Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyiapkan dana sebesar Rp113 miliar untuk menyuntik 214 startup lokal pada tahun ini. Kegiatan tersebut rutin dilakukan kementerian sejak kepemimpinan Mohamad Nasir yang dimulai tahun 2015.
Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kemenristekdikti Retno Sumekar menjelaskan, bila dilihat secara akumulasinya, sudah ada 1.200 startup sejak 2015 hingga sekarang yang sudah mendapat pendanaan dari kementerian. Mereka terdiri dari segmen usaha TIK, material maju, bahan baku, transportasi, energi, dan kesehatan obat.
Layanan yang mereka kembangkan ini harus berbasis riset, penelitian, inovasi yang komprehensif, dan harus berbasis teknologi, apapun bentuknya. Lokasinya mayoritas masih berada di Jawa sekitar 70% dan sisanya di luar Jawa. 70% pesertanya datang dari kalangan milennial.
Ada proses seleksi ketat yang dilakukan kementerian berdasarkan jenis layanan yang ditawarkan serta dampaknya secara ekonomi. Setiap proposal yang masuk wajib sudah memiliki prototipe.
“Tiap tahunnya kami selalu adakan program ini, ada seleksinya. Apakah produknya efisien dan berguna. Setelah presentasi, kita akan terjun langsung ke lapangan apakah mereka lakukan sendiri atau tidak. Sebab kami inginkan apa yang kami biayai ini benar-benar tumbuh,” terang Retno, pekan lalu (28/3).
Setiap tahunnya, jumlah dana yang disiapkan dan startup yang disasar selalu bertambah. Sebagai gambaran, saat baru mulai di 2015, jumlahnya baru 52 startup. Di 2016 sebanyak 312 startup, 2017 (660 startup), 2018 (986 startup), kemudian tahun ini angkanya menjadi 1.200 startup. Secara rerata tiap tahunnya kementerian menerima 800-1.000 proposal.
Dari segi dananya, pada 2018 ada Rp62 miliar kemudian tembus jadi Rp113 setahun kemudian. Setiap startup yang lolos akan menerima dana dari kementerian berkisar Rp200 juta sampai Rp300 juta tergantung dari jenis layanan dan kebutuhannya.
“Setiap startup yang lolos mereka akan dapat dana dalam dua tahap dalam jangka waktu delapan bulan. Di empat bulan pertama ada evaluasi dari tim reviewer bisnisnya benar jalan atau tidak. Orang yang me-review ini pengusaha profesional.”
Selayaknya startup pada umumnya, tidak semua startup yang mendapat pendanaan dari kementrian selalu pasti berhasil. Retno merinci, dari 1.200 startup yang dibiayai yang terbukti masih jalan persentasenya cukup kecil.
Dia mencontohkan, bila mengukur dari tingkat keberhasilan, startup yang mampu tembus dengan omzet di atas Rp500 juta cukup bervariasi. Ada yang berhasil menembus omzet sampai miliaran Rupiah, seperti Satpam Pintar.
Untuk mendorong pamor startup binaan, Kemenristekdikti dalam waktu dekat akan menyelenggarakan pameran tahunan di Jakarta bertajuk National Startup 2019 yang berisi conference, pitching dan expo. Di sana akan memajang 52 startup yang dianggap unggul dalam serapan teknologi dan ditampilkan dengan menghibur.
“Tak hanya memberi pendanaan, kami juga beri kesempatan pelatihan untuk startup yang bagus dikirim ke luar negeri buat belajar lagi. Itu ada tes-nya lagi, kemarin kami kirim ke Inggris,” pungkas Retno.