Syariah, Bank Permata Syariah, Bank Muamalat, dan BMT Muhammadiyah.
Untuk monetisasi, Ko-In mengambil prinsip bagi komisi yang hanya berlaku apabila ada pemesanan secara online. Ko-In akan mendapat porsi 30% dan sisanya untuk warung. Apabila transaksi offline, seluruhnya akan masuk ke kantong pemilik warung.
Tias menjelaskan, di tahap awal Ko-In akan mulai debut di kecamatan Sukmajaya kota Depok dengan empat warung. Secara perlahan Ko-In akan perluas ke sepuluh kecamatan lainnya di seluruh kota Depok sampai pertengahan Maret 2019.
Di saat yang sama, secara Ko-In akan mulai ekspansi ke Tangerang Selatan sebelum akhirnya menyentuh Jakarta. Diharapkan sampai akhir tahun 2019 Ko-In bisa menjaring sekitar 5200 warung di Jabodetabek.
Terdapat 149 prinsipal besar dan 4 ribu mitra dari SMESCO yang siap menyuplai produk untuk mitra warung. Perusahaan juga tengah perkuat hubungan dengan pemerintah daerah dan asosiasi agar penetrasi bisnis bisa lebih cepat.
Produk lainnya
CEO Ko-In Devi Erna Rachmawati menambahkan, dalam waktu dekat akan ada produk turunan yang segera hadir. Di antaranya Ko-Gold dan Ko-Money Changer hasil kerja sama dengan iBank, perusahaan yang bergerak di bidang jual beli emas, mata uang asing, dan properti.
Produk lainnya yang tengah dipersiapkan adalah Ko-UMKM, Ko-Pulsa, Ko-Bills, Ko-Travel, Ko-Fresh, dan Ko-Food. Ko-In merupakan produk hasil kolaborasi antara Envy Technologies Indonesia dan Ritel Global Solusi.