Pendiri portal informasi vendor pernikahan Bridestory Kevin Mintaraga dikenal oleh kolega dekatnya sebagai orang yang jeli melihat peluang bisnis yang besar. Kisah perjalanannya sebagai entrepreneur digital, mulai dari Magnivate (XM Gravity) hingga sekarang BrideStory, juga dimulai dari intuisi dan kejelian semacam ini.
Di awal berkembangnya industri digital di Indonesia, intuisi Kevin mengatakan bahwa pasar digital di tanah air menyediakan peluang emas. Intuisi ini ditindaklanjuti dengan mengumpulkan informasi lebih lanjut dan menemukan fakta bahwa belanja iklan digital di Indonesia pada tahun 2008 hanya mencapai 0,4 persen. Angka tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa yang sudah mencapai 15 persen.
“Aku punya firasat bahwa pengeluaran pasar untuk iklan digital di Indonesia akhirnya akan tumbuh dari 0,4 persen menjadi 15 persen, menyusul pertumbuhan penetrasi Iinternet dan infrastruktur di Indonesia,” kisah Kevin kepada DailySocial.
Itulah sekelumit kisah awal berdirinya Magnivate. Singkat cerita, setelah empat tahun berdiri, di bulan Maret 2012 WPP (perusahaan periklanan dan kehumasan terbesar di dunia yang berbasis di Inggris) mengakuisisi saham Magnivate. Magnivate pun mengubah nama menjadi XM Gravity.
Tak berhenti dari situ, dan ketika sedang berada di puncak kariernya, Kevin malah mundur dari tampuk pimpinan XM Gravity dan memulai semuanya dari awal mendirikan Bridestory. Kebetulan istrinya Nastassya Saputra lebih dulu menggeluti bisnis pernikahan dengan menjadi seorang wedding planner.
“Nastassya berbagi informasi dengan saya tentang berapa banyak kliennya menghabiskan uang untuk pernikahan dan itu membuka mata saya untuk melihat potensi besar dari industri pernikahan,” lanjut Kevin.
Tentu saja asumsi harus didasari dengan fakta dan pembuktian. Kevin kembali melakukan penelitian lebih lanjut dan kembali membuktikan hipotesis awalnya bahwa bisnis pernikahan memiliki ukuran pasar tahunan hingga $300 miliar secara global.
Menurut Kevin, “Saya kemudian melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemain besar dalam industri pernikahan dan mencatat bahwa The Knot dan Minna, keduanya perusahaan publik, punya kapitalisasi pasar yang cukup besar.”
Sebelum memulai, Kevin mempelajari seluk beluk segmen ini dan menemukan bahwa sebagian besar situs pernikahan terkemuka adalah penerbit yang menghasilkan banyak konten dan memperoleh pendapatan dengan menggunakan model bisnis periklanan. Oleh karena itu, alih-alih mengembangkan bisnis publisher pernikahan, Kevin memutuskan untuk berada di jalur pasar vendor pernikahan, yang membuat bisnis lebih terukur. Bridestory akhirnya diluncurkan tanggal 7 April 2014.
Bridestory sejak awal memang diciptakan dengan pendekatan yang sangat unik, menggabungkan sebuah situs direktori pernikahan konvensional dengan situs inspirasi seperti Pinterest. Kevin mengatakan, “Dalam platform kami, pengguna dapat dengan mudah menelusuri inspirasi pernikahan, menyaringnya berdasarkan kategori atau warna, dan pada saat yang sama mendapatkan rincian informasi tentang vendor pernikahan di balik inspirasi yang mereka suka.”
Pernikahan adalah acara lintas batas dan Kevin telah melihat kecenderungan peningkatan tujuan pernikahan dan penyedia layanan pernikahan yang profesional. Dia memiliki misi untuk menciptakan sebuah platform yang memiliki database yang komprehensif dari semua vendor pernikahan di berbagai daerah.
Kevin berharap, “Mereka (vendor) dapat dengan mudah menambahkan visibilitas profil mereka di Bridestory. Misalnya, ada seorang fotografer berbakat dari Jakarta yang ingin mengambil gambar pernikahan di Sydney, dengan mudah dapat melakukannya melalui Bridestory. Di sisi lain, ketika seseorang dari Sydney sedang mencari fotografer di kota mereka, tiba-tiba mereka akan mendapatkan pilihan yang lebih banyak dari berbagai negara. ”
[Foto: Dok. pribadi]