Pasar perangkat wearable sedang mengalami penurunan, dan Jawbone rupanya merupakan salah satu korban terbesarnya. Sempat digadang-gadang sebagai rival terkuat Fitbit, Jawbone saat ini malah sedang kesulitan secara finansial.
Begitu sulitnya, Jawbone berencana untuk melakukan pivot satu kali lagi. Berdasarkan laporan TechCrunch, mereka berencana untuk mengalihkan fokusnya dari fitness tracker untuk end-user ke produk dan layanan kesehatan yang ditujukan untuk klinik maupun penyedia layanan kesehatan yang menangani pasien secara langsung.
Pivot ini perlu dilakukan untuk menyelematkan Jawbone dari kebangkrutan; kalau menjual produk ke konsumen, mereka hanya bisa mengambil untung dengan margin yang tipis, lain halnya dengan model B2B alias business to business, dimana margin yang didapat bisa jauh lebih tinggi.
Namun demikian, Jawbone masih harus melewati tantangan lain, yaitu mencari pendanaan dari investor. Sejauh ini Jawbone memang sudah memperoleh total pendanaan sekitar $951 juta dari beberapa investor besar sekaligus, namun hampir semuanya dikabarkan sudah habis dan mereka kini mau tidak mau harus mencari pendanaan sekali lagi, khususnya dari mitra investor yang memang bermain di segmen kesehatan.
Jawbone memang sudah menunjukkan tanda-tanda kesulitan sejak lama; yang paling gampang, terakhir mereka merilis perangkat wearable baru adalah pada bulan April 2015, yaitu UP4. September 2016, Business Insider melaporkan bahwa salah satu aset terbesar Jawbone, yakni speaker Jambox, telah dijual sebagian, dan sekarang dikabarkan sudah benar-benar dijual habis.
Menariknya, Fitbit sempat dirumorkan berniat mengakuisisi Jawbone pada bulan Desember kemarin, namun Jawbone menolaknya. Bisa jadi Jawbone berpikiran bahwa keputusan pivot ini masih jauh lebih berprospek ketimbang ‘menyerahkan’ dirinya ke rival utamanya.
Sumber: TechCrunch.