Bagi sebagian besar orang, ketika akan memutuskan memulai berwirausaha banyak hal yang harus dipertaruhkan. Pekerjaan yang sudah nyaman, penghasilan tetap, waktu bersantai hingga mental. Namun dewasa ini, khususnya di Indonesia, berwirausaha justru menjadi tren positif di kalangan usia produktif. Alih-alih sibuk mengejar capaian besar di korporasi ataupun sebagai pegawai negeri, banyak yang berminat terlibat dalam kewirausahaan, terlebih bagi para fresh graduate.
Nyatanya semangat di awal saja tidak cukup, karena selain strategi dan teknik dalam menjalankan bisnis, mental juga menjadi faktor penting yang harus dimatangkan. Untuk itu sedari awal sebelum memulai pastikan sudah tidak ada lagi keraguan.
Beberapa pertanyaan berikut bisa ditanyakan kepada diri sendiri untuk meyakinkan bahwa memilih menjadi pengusaha, dengan segala risikonya, adalah pilihan yang matang dan sempurna untuk direalisasikan.
Pertanyaan 1: Bagaimana jika saya mencoba lalu gagal?
Terkesan mematikan semangat, namun membawa imajinasi berbunga menuju realitas. Pertanyaan ini harus dijawab untuk memastikan bahwa sejak awal memutuskan untuk menjadi pengusaha sudah tahu risiko yang mungkin akan didapat. Bayangkan jika bisnis yang akan dijalankan gagal, bagaimana dengan modal yang sudah ditanamkan, tekanan sosial atas kegagalan atau carut-marut dari tatanan finansial keluarga.
Dari situ bisnis akan dimulai dengan tidak terlalu ambisius. Dijalankan secara bertahap dengan porsi yang tepat. Dan yang paling penting, selalu ada plan B, C dan seterusnya jika plan A mengalami kegagalan.
Pertanyaan 2: Lalu bagaimana jika saya berhasil?
Untuk mendefinisikan keberhasilan, perlu diketahui dulu ukuran sukses yang dimaksud seperti apa. Apakah sukses itu diukur dari uang yang didapat? Apakah capaian dalam kompetisi? Ataukah memiliki tujuan lain. Dari banyak cerita bisnis sukses, umumnya capaian tersebut memang didasarkan pada materi dan kepuasan pribadi. Siapa yang tidak senang jika perusahaan yang dibangun dari nol mendulang untung. Dan semua pasti senang jika dapat menjadi sosok menginspirasi, bagi para pegawainya maupun orang di sekitarnya karena berhasil membangun bisnis menjadi besar.
Pertanyaan ini membawa pada satu simpulan, bahwa untuk memulai suatu kegiatan wirausaha juga harus memiliki agenda yang kuat. Ini untuk memastikan bahwa di tengah perjalanan tidak goyah, karena apa yang ditargetkan sudah pasti, dan idealnya sudah tersusun roadmap-nya.
Pertanyaan 3: Lantas bagaimana jika saya memutuskan tidak mencoba?
Ini harusnya menjadi pertanyaan yang memiliki justifikasi paling kuat. Taruhan paling besar untuk seorang yang sedang memikirkan untuk memulai berwirausaha. Hal yang paling sederhana untuk menjawab dengan menanyakan kepada diri sendiri dan membandingkan dengan orang lain, misalnya “Jika Zuckerberg waktu itu memilih untuk berkarier sebagai developer di perusahaan besar, lantas apa kabar Facebook hari ini?” atau mungkin seseorang itu adalah kerabat dekat di lingkungan yang sudah sukses menjalankan bisnisnya sendiri.
Memang, tiga pertanyaan tersebut di atas membawa rasa takut ke dalam hati dan pikiran, seakan membuat perjalanan melangkah untuk berwirausaha jadi terasa makin berat. Namun di situlah cara menyeimbangkan antara angan-angan dengan realitas yang mungkin saja dihadapi, baik realitas baik ataupun buruk.
Memutuskan menjadi pengusaha memang seperti “berjudi”, namun dengan strategi dan hitungan yang matang, probabilitas hasil baik akan lebih besar.