Bukan menjadi rahasia umum jika berbicara mengenai ekosistem digital Indonesia selalu dilabeli dengan kata potensial. Secara regional Indonesia akan selalu dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya seperti Singapura, India, dan Tiongkok. Sebenarnya tak hanya potensial dari konsumen tetapi juga potensial dari segi ekosistem secara keseluruhan. Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady dalam sebuah wawancara yang dilansir Oxford Business Group menyebutkan bahwa Indonesia masih mengalami siklus teknologi yang pertama, yang artinya banyak membutuhkan faktor-faktor yang mendukung seperti keterjangkauan infrastruktur jaringan, perangkat, dan kebiasaan pengguna dalam budaya digital.
Riady menjelaskan bahwa karena Indonesia memasuki siklus revolusi digital yang pertama maka laju perkembangannya akan menjadi cepat dan intens, kurang lebih dalam kurun waktu lima belas tahun ke depan semua industri yang akan berubah. Riady menyebutkan ada dua macam inovasi yang akan terjadi dalam revolusi digital di Indonesia, yang pertama adalah inovasi produk dan yang kedua adalah inovasi sistemik.
Kondisi Indonesia yang sedang gencar-gencarnya memunculkan bisnis solusi dengan teknologi memang membuka banyak peluang. Mulai dari lowongan pekerjaan, talenta-talenta di bidang teknologi, dan juga bisnis itu sendiri. Riady ketika ditanya apa yang dapat mengembangkan ekosistem teknologi di Indonesia menyebutkan modal menjadi salah satu hal yang dibutuhkan.
Riady mengungkapkan saat ini ketersediaan modal masih rendah untuk perusahaan baru atau startup. Peluang menjadi perusahaan yang memberikan modal masih terbuka lebar. Ia membandingkan jika di Tiongkok ekosistem digital bernilai sekitar $900 miliar dan di India berkisar di antara $40 dan $60 miliar, di Indonesia ekosistemnya masih bernilai antara $2-3 miliar.
“Saya tidak berpikir kita akan mencapai tingkat Cina atau India dalam waktu dekat, tapi kami harus bisa mencapai $10-15 miliar. Nilai (ekosistem) kita saat ini dan target ini akan memberikan kesempatan investasi bagi modal ventura,” papar Riady.
Jika ditilik dalam dua tahun belakang, Lippo Group, perusahaan yang menaungi Riady, memang getol melakukan investasi untuk startup atau bisnis teknologi. Di awal tahun 2015 silam Lippo Group disebutkan telah menyiapkan dana sebesar Rp. 2 triliun untuk pengembangan bisnis digital.
Tengok saja bagaimana MatahariMall yang langsung menjadi salah satu layanan e-commerce papan atas di Indonesia dengan berbagai produk dan layanan yang diberikan, termasuk dengan kolaborasi dengan berbagai perusahaan di bawah Lippo Group. Belum lagi inovasi-inovasi yang lahir berkat kerja sama dengan startup yang beroperasi di Indonesia seperti Grab.
Lippo Group tampaknya paham apa yang harus mereka lakukan untuk menumbuhkan ekosistem digital di Indonesia sekaligus menjadi salah satu yang berpengaruh. Mereka juga memiliki perusahaan investasi sendiri bernama Venturra.
Masih dalam wawancara yang sama, Riady juga menjelaskan beberapa sektor seperti transportasi, logistik, dan e-commerce masih menjadi sektor yang menyimpan potensi. Ketiganya bisa saja disusul dan dilengkapi oleh industri finansial teknologi, industri yang belakangan ini menjadi topik pembahasan di pemerintah terkait regulasi. Termasuk juga sektor kesehatan.