Diumumkan di awal tahun 2015, mobil elektrik Chevrolet Bolt sudah semakin dekat dengan tahap produksi dan pemasaran. Akan tetapi Chevrolet juga harus siap untuk menghadapi tantangan yang cukup berat dari Tesla Model 3 yang bermain di segmen yang sama.
Baik Chevrolet Bolt dan Tesla Model 3 pada dasarnya punya tujuan untuk menjadikan mobil elektrik sebagai komoditas mainstream lewat banderol harga yang terjangkau. Di saat yang sama, efisiensi daya juga menjadi salah satu prioritas mengingat aspek ini merupakan kelebihan lain mobil elektrik setelah absennya emisi karbon.
Saat diumumkan pertama kali, Bolt diklaim sanggup menempuh jarak hingga 320 kilometer dalam satu kali charge. Angka ini sebenarnya sudah cukup memikat, tapi ternyata Chevrolet masih bisa mendongkraknya lebih lagi. Berdasarkan pernyataan resmi US Environmental Protection Agency (EPA), Bolt rupanya bisa menempuh 383 km sebelum baterainya perlu diisi ulang.
Sebagai perbandingan, jarak tempuh Tesla Model 3 hanya berkisar 346 km. Varian Model S yang termurah pun – 60 kWh, $67.200 – hanya sanggup melaju sejauh 338 km dalam satu kali charge. Tentu saja ini merupakan pencapaian yang luar biasa bagi Chevrolet, apalagi mengingat banderol harga Bolt tidak sampai separuh varian terbawah Model S tersebut.
Menurut Josh Tavel selaku pimpinan engineer Bolt, teknologi regenerative braking memegang peranan yang tak kalah penting dari sekadar baterai berkapasitas besar – 60 kWh tepatnya. Regenerative braking dalam mode Drive standar saja bisa menyumbangkan sekitar 64 km ekstra, yang berarti jarak tempuhnya bisa semakin jauh lagi saat mode Low diaktifkan.
Seandainya pernyataan Chevrolet pada saat pengumuman tidak meleset, banderol harga Bolt nantinya akan dimulai di angka $30.000. Mereka berencana untuk mulai memasarkannya pada akhir tahun ini juga, setahun lebih cepat ketimbang Tesla Model 3.
Sumber: Car & Driver. Sumber gambar: Chevrolet.