Jumlah Pemain Dota 2 Menurun, Dapatkah Kompetisi Berjenjang Menjadi Jawaban?

Dotabuff dan ESL meluncurkan inisiasi liga semi-pro dengan jenjang menuju ke profesional. Dapatkah ini jadi jawaban atas tren menurunnya pemain Dota 2?

Baru-baru ini Dotabuff, penyedia jasa statistik game Dota 2, meluncurkan sebuah program yang mereka sebut Dotabuff Reach (REACH). Mengutip dari rilisan resmi Dotabuff, REACH disebut sebagai sebuah platform untuk pemain yang ingin merasakan pengalaman permainan tingkat tinggi, memenangkan hadiah yang besar, dan mendapat perhatian dari klub esports untuk melanjutkan karir menjadi pemain profesional.

Menariknya, Dotabuff bukan hanya sembarang bicara ketika mengatakan bahwa REACH adalah jalur untuk menjadi pemain profesional. Untuk mencapai hal tersebut, mereka bekerja sama dengan ESL Academy, program milik ESL yang diciptakan sebagai wadah pencarian bakat esports, terutama Dota 2.

Jalur untuk menjadi profesional dari REACH dan ESL Academy terbilang cukup sederhana. Pemain bisa berkompetisi secara individu dengan menggunakan platform REACH. Setelah itu pemain yang mencapai peringkat top 40 akan berlanjut ke proses team draft, yang mana hanya akan dipilih 2 tim alias 10 orang saja untuk berlanjut ke fase berikutnya. Sepuluh pemain terpilih akan dilatih secara online dan offline di DHL Bootcamp. Terakhir, pemain-pemain tersebut akan mendapat kesempatan untuk bertanding di gelaran kompetisi Dota 2 besutan ESL, yaitu ESL One salah satunya.

Sumber: ESL Academy Official Sites

Di atas kertas, kolaborasi REACH dengan ESL Academy mungkin bisa menjadi solusi atas jenjang karir pemain profesional yang kerap menjadi masalah di ekosistem esports. Hybrid sempat membahas ini, yang mana dengan meledaknya industri esports kini, maka regenerasi talenta di dunia esports menjadi satu hal yang perlu segera dicari solusinya.

Bersamaan dengan ini, belakangan Dota 2 juga sedang dilanda penurunan jumlah pemain secara terus menerus. Mengutip dari SteamCharts, jumlah rata-rata pemain Dota 2 menurun sampai berada di jumlah 398.566 pada bulan Oktober ini. Jumlah ini bisa dibilang cukup mengkhawatirkan, karena dahulu tren Dota 2 dimulai ketika jumlah rata-rata pemain bulanan melebihi angka 400 ribu pada tahun 2014. Tetapi memang memang jumlah pemain terbanyak dalam satu waktu masih cukup normal, yaitu 739.924 pemain.

Mungkin ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini. Konten yang mulai membosankan bisa jadi salah satunya. Kehadiran The Outlanders Update diharapkan bisa mengkatrol jumlah pemain, mengingat jumlah pemain Dota 2 pernah mencapai angka 1 juta pemain dalam satu waktu setelah menghadirkan hero Mars di bulan Maret lalu.

Mengutip dari Dotesports, faktor lainnya mungkin karena keseruan bermain Dota 2 tidak lagi sama, kini banyak pemain kesulitan mencari MMR game yang menantang. Melihat hal ini, apakah kehadiran program kolaborasi REACH dengan ESL Academy bisa menjadi salah satu solusi akan tren penurunan pemain tersebut?

Apakah esports menciptakan pemain, atau pemain menciptakan esports? Sumber: Dota 2 Official Media

Dimas "Dejet" Surya Rizki sempat memberikan komentarnya terkait hal ini. Menurutnya hal ini pasti akan ada pengaruhnya, tetapi bukan dalam penambahan pemain. "Memang kalau menurut gue, dari komunitas dan developer harus saling menunjukkan kalau ada jenjang yang jelas di bidang ini (esports). Bukan dari komunitas saja yang mengharapkan ada jenjang karir." Inisiatif yang dilakukan Dotabuff dan ESL ini sendiri bisa dibilang sebagai bentuk dari inisiatif komunitas.

Di masa depan sendiri, mungkin akan jadi lebih baik jika Dota 2 punya beberapa jenjang selain dari Dotabuff REACH. Mengingat Dotabuff REACH dan ESL Academy hanya tersedia untuk regional Amerika dan Eropa saja, mungkin Valve bisa menunjuk pihak ketiga dalam menyelenggarakan inisiatif serupa untuk regional lain yang juga punya banyak pemain Dota. Lalu kalau soal penambahan pemain, menurutnya kehadiran program seperti ini terbilang beda aspek. "Menurut gue, Dota 2 malah jadi lebih mengundang pemain jika mereka menghadirkan konten-konten baru." Dejet menjelaskan.

Polygon dalam artikelnya yang berjudul The Esports Pipeline Problem, membahas empat bagian piramida dalam jenjang zero to hero di esports. Menurutnya empat bagian tersebut adalah, dimulai dari bagian paling bawah, jutaan casual players, ribuan pemain kompetitif, ratusan pemain elit, dan sedikit pemain bintang yang terpilih. Dari bagian-bagian tersebut, satu celah yang paling terasa di esports adalah pada bagian tengah, di posisi ribuan pemain kompetitif. Alasannya adalah, karena para pemain kompetitif (yang sudah cukup jago di antara para casual, namun belum sehebat pemain elit yang sudah dilirik tim esports profesional) belum punya wadah yang jelas untuk menunjukkan kemampuannya, selain dari ranked matchmaking.

Program kolaborasi Dotabuff REACH dengan ESL Academy bisa menjadi salah satu kepingan puzzle yang melengkapi bagian tengah tersebut. REACH bisa menjadi wadah bagi pemain kompetitif yang sudah cukup jago agar naik level menjadi lebih baik. Mereka akan bertemu dengan pemain pada level yang sama, mereka juga jadi punya tujuan untuk terus bermain; karena yang paling berbakat punya kesempatan untuk menjadi profesional.

Jika dilihat dari kacamata pengembang, ini juga jadi opsi yang sama sama untung. Valve untung karena pemain jadi betah bermain Dota 2, pemain-pemain kompetitif juga jadi punya jalur untuk menjadi profesional, penyelenggara (Dotabuff dan ESL) dapat keuntungan dari pemain yang bermain di wadah yang mereka buat, tim esports juga jadi lebih mudah mencari talenta baru.

Kalau liga berjenjang hanya dapat mempertahankan pemain, lalu hal apa yang bisa membantu Dota 2 mengundang pemain baru? Soal hal ini, saya cukup setuju dengan apa yang dikatakan Dejet, konten bisa jadi jawaban atas masalah ini. Selama ini, Dota 2 memang rutin meluncurkan update, namun tujuannya seringkali hanya sekadar balancing Hero saja. Penambahan konten? Dalam satu tahun, mungkin hanya dua kali saja Valve memberikan asupan konten baru yang bisa menarik perhatian; Battle Pass jelang The International dan update besar pasca-TI yang hadir akhir atau awal tahun. Tak heran para pemain Dota 2 masih sesekali memunculkan meme "Giff Diretide", sebagai salah satu bentuk ekspresi kehausan mereka atas konten.

Memang sejauh ini, tantangan bagi game tua seperti Dota 2 adalah mempertahankan para penggemar setianya agar tetap tertarik untuk bermain, serta mengundang pemain lama yang sudah pensiun untuk main lagi. Kita belum bisa langsung lompat kepada kesimpulan bahwa Dota 2 adalah dead game, tapi tren penurunan pemain adalah pertanda bahwa game ini sudah mulai kurang menarik untuk terus dimainkan.

Menurut saya pribadi, jenjang kompetisi yang jelas seperti inisiatif Dotabuff dan ESL ini bisa jadi jawaban untuk mempertahankan jumlah pemain. Sementara di sisi lain, asupan konten-konten baru yang menarik dari Valve bisa jadi cara bagi mereka untuk mengundang pemain baru atau pemain pensiun untuk main lagi.