Dark
Light

Kenapa LIPI Sampai Membuat Platform Mobile BandrOS

2 mins read
October 11, 2013

Sudah beberapa waktu ini beredar berita tentang sebuah platform mobile BandrOS. Platform yang dibuat oleh tim riset LIPI ini merupakan derivatif Linux, layaknya Android, dan bisa dicangkokkan ke smartphone dengan spesifikasi teknis yang tidak terlalu tinggi. Kenapa LIPI sampai perlu membuat platform mobile sendiri dan tidak mau menggunakan platform Android yang sudah ada?

Mari kita telisik latar belakang hadirnya BandrOS. Seperti dikutip dari Kompas, BandrOS, yang merupakan singkataan dari Bandung Raya Operating System, merupakan hasil penelitian tim Informatika LIPI yang dipimpin oleh L.T Handoko sejak tahun 2010. Tujuan hadirnya BandrOS adalah menciptakan suatu platform yang bisa dikustomisasi untuk keperluan khusus, terutama berkaitan dengan kegiatan korporasi. Keperluan khusus ini bisa mencakup peringatan dini bencana, pemantauan pasien rumah sakit ataupun perangkat anti sadap.

Dari awal, tim ini menginginkan pengembangan sistem operasinya, bukan penjualan ponselnya. Menurut Handoko, penjualan ponsel secara massal — untuk kebutuhan ritel — sudah tidak terlalu menguntungkan. Kenyataannya, BandrOS, seperti dikutip dari Chip, nantinya bakal ditawarkan untuk umum di kisaran harga Rp 875.000. Pembuatan ponsel dengan BandrOS bekerja sama dengan PT INTI — BUMN yang memproduksi perangkat telekomunikasi.

Saya pikir sebenarnya arahan LIPI untuk membuat platform sendiri dengan tujuan kemudahan kustomisasi untuk korporasi sudah tepat. Dengan memiliki platform sendiri, tim pengembang memiliki kebebasan untuk melakukan modifikasi sesuai kebutuhan. Sasaran konsumen korporasi juga tidak salah, karena pasar ini meskipun niche, memiliki daya beli tinggi asal sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Contohnya jika BandrOS membuat ekosistem mobile khusus pemerintahan yang di-deploy untuk produktivitas PNS, pasti bisa menghidupi BandrOS secara berkesinambungan.

Tentang akhirnya kenapa coba-coba masuk ke pasar ritel, saya pikir ini sekedar uji coba pasar belaka. Jika memang ada konsumen yang berminat, dipersilakan untuk membeli. Jika tidak ada yang beli ya artinya memang produk BandrOS tidak cocok dengan selera konsumen ritel secara umum. Toh target pasar utamanya bukan masyarakat umum, melainkan konsumen korporasi. Sebenarnya ketimbang head-to-head dengan Android, BandrOS memiliki segmentasi konsumen yang beririsan dengan BlackBerry.

Menurut saya, kesuksesan BandrOS ditunjukkan oleh dua hal. Hal pertama adalah kemampuannya mengakomodasi kebutuhan konsumennya. Jika konsumen butuh ekosistem yang memadai untuk komunikasi terenkripsi yang aman, BandrOS bisa memenuhinya. Jika konsumen butuh ekosistem sistem monitoring rumah sakit dan pasien yang menyeluruh, BandrOS bisa menjadi jawabannya. Apapun yang diinginkan oleh klien bisa diantisipasi oleh BandrOS dengan baik.

Hal kedua adalah dukungan teknis secara terus-menerus. Sistem yang ditujukan untuk korporasi harus memiliki dukungan teknis yang memadai. Tim pemelihara BandrOS harus bisa memastikan angka Service Level Agreement (SLA)-nya terpenuhi. Bagaimana jika ada kerusakan di ponsel? Bagaimana dengan update firmware, patch, bug fixes? Ini adalah tantangan yang tidak mungkin bisa di-handle oleh tim peneliti saja. Harus ada tim pendukung khusus yang memastikan layanan purnajualnya.

Sebagai tambahan saran, saya pikir tidak salah jika pengembangan BandrOS selanjutnya mengeksplorasi kemungkinan pengembangan sistem operasi berbasiskan Android, bukan derivatif Linux. Android sudah didesain untuk smartphone dan SDK-nya mengakomodasi perkembangan dunia mobile yang luar biasa cepat.

Meskipun masih belum yakin dengan masa depannya, saya berharap BandrOS benar-benar bisa menghasilkan produk bagus. Android ataupun iOS sekalipun awalnya juga tidak mengesankan, tapi pengembangan terus-menerus membuat mereka menjadi semakin matang. Kita tunggu kiprah dan komitmen tim BandrOS untuk mewujudkan impiannya.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

BuildConf Organizers Aim to Sharpen the Skills of Indonesian Software Developers

Next Story

IM2 Rilis Toko Buku Digital BukuON

Latest from Blog

Don't Miss

Game Lokal Lokapala Ekspansi ke Asia Tenggara

Anda tentu sudah mengetahui tentang game mobile bernama Lokapala, bukan? Game dengan
garena FF sea

Turnamen Free Fire di 2023 Bakal Gunakan Format Baru

Game mobile yang terkenal di Indonesia keluaran Garena, yaitu Free