Bertempat di Menteng kemarin, perusahaan asal Korea Selatan KakaoTalk mengadakan Media Play Day dengan mengundang beberapa media untuk memperkenalkan aplikasi chatting miliknya yang sudah beberapa bulan ini ramai dibicarakan di jejaring sosial. DailySocial berkesempatan untuk berbincang dengan Kate Yujin Sohn, VP International Business Kakao Corp.
Acara yang digelar santai ini selain ditujukan untuk memperkenalkan KakaoTalk ke publik, namun juga untuk menunjukkan pengalaman menyenangkan ketika menggunakan KakaoTalk. “Kami ingin menciptakan fun experience yang merupakan inti dari KakaoTalk itu sendiri”, sahut Kate.
Berbicara mengenai target market sendiri, Kate mengaku bahwa saat ini Kakao hanya fokus ke pengguna smartphone. “Kami mengincar pengguna smartphone yang muda, suka chatting dan ekspresif. Kami tidak fokus ke pasar feature phone karena kami percaya pasar tersebut akan berpindah ke smartphone dalam waktu dekat”. Kate merujuk pada angka pertumbuhan platform Android yang makin gencar dan masuk ke pasar yang lebih rendah di Indonesia, asumsi untuk tidak membuang waktu dan tenaga ke pasar feature phone terbilang masuk akal.
Namun sepertinya perjalanan Kakao Talk di Indonesia tidak akan semulus harapan, setidaknya ada 2 perusahaan serupa yang baru-baru ini juga masuk ke pasar Indonesia. Persaingan-pun tidak terelakkan, apalagi dengan para pesaing yang baru-baru ini merilis iklan televisi untuk menggenjot adopsi aplikasinya di Indonesia. Menurut Kate, secara fitur Kakao Talk memberikan pengalaman yang jauh berbeda dibandingkan pesaingnya terutama dari sisi group chat. “Kami percaya fitur group-chat KakaoTalk lebih unggul dibandingkan dengan pesaing kami”, meskipun begitu Kate tetap menekankan pelokalan layanan Kakao Talk sebagai salah satu usaha yang akan mereka dorong terus.
Di negeri asalnya, Korea Selatan, KakaoTalk merupakan pemain nomor 1 dengan lebih dari 80% ceruk pasar dengan hampir semua lapisan masyarakat menggunakan KakaoTalk sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia dan Korea Selatan tentu pasar yang sangat berbeda dan KakaoTalk menyadari hal tersebut. “Salah satu contoh adaptasi yang kami lakukan adalah dengan menambahkan banyak konten lokal, dan juga kami memperkuat fitur kompresi data untuk penggunaan Kakao Talk mengingat infrastruktur internet Indonesia yang masih berkembang”, tambah Kate.
Kate mengaku sangat antusias dengan usaha pelokalan Kakao Talk di Indonesia, mereka bekerjasama dengan insan kreatif, budayawan dan tentunya komunitas untuk terus berusaha menambah nilai untuk KakaoTalk di mata pengguna Indonesia. Anipang, salah satu game populer di platform KakaoTalk diyakini bisa menjadi salah satu game favorit untuk pasar Indonesia. Namun Kate juga menyatakan akan bekerjasama dengan penyedia/pengembang game dengan cita rasa lokal dalam waktu dekat.
Ketika ditanyakan mengenai tantangan terbesar bagi Kakao Talk di Indonesia, Kate mengaku ada beberapa tantangan yang juga sekaligus bisa menjadi kekuatan bagi Kakao Talk yaitu keberagaman kultur sosial di Indonesia. Dengan adanya puluhan ribu pulau dengan berbagai kultur sosial dan budaya, Kakao Talk ingin bisa menjadi layanan yang mengerti Indonesia lebih dalam dibandingkan pesaingnya.
Sejauh ini, Kate mengaku, respon dari masyarakat Indonesia cenderung tinggi dengan angka pertumbuhan pengguna yang mencapai 288% bulan Januari lalu. Kate sendiri sangat yakin Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar untuk KakaoTalk dan perusahaan internet secara umum. “Secara makro, pertumbuhan infrastruktur, ekonomi dan daya beli masyarakat sangat mendukung untuk perusahaan-perusahaan internet seperti KakaoTalk”, kata Kate.