Dark
Light

Kaskus : Bisnis Dan Loyalitas Komunitas

1 min read
May 9, 2011

Belakangan ini Kaskus sedang didera kabar tidak enak, dimana 5 moderator yang notabene berasal dari komunitas dan tentunya bersifat sukarela tiba-tiba mengundurkan diri secara bersamaan. Hal ini terjadi hanya beberapa bulan setelah Kaskus sukses berpartnership dengan GDP Ventures untuk investasi guna membawa Kaskus ke level yang lebih tinggi.

Karena kedekatan waktu inilah, mulai berhembus isu tidak enak bahwa para moderator ini meninggalkan Kaskus sebagai bentuk protes atas ditolaknya permintaan “imbalan” para moderator sukarela ini setelah Kaskus mendapatkan dana segar. Andrew Darwis, CTO dan founder Kaskus langsung mengklarifikasi berita ini dengan menyatakan bahwa pengunduran diri dari para moderator ini tidak ada hubungannya dengan isu permintaan “imbalan”.

Dan tidak lama kemudian para moderator yang mengundurkan diri tersebut-pun mengeluarkan pernyataan resmi yang bernada sama dengan Andrew, menolak semua rumor yang menyatakan bahwa para moderator tersebut meminta bagian dari Kaskus. Meskipun sekarang masalahnya sudah diatasi dengan cepat, nampaknya ada beberapa pihak yang memang memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan Kaskus.

Kaskus memang unik, sebuah komunitas yang memiliki keragaman dan perilaku yang sama sekali berbeda dengan komunitas online lainnya di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Dengan jutaan pengakses tiap hari, selama 11 tahun sejak didirikan, Kaskus telah menjadi rumah online bagi banyak orang yang akhirnya menjadikan Kaskus sebagai “budaya” tersendiri. Kedekatan inilah yang menjadikan banyak Kaskuser begitu loyal terhadap Kaskus, membela Kaskus ketika banyak yang mencibir, dan membalas ketika cracker menyerang Kaskus.

Dan behavior inilah yang menjadikan Kaskus besar seperti sekarang, me-maintain komunitas seperti ini tentu menjadi sangat sulit ketika berhubungan dengan bisnis dan monetisasi. Sedikit saja Kaskus salah meletakkan iklan, ribuan penggunanya langsung melayangkan protes, dan sensitivitas ini-pun harus diperlakukan dengan spesial.

Banyak startup Indonesia yang bisa belajar dari kasus Kaskus ini, bagaimana Kaskus mampu men-drive komunitas yang begitu sensitif dan membuktikan bahwa untuk situs-situs yang berbasis komunitas, bahkan proses bisnis-pun bisa dipengaruhi oleh komunitas itu sendiri. Tidak semata-mata dengan member yang banyak lalu kita bisa seenaknya keluar dengan model-bisnis yang mengganggu experience member di situs kita.

Contohnya seperti Twitter yang keluar dengan model-bisnis yang populer sebagai “Dick bar”, menampilkan trending topic (termasuk topic berbayar) di aplikasi Twitter mobile. Jutaan cercaan-pun melayang ke CEO Dick Costolo dan Twitter dipaksa untuk menghilangkan iklan terselubung tersebut. Tidak sedikit pula pengguna Twitter yang mengkritik orang-orang yang menolak “dick bar”, menyatakan bahwa sebagai pengguna loyal Twitter tentu ingin Twitter maju sebagai bisnis dan akan mendukung langkah Twitter dengan “dick bar”, toh kita menggunakan Twitter dengan gratis. Sayangnya, pendukung “dick bar” jauh lebih sedikit daripada penentangnya.

Mungkin saya sedikit bias, i love Kaskus, tapi menurut saya Kaskus cukup sukses men-drive komunitasnya agar tetap setia menggunakan layanan dan membangun culture Kaskus, namun di satu sisi Kaskus tetap unggul sebagai sebuah organisasi bisnis. Memang akan sangat sulit untuk menemukan model-bisnis tanpa merusak experience dari pengguna yang menggunakan layanan anda, namun tanpa komunitas anda tidak bisa jualan dan kalau tidak jualan maka anda akan sulit berkembang sebagai organisasi.

disclosure : DS dan Kaskus berada di bawah induk perusahaan yang sama.

[English version for this post]

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

11 Comments

  1. sorry, gw selalu lupa masalah disclosure. My bad.
    Fixed, thank dude 🙂

  2. Berhubungan dengan kebijakan baru manajemen Kaskus. Salah satu penyebab memang ada hubungan dengan duit tetapi bukan soal imbalan dan itupun cuma sebagian kecil dari isu.

    Yang membuka isu bahwa hal tersebut berkaitan dengan imbalan adalah dari nickname Admin saat menjawab pertanyaan KembangDua yang kemudian para moderator menyanggah karena ini berkaitan dengan nama baik mereka. Jadi rumor tersebut justru disebarkan oleh pihak manajemen kaskus duluan.

    Setelah para moderator menyanggah dan beberapa kaskuser mulai berpihak pada para mod, baru Admin mengeluarkan pernyataan resmi, pura-pura lupa bahwa ia sendiri yang mulai menyebarkan isu. Setidaknya lebih baik daripada membiarkan isunya semakin liar walaupun beberapa kaskuser menganggap pernyataan resminya tidak memuaskan.

  3. gw mod di kaskus. yg bilang gara2 “imbalan” ga bener.
    itu cara becandaan kita sama si admin buat ngakak, tapi kalo orang uda cape+stress, becanda jadi serius :p

    -pinguin pink lagi molor-

  4. disclosure : DS dan Kaskus berada di bawah induk perusahaan yang sama.unik

    memang 😀

  5. Senang akhirnya bisa mengkonsumsi berita “di balik layar” tentang Kaskus. Selama ini saya menilai Kaskus sebagai forum yang luar biasa sukses. Tapi sebagai “start-up”? Sepertinya level management dan development-nya tidak bisa disamakan. Banyak bugs kecil yang sampai sekarang tidak pernah digubris. Tanpa moderator, tidak mungkin sebuah forum bisa berkembang sebesar ini.

  6. Jujur, saya bingung dengan kebijakan kaskus untuk meng-hire moderator namun tanpa bayaran / imbalan.
    Dulu saya pernah menjadi salah satu moderator di situs luar negeri, dan disitu saya dibayar, walaupun hanya cukup untuk bayar bulanan internet saja.

    Kenapa kaskus (sebagai forum terbesar dan tersukses) menggunakan moderator “gratisan” bukan menggunakan moderator full-timer yang dibayar?

    Kalau menggunakan moderator “gratisan’ tentu mereka tidak dibatasi jam kerja, dan tidak wajib mengikuti peraturan2 sebagai moderator, karena toh mereka tidak terikat dengan kaskus (kecuali loyalitas dengan kaskus).

    Tapi ini hanya salah satu dari banyak hal yang tidak bisa kita jelaskan.
    Sama seperti banyaknya junker di kaskus. Kita benci junker, tapi tanpa junker, kaskus tidak akan seperti ini.

  7. Yupe… Apalagi Kaskus sudah menjadi forum yang sangat “komersial”, seharusnya tidak ada masalah untuk mengalokasikan dana untuk menyewa moderator sebagai bagian dari “internal team”. Yang ideal tentunya jika posisi ini diprioritaskan ke moderator2 yang sudah lama membantu secara sukarela. 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Social Media Analytics, New Startup Trend?

Next Story

Social Media Analytics, Trend Baru Startup?

Latest from Blog

Don't Miss

Kiat Tepat Membangun “Growth” Bisnismu Melalui Pengembangan Produk

Banyak cara dilakukan untuk menarik dan meyakinkan orang agar membeli
Rukita Co-Living

Konsep Co-Living Makin Diminati, Rukita Perbarui Aplikasi Targetkan Komunitas

Konsep hunian co-living menjadi semakin diminati, terutama di kota-kota besar