Masih kurangnya wadah dan potensi yang menjanjikan di kalangan entrepreneur muda asal Indonesia Timur, terutama Makassar, merupakan alasan utama mengapa Kalla Group mendirikan Saoraja Hub. Berfungsi sebagai inkubator, nantinya Saoraja Hub akan menjadi platform untuk entrepreneur asal Indonesia Timur yang memiliki ide seputar bisnis digital dan kreatif untuk berkumpul bersama berbagi ide.
Untuk memastikan ide tersebut berjalan dengan tepat dari sisi bisnis dan manajemen, Saoraja Hub akan memberikan modal awal kepada lima startup terpilih.
“Kategori startup yang masuk pun bisa beragam dan bukan hanya yang berbasis digital saja. Namun demikian idealnya mereka yang memiliki layanan atau sektor yang serupa dengan bisnis dari Kalla Group,” kata Presiden Direktur Kalla Group Solihin Jusuf Kalla.
Solihin melanjutkan, untuk memperkuat inkubator, Saoraja Hub akan menggandeng venture capital korporasi hingga lokal. Masih dalam tahap penjajakan, Solihin enggan menyebutkan lebih lanjut siapa venture capital lokal yang akan menjalin kemitraan dengan Saoraja Hub.
“Yang pasti sudah ada dua venture capital lokal dan dari perbankan dan korporasi yang sudah siap bersama dengan Saoraja Hub, siap membantu untuk meningkatkan ekosistem startup di Indonesia Timur,” kata Solihin.
Sebelumnya Saoraja Hub juga terlibat dengan DISRUPTO, sebuah gerakan disrupsi bersifat inklusif yang diinisiasi WIR Group. Kegiatan tersebut bertujuan merangkul pemerintah, startup dan para pelaku ekonomi dan teknologi global. Perhelatan ini akan dihadiri sejumlah lembaga Pemerintah Indonesia.
“Berawal dari perbincangan santai tentang rendahnya jumlah entrepreneur di Makassar, akhirnya Saoraja Hub kami dirikan,” kata Solihin.
Pemanfaatan warehouse Kalla Group
Selain membentuk Saoraja Hub untuk mempercepat pertumbuhan startup di Indonesia Timur, khususnya Makassar, Kalla Group juga memiliki rencana memanfaatkan gudang yang dimiliki untuk disewakan ke perusahaan FMCG dan layanan e-commerce. Divisi logistik (gudang) yang dimiliki Kalla Group saat ini telah memiliki kapasitas yang cukup besar. Ideal untuk dimanfaatkan dan disewakan.
“Awalnya kami tidak memiliki niat untuk memanfaatkan gudang tersebut untuk perusahaan FMCG. Namun karena adanya permintaan dari mereka, akhirnya kami mulai menggunakan gudang yang kami miliki untuk kebutuhan penyimpanan barang perusahaan FMCG,” kata Solihin.
Secara keseluruhan Kalla Group masih memiliki lahan sekitar 20 hektar yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan gudang. Disinggung kapan rencana Kalla Group menjalin kolaborasi dengan layanan e-commerce untuk pemanfaatan gudang tersebut, Solihin menyebutkan masih dalam tahapan perencanaan dan belum ada kesepakatan dengan layanan e-commerce saat ini.
“Fokus kami memang ke depannya sudah mau mulai untuk masuk ke bisnis digital. Meskipun masih secara perlahan namun dengan potensi dan sumber daya yang ada, Kalla Group memiliki rencana untuk mulai memasuki bisnis digital,” kata Solihin.
Disinggung apakah Kalla Group memiliki rencana untuk masuk ke sektor fintech atau finansial, Solihin menyebutkan belum memiliki rencana, dengan alasan tidak adanya latar belakang yang cukup kuat di sektor tersebut.
“Sejak awal berdiri fokus kita lebih kepada otomotif, transportasi dan logistik, konstruksi dan pembangunan, manufaktur, hingga energi. Untuk itu kami tidak ada rencana untuk masuk ke ranah finansial,” tutup Solihin.