Brendan Iribe dan Palmer Luckey sebagai pasangan co-founder Oculus VR telah menjelaskan alasan mengapa mereka setuju untuk ‘bermitra’ dengan Facebook, tapi ada satu nama lagi yang menjadi alasan mengapa pengembangan proyek device VR ini sukses seperti sekarang. Ia adalah John Carmack, CTO dari Oculus dan pionir dalam dunia gaming tiga dimensi.
Beberapa game buatannya seperti Wolfenstein 3D dan Doom bisa dibilang sebagai permainan first-person shooter pertama di dunia. Carmack adalah seorang legenda di dunia gaming, saat ia memutuskan untuk meninggalkan posisi puncaknya di id Software untuk bergabung bersama Oculus, industri ini sadar akan potensi besar yang menanti dalam virtual reality.
Info menarik: Resmi Dirilis untuk Android, Cut The Rope 2 Sudah Bisa Diunduh di Google Play
Respon John Carmack terhadap proses akuisisi ini ialah salah satu respon yang paling dinanti oleh analis dan industriawan gaming. Ia angkat bicara dalam bagian kolom komentar blog Tumbler milik Peter Berkman – seorang anggota band chiptune rock yang mengkomposisi musik-musik untuk game Scott Pilgrim vs. The World, Bit. Trip Runner hingga Rock Band.
Seperti mayoritas khalayak yang mendengar kabar soal akuisisi Facebook terhadap Oculus Rift, Berkman mengkritisi beberapa masalah yang akan ditimbulkan oleh strategi sang raksasa sosial media itu: masalah iklan in-app, data-mining, hingga yang paling ditakutkan, monopoli informasi. Yang paling mengganjal baginya adalah hal yang menjadi tren bisnis saat ini, dimana perusahaan baru terbentuk hanya untuk diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar.
Walaupun setuju dengan pernyataan terakhir Berkman, John Carmack mempunyai penjelasan tersendiri soal akuisisi ini. Menurutnya, transaksi di level konsumen cukup berbeda dengan apa yang terjadi dalam proses akuisisi perusahaan.
Masing-masing perusahaan telah memperkirakan seperti apa strategi selanjutnya setelah proses tersebut usai – berbeda dengan saat konsumen end-user menukarkan uangnya untuk sejumlah barang ataupun jasa.
“Ada alasan mengapa Valve melakukan apa yang mereka lakukan, dimana mereka mencoba membuat ekosistem VR dengan Steam dari nol. Hal inilah yang sangat diinginkan para fans. Bedanya adalah, dari tahun ke tahun, mayoritas khalayak industri menganggap Valve gila dan mereka sangat mahir di bidang tersebut. Valve layak mendapatkan kesuksesan berkat visi dan ketekunan mereka,” jelas Carmack.
“Tapi virtual reality tidak seperti itu,” ungkapnya. “Pengalaman yang diberikan VR jelas sangat kuat, dan mampu mengubah visi perspektif kita saat berinteraksi dengannya. Ikut campurnya para ‘raksasa’ industri tidak bisa dihindari. Pertanyaan sesungguhnya adalah seberapa dalam turut campur mereka dalam pengembangannya, dan dengan siapa [Oculus] VR bekerja sama.”
Info menarik: Project CARS Adalah Game Pertama yang Mendukung Project Morpheus Sony
Ia melanjutkan, “Jujur saya tidak menyangka Facebook yang akan melakukannya (dan dalam waktu yang sesingkat ini). Saya sama sekali tidak memiliki pengalaman bekerja bersama mereka, dan saya bisa menyebutkan perusahaan-perusahaan lain yang lebih memiliki sinergi dibandingkan Facebook.”
“Namun begitu, saya memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka memiliki visi yang sama dengan ide Big Picture dan menjadi daya pendorong pengembangan yang sangat kuat. Anda tidak bisa membuat komitmen seperti itu dengan asal-asalan,” kata Carmack.
“Secara pribadi saya tidak terlibat dalam negosiasi ini. Saya menghabiskan satu sore berbicara tentang teknologi [virtual reality] dengan Mark Zuckerberg, dan tiba-tiba satu minggu setelahnya ia membeli Oculus,” tutup John Carmack.
Walaupun Carmack menjelaskan sedikit analisa profesionalnya tentang apa yang Facebook lakukan, sayangnya ia sama sekali tidak menghilangkan rasa khawatir kita tentang bagaimana Facebook akan mendapatkan seluruh data pribadi yang terkirim melalui virtual reality…
Sumber: The Verge dan PC Gamer. Sumber gambar: OculusRiftItalia.com.