Mendulang untung merupakan suatu keniscayaan dalam menjalankan bisnis. Anda tidak bisa menafikan hanya karena bisnis startup baru berjalan, tidak boleh memikirkan keuntungan, makanya lebih terfokus untuk “bakar uang” demi memperoleh pertumbuhan yang signifikan.
Berangkat dari hal ini kemudian timbul pertanyaan. Saat baru menjalankan bisnis startup, bagaimana seharusnya orientasi pemikiran founder mengejar pertumbuhan dulu baru memikirkan untung, atau sebaliknya? CFO Bukalapak Fajrin Rasyid akan mencoba menjawab keresahan ini.
Menurutnya bisnis startup tidak jauh berbeda dengan bisnis pada umumnya. Pada akhirnya memang harus berorientasi pada untung. Meski pada tahap awal perusahaan memang belum menunjukkan tanda-tanda menghijau, tapi sebaiknya sedari awal Anda selaku founder sudah memikirkan bisnis bagaimana mengarahkan bisnis tersebut ke profit.
“Bisnis startup belum bisa memikirkan untung saat baru berdiri. Ada kesalahpahaman di sini, sebab bisnis apapun pada akhirnya harus memikirkan bagaimana mendapatkan keuntungan. Tidak masalah bila memilih untuk mengembangkan pertumbuhan bisnis, kemudian baru memikirkan monetisasi. Namun sejak awal Anda sudah harus tahu bisnis itu pada akhirnya harus mengarah ke profit,” terangnya saat mengisi sesi diskusi yang diadakan Tech In Asia, Rabu (16/11).
[Baca juga: Jadikan Bukalapak “Profitable” dan “Sustainable”, Komitmen COO Bukalapak Willix Halim]
Sama halnya di Bukalapak sambungnya, perusahaan marketplace ini lebih memilih untuk mengembangkan pertumbuhan bisnis terlebih dahulu sejak resmi beroperasi di 2010. Bukalapak mengubah kendali kemudi bisnis untuk mulai mendulang untuk per tahun ini.
Fajrin menerangkan, banyak hal yang membuat pihaknya mengubah kemudi bisnis. Pertama, dari tingkat uang subsidi yang diberikan oleh Bukalapak untuk setiap transaksi perlahan-lahan mulai menurun. Kedua, Bukalapak rutin menekan bujet pemasaran, lebih memilih jalur yang termurah. Ketiga, investor yang mulai banyak “cautious” dengan tingkat persaingan marketplace di tanah air.
“Investor kami mulai cautious, bila dua tahun lalu kami dapat funding pertanyaan dari mereka hanya sebatas bagaimana pertumbuhan GMV selama enam bulan terakhir. Kini pertanyaannya mulai bervariasi, salah satunya bagaimana pertumbuhan organik dari revenue dibandingkan tanpa ada subsidi,” ujar Fajrin.
Dari kondisi ini, akhirnya membuat pihak Bukalapak merasa mantap untuk mulai proses monetisasi. Malah sebenarnya, Fajrin mengaku sekitar tiga hingga empat tahun lalu Bukalapak sudah mulai peroleh revenue. “Kami sudah hampir [untung].”
Dia melanjutkan sebenarnya bukan hal yang salah untuk mengejar profit sejak awal tahun berdiri. Asalkan produk Anda memiliki banyak diferensiasi dengan kompetitor. Dan kompetitor tidak berusaha untuk mengejar ketertinggalannya. Maka sah-sah saja bila startup Anda mengubah orientasi bisnis jadi lebih ke arah profit.
Di luar itu, kata Fajrin, sebaiknya Anda menunda niatan tersebut untuk lebih mengarahkan ke pertumbuhan bisnis.
Buat produk yang punya efek viral dan menjaga loyalitas pengguna
Fajrin mencontohkan, Facebook menjadi aplikasi yang viral karena banyak orang yang membicarakan apapun hal yang terjadi di dalamnya. Apabila 80% teman Anda adalah pengguna Facebook, mereka akan memberi rekomendasi kepada Anda untuk juga mencobanya. Pada akhirnya Anda pun akan tergoda.
Hal ini juga terjadi di aplikasi marketplace, semakin banyak penjual yang menjual barang yang sama, maka akan terjadi perang banting harga. Kondisi tersebut, justru akan menarik banyak pembeli berdatangan dan memancing pembeli Bukalapak untuk menjadi Pelapak.
Bukalapak kini memiliki berbagai tim dari divisi yang berbeda untuk memastikan kualitas transaksi online berjalan aman dan cepat. Tools yang digunakan pun ada yang dibangun sendiri atau menggunakan dari third party untuk memantaunya.
Beberapa pencapaian Bukalapak yang diklaim berhasil dan harus terus dipantau adalah proses transaksi online yang cepat, pengiriman barang one-day delivery, dan rating aplikasi Bukalapak di Google Play merupakan tertinggi dibandingkan marketplace lainnya.
Marketplace ini juga rajin membina komunitas Pelapak yang kini sudah tersebar di 50 kota di seluruh Indonesia. Seluruh upaya ini memiliki satu tujuan yakni ingin menjaga loyalitas dari pengguna Bukalapak.